Sejumlah peneliti mengklaim telah menemukan solusi terhadap skalabilitas Bitcoin. Solusi itu meniadakan proses konsensus untuk mengkonfirmasi dan memvalidasi transaksi dan menggantinya dengan metode “gosip”.
Peneliti dari Federal Polytechnic School of Lausanne di Swiss itu menggambarkan cara memvalidasi transaksi kripto yang berbeda dengan metode Bitcoin. Selama ini, konsensus dalam sistem dianggap penting demi memecahkan masalah double spending (pembelanjaan ganda). Double spending dapat dicegah dengan melibatkan konsensus mayoritas dalam sistem blockchain.
Akan tetapi, konsensus mayoritas justru mengkonsumsi sumber daya dan energi dalam jumlah besar. Selain itu, cara ini memakan waktu lama jika ada transaksi yang menumpuk dalam blockchain atau jika konsensus melibatkan berbagai pihak dari belahan dunia.
Peneliti mengklaim konsensus mayoritas sebenarnya tidak wajib untuk memvalidasi setiap transaksi. Transaksi bisa saja disepakati berdasarkan pengambilan sampel sistem secara acak dalam jaringan.
Rachid Guerraoui, pemimpin peneliti tersebut, menekankan algoritma yang diajukan timnya bukanlah variasi dari mekanisme konsensus yang sudah ada, seperti Proof of Work atau Proof of Stake.
“Algoritma yang kami sarankan adalah menggunakan ‘protokol gosip’ untuk menyebarkan informasi transaksi, mirip seperti yang dipakai Bitcoin untuk mengkomunikasikan nonce atau header blok yang berbeda. Dalam protokol gosip, kelompok kecil mengkonfirmasi transaksi lalu melanjutkan rincian transaksi itu ke kelompok lain yang lebih besar yang juga melanjutkannya ke kelompok lain, dan seterusnya,” sebut Guerraoui.
Untuk menyelesaikan tugas ini, sistem tersebut memakai Contagion (sistem getok tular), sebuah algoritma probabilistik yang meniru penyebaran penyakit menular dalam sebuah populasi. Ada tiga sub-protokol yang menyertainya, yaitu Murmur, Sieve dan Threshold. Ketiga sub-protokol itu bertanggung jawab memastikan keabsahan, totalitas dan konsistensi transaksi serta mengirim sampel original ke sistem yang terpilih secara acak dalam jaringan.
Guerraoui mengatakan, ukuran sampel tersebut seharusnya logaritmik terhadap ukuran sistem keseluruhan sehingga terlindungi dari peretas yang ingin masuk. Di saat yang sama, ukuran sampel lebih kecil dari konsensus mayoritas, dan hanya merupakan perwakilan keseluruhan jaringan.
Selain mengurangi waktu dan sumber daya untuk mengkonfirmasi transaksi, algoritma Contagion juga meminimalisir penggunaan energi. Energi yang dipakai untuk menyebarkan dan memvalidasi transaksi sama seperti mengirim pesan melalui Internet, tambah Guerraoui.
Tim peneliti berencana membuat protokolnya menjadi open source dengan bantuan pendanaan dari Uni Eropa. Harapannya agar pengembang bisa memakai protokol itu untuk membangun aset kripto yang hemat untuk dijalankan. [decrypt.co/ed]