Metaverse, dunia realitas virtual baru yang didengungkan oleh Mark Zuckberg, bisa bermutu baik jika memang konsep digital ownership lewat kripto dan NFT kian nyata.
Hal itu disampaikan oleh sejumlah praktisi metaverse, di antaranya adalah Yat Siu, CEO dan salah seorang pendiri Animoca Brands. Perusahaan ini adalah di balik sejumlah game kripto berbalut NFT (non-fungible kripto) seperti digital art mobil balap F1.
Pandangan Yat Siu bagian dari kritiknya terhadap dukungan Mark Zuckberg terhadap dunia metaverse yang dinilai Zuckerberg akan menjadi bagian terpadu dari para pengguna Internet di masa depan. Itu sebab, pada akhir Oktober 2021, ia mengumumkan alih nama perusahaan dari Facebook menjadi Meta.
Metaverse, Kripto dan NFT
Bagi Siu, ketiadaan digital ownership (kepemilikan digital) oleh pengguna metaverse, maka dunia virtual itu tidak ada gunanya, tidak bisa bermutu baik.
Kepemilikan digital diwujudkan, salah satunya, lewat pengayaan NFT, token khusus yang merepresentasikan kepemilikan dan transaksi file digital di Internet, termasuk digital art dalam bentuk gambar, suara dan video.
“Apa yang dilakukan Facebook (Meta) dengan metaverse adalah ‘metaverse palsu’, kecuali ada satu komponen yang memastikan kita benar-benar memiliki objek jelas di dalamnya, yakni ownership,” sebut Siu kepada Reuters, Rabu (1/12/2001).
Perihal digital ownership lewat NFT memang terbukti nyata, setidaknya dalam ukuran transaksi pembeliannya. Contoh terbaru adalah lapak virtual di Decentraland yang laku US$2,4 juta pada pekan lalu. Hal serupa berlalu lalang di proyek serupa, seperti di The Sandbox (SAND) dan Axie Infinity (AXS).
Siu menegaskan, bahwa digital ownership adalah landasan untuk perbaikan sekaligus jalur baru bagi produk dan perdagangan, seperti kepemilikan mobil memunculkan produk kursi bayi atau bagaimana kepemilikan rumah bisa mendorong permintaan furnitur dan bisnis seperti Ikea.
Ubah Hubungan Merek dan Konsumen
Hal senada juga disampaikan oleh Benoit Pagotto, salah seorang pendiri sepatu kets virtual, RTFKT. Ia meyakini metaverse memberi ruang yang sangat baik untuk meningkatkan hubungan merek dan konsumen.
“Ini [metaverse–Red] adalah perubahan besar dalam (cara) mengubungkan antara bisnis, kreativitas dan konsumerisme bekerja,” katanya.
NFT Tak Sepenuhnya Baik
Sepertinya halnya kripto (sebagai mata uang dan aset komoditi), NFT tidak diatur, sehingga penumpang gelap banyak yang bersemayam di dalamnya. Bahkan, setiap orang bisa membuat dan menjual NFT, tanpa ada jaminan nilainya.
“Kepemilikan dalam istilah hukum berarti sesuatu (umumnya) adalah monopoli atas sumber daya yang diatur oleh negara,” katanya. Jenis hak yang diberikan kepada Anda atas kepemilikan NFT sedikit berbeda. Anda mungkin tidak memiliki hak untuk mengendalikan sepenuhnya NFT itu,” sebut Natalie Johnson, pendiri Neuno yang bergerak di bidang NFT fesyen.
Harga Decentraland (MANA) dan Sandbox (SAND) Meroket Gegara Metaverse
Namun demikian, Natalie mengakui, bahwa kelak metaverse dan NFT berpadu dengan baik dan cocok untuk semua orang. [ps]