Tahun 2019 hampir usai, tetapi Bitcoin (BTC) tak mampu lagi melampaui harga US$13.000 (akhir Juni 2019). Bitcoin memang sedang lesu. Tetapi, tak sedikit mereka yang percaya, bahwa Bitcoin bisa mencapai US$250 ribu, kelak di di masa depan.
Tim Draper: Percaya Stock-to-Flow-Model (SF)
Tim Draper Pendiri Draper Fisher Jurvetson misalnya, menegaskan ramalannya, bahwa pada tahun 2022 Bitcoin bisa mencapai US$250.000 (Rp3,4 miliar per BTC).
“Jika Anda menggunakan analisis teknikal, maka Bitcoin bisa mencapai US$250.000 sekitar 6 bulan setelah Bitcoin Reward Halving. Moment ‘halving‘ itu akan terjadi pada Mei 2020, menjadikan pasokan Bitcoin berkurang separuh dari 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC per 10 menit,” kata Tim kepada CNBC.
Draper mengacu pada teori stock-to-flow-model (SF). Teori yang lazim digunakan pada aset komoditi itu, mengukur tingkat kelangkaan aset, yang didasarkan pada persediaan (stock) saat ini dan inflasi (luruhan nilai) tahunan. Intinya, semakin tinggi rasionya, maka suatu aset dianggap semakin langka.
Ketika aset langka, maka akan menyebabkan kenaikan harga. Nilai SF Bitcoin saat ini adalah 25 dan diperkirakan akan naik menjadi 50 setelah Bitcoin Reward Halving, karena pasokannya berkurang.
Sementara emas yang juga langka, saat ini memiliki rasio SF mencapai 52 dengan harga satuan per gram di kisaran Rp700.000. Tetapi harga emas sendiri, dalam kurun waktu 100 tahun, belum mampu menembus dua titik tertingginya, yakni pada Juni 2011 dan Februari 1980. Sejak tahun 2011 harga emas pun masih dalam tren turun. Namun, lonjakan harga emas kerap menaik dalam rentang 5-20 tahun.
Tom Lee: Pola parabolik
Tom Lee juga meramalkan harga bitcoin mencapai US$250.000, tetapi dengan alasan berbeda. Lee menggunakan konsep Logarithmic Ascending Channel. Pada grafik, konsep itu menunjukkan, bahwa harga Bitcoin memiliki pola melengkung ke atas (parabolik).
“Jika Anda menggunakan sumbu y secara logaritmik, di mana ada interval (jarak) yang berbeda antara titik pada sumbu y, yang memungkinkan Anda untuk membandingkan harga Bitcoin saat harga rendah dan tinggi,” tegas Lee.
Ramalan memang tinggal ramalan. Toh, bukan kali ini saja Tim Draper dan Tom Lee melakukannya. Malah ramalan mereka berdua pernah meleset beberapa kali, karena namanya ramalan memang tak selalu benar.
Satu yang pasti, bahwa moment Bitcoin Reward Halving pada Mei 2020 mendatang adalah penentuan soal nilai dan keyakinan terhadap Bitcoin dan sejumlah aset kripto lainnya. Jika, kita percaya pada teori” “sejarah kerap berulang”, maka setidaknya Bitcoin kelak bisa melampaui titik tinggi sepanjang masa, di atas US$20.000. [vins]