Setelah melalui fase konsolidasi panjang sejak akhir Agustus dan sempat anjlok ke bawah US$110.000, Bitcoin kini mulai menunjukkan tanda pemulihan. Saat ini BTC diperdagangkan di kisaran US$113.000–US$114.000. Pertanyaannya, apakah rebound ini menjadi sinyal awal dari tren bullish yang lebih besar?
Strong Hands Bitcoin Masih Bertahan di Atas US$110.000
Berdasarkan data on-chain yang diunggah Crypto Uncle pada Kamis (11/09/2025), Bitcoin menunjukkan sinyal bullish setelah bertahan di atas US$110.000. Data UTXO Realized Price Distribution (URPD) memperlihatkan konsentrasi harga realisasi di kisaran US$100.000 hingga US$120.000, yang menjadi zona akumulasi sekaligus area support-resistance penting.
Grafik URPD juga menunjukkan dominasi strong hands, yakni holder BTC dengan keyakinan tinggi terhadap tren jangka panjang yang tetap mempertahankan aset meski harga sempat terkoreksi. Akumulasi masif di area ini semakin memperkuat peluang kenaikan harga.
“Akumulasi yang kuat di sekitar US$110.000 menunjukkan keyakinan besar dari para pembeli di level tinggi. Dengan momentum harga yang terus bergerak naik, BTC berada dalam posisi yang baik untuk menantang dan berpotensi menembus level tertinggi sebelumnya,” jelasnya.

Secara teknikal, kluster harga realisasi menciptakan “liquidity wall” yang menopang BTC ketika tertekan. Jika momentum bullish terus berlanjut, BTC bisa menembus resistance di sekitar US$120.000. Sebaliknya, area US$110.000 berfungsi sebagai support yang perlu dijaga untuk mempertahankan sentimen positif.
Distribusi yang rapat di level tertinggi menunjukkan dasar kokoh bagi Bitcoin, dengan akumulasi kuat di area puncak yang membentuk struktur bullish lebih stabil. Didukung likuiditas mendalam dan dominasi pemegang kuat, BTC berpotensi menembus ATH baru jika tekanan beli terus berlanjut di atas US$110.000.
Korelasi dengan Emas Melemah, BTC Makin Percaya Diri
Di sisi lain, Crypto Uncle juga mencatat bahwa korelasi Bitcoin terhadap emas—aset safe haven tradisional—semakin melemah, terutama pada periode 30 hari (30D) dan juga 90 hari (90D).
Sementara emas terus menguat stabil di kisaran US$3.600 per troy ounce pada akhir Agustus, Bitcoin justru mencatat lonjakan lebih agresif hingga menembus US$100.000. Divergensi ini menegaskan perbedaan karakter: emas defensif, sedangkan BTC dipandang sebagai aset berisiko tinggi dengan potensi imbal hasil lebih besar.
Meski korelasi 365 hari masih datar, volatilitas menunjukkan investor memisahkan BTC dari emas. Korelasi negatif di periode ini menandakan bahwa minat terhadap Bitcoin kini digerakkan oleh faktor internal, seperti arus modal institusional, likuiditas on-chain, dan sentimen pasar.

Dengan keterikatan terhadap emas yang melemah, Bitcoin semakin memperkuat identitasnya sebagai aset independen. Jika tren berlanjut, BTC berpotensi menembus ATH baru, bukan sebagai lindung nilai inflasi tetapi juga sebagai instrumen pertumbuhan yang berdiri sendiri.
Dengan dukungan kuat dari akumulasi di zona US$110.000 dan juga semakin melemahnya korelasi dengan emas, Bitcoin terlihat semakin menunjukkan potensi untuk menembus ATH baru. [dp]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.