Memberikan perkiraan kinerja yang akurat terhadap blockchain terbilang sulit, sebab blockchain adalah sistem yang terdiri dari ratusan bahkan ribuan komputer yang tersebar di seluruh dunia. Transaksi per detik yang bisa dicapai sistem blockchain sangat dipengaruhi beragam faktor dalam jaringan desentralistik.
“Kinerja blockchain dengan jumlah komputer peladen (server) yang banyak tidak selalu berarti kinerja nyata, melainkan kemampuan untuk memroses sekian banyak transaksi per detik dalam kondisi tertentu, seperti jumlah komputer yang kecil untuk diuji coba. Kinerja nyata bisa jauh berbeda dengan ukuran kemampuan tersebut,” kata Boogerwooger,
peneliti di MixBytes dalam artikelnya di Hackernoon Juli 2019 lalu.
Bagi pengguna, kinerja blockchain yang diharapkan adalah kecepatan layanan, seperti transfer aset kripto atau fungsi kontrak pintar (smart contract). Transaksi disiapkan lalu dikirim ke jaringan, kemudian jaringan menyebarluaskan transaksi itu, hingga pengguna mendapat konfirmasi transaksi.
Hal ini mirip dengan sistem pangkalan data terdistribusi (distributed database), tetapi bedanya, blockchain adalah setiap komputer melakukan pemeriksaan lebih banyak, khususnya yang melibatkan kriptografi. Sebab itulah, ada sejumlah masalah yang membuat kinerja blockchain lebih lamban dibanding pangkalan data sentralistik (centralized database).
Masalah tersebut termasuk biaya transaksi, di mana di dalam blockchain biayanya tidak nol dan selalu lebih tinggi dibanding pangkalan data biasa. Blockchain adalah sistem di mana pengguna melakukan pekerjaan paling banyak, sehingga komputasi di sisi pengguna terus meningkat hingga bisa mencapai puluhan detik atau menit per transaksi.
Masalah kedua adalah informasi tersebar dua kali dalam jaringan blockchain. Yaitu, saat transaksi berjalan dari pengguna ke penambang atau produser blok, dan kembali ke pengguna yang menanti konfirmasi transaksi. Hal inilah yang membuat blockchain berbeda dengan sistem sentralistik sehingga membutuhkan waktu lebih lama.
Di sisi lain, jaringan blockchain lebih tahan terhadap pemadaman jaringan dan serangan dari peserta yang berniat jahat. Sebab pemrosesan transaksi dalam blockchain sangat beragam, sangat sulit untuk mendapatkan waktu konfirmasi transaksi yang akurat, terutama jika simpul dalam jaringan tersebar di seluruh dunia.
Algoritma konsensus adalah faktor lain yang memengaruhi kecepatan transaksi. Sebagian besar algoritma Proof of Stake mensyaratkan penerimaan suara dari minimal 1/3 produser blok untuk menerima suatu blok dan rantainya. Jika terjadi masalah jaringan, jaringan tersebut tidak mampu mengirim pesan ke semua peserta dalam waktu yang singkat.
“Untuk menilai kinerja blockchain dalam ukuran transaksi per detik, penting memahami berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk konsensus jaringan, serta seberapa efektif dan teroptimasi jaringan tersebut. Blockchain dengan 100 transaksi per detik bisa memberikan layanan lebih stabil dibandingkan blockchain 1000 transaksi per detik yang memiliki jeda periodik untuk mengatur ulang jaringan,” jelas Boogerwooger.
Boogerwooger menimpali, jika ada blockchain yang mengaku mampu mencapai jutaan transaksi per detik, hal itu biasanya melibatkan layanan sentralistik, seperti solusi lapisan kedua Lightning atau Plasma. Kinerja blockchain saat ini bisa mencapai maksimal ribuan hingga puluhan ribu transaksi per detik. Persoalan ini belum terpecahkan, meski telah diusahakan banyak pihak. Tetapi ada banyak penelitian yang sedang berjalan dan semoga memberikan solusi memuaskan. [hackernoon.com/ed]