IKLAN

MicroStrategy Serok Bitcoin Lagi, Setara Rp354 Miliar

MicroStrategy serok Bitcoin (BTC) lagi. Kali ini setara US$25 juta atau setara dengan Rp354 miliar. Sementara itu, berdasarkan indikator RSI (Relative Strength Index) pada time frame harian, harga BTC sejatinya sudah mencapai “extreme oversold“.

“MicroStrategy telah membeli 660 Bitcoin (BTC) tambahan seharga US$25 juta. Harga rata-rata US$37.865 per BTC. Per 31 Januari 2022 secara total kami memiliki 125.051 BTC bernilai US$3,78 miliar dengan harga rata-rata US$30.200 per BTC,” sebut Bos perusahaan itu, Michael Saylor, lewat Twitter, Selasa (1/2/2022) malam.

Itulah aksi buy the dip yang kesekian kalinya sejak harga BTC melorot pada November 2021 lalu. Perusahaan penyedia piranti lunak bisnis itu memang membeli Bitcoin sejak medio 2020 dan menjadi bagian dari neraca keuangan mereka. Mereka percaya bahwa kelas aset baru itu mampu membawa nilai perusahaan menjadi lebih baik, daripada membeli aset biasa seperti emas.

BACA JUGA  Harga BTC Diskon, Saatnya Serok?

Langkah perusahaan itupun diikuti oleh Tesla pada Januari 2021 dan diumumkan pada Februari 2021. Bos Tesla, Elon Musk juga terkenal membela nilai BTC, selain Dogecoin (DOGE) yang selalu dielu-elukannya di Twitter.

Pada Desember 2021, Komisi Bursa dan Sekuritas (SEC) Amerika Serikat menolak laporan keuangan perusahan itu terkait aset kripto yang mereka miliki. SEC menyebutkan laporan soal intangible asset itu tidak memenuhi standar akuntansi, karena tidak menerakan nilai aset sesungguhnya setelah pembelian.

Belakangan, MicroStrategy mengatakan akan menyesuaikan lagi laporan keuangan mereka khusus aset baru itu, dan mungkin tak lagi menggunakan.

Saylor mengatakan kepada Bloomberg bulan lalu, bahwa perusahaannya tidak akan pernah menjual Bitcoin kendati ada penurunan harga yang signifikan.

“Kami hanya membeli dan meng-hold Bitcoin. Itulah strategi kami,” sebutnya.

RSI Harian Sudah Extreme Oversold

Ketika artikel ini ditulis, harga BTC berada di kisaran US$38.300, menguat lebih dari 15 persen sejak ambrol hingga US$33.000 pada 24 Januari 2022.

BACA JUGA  Taproot di Bitcoin Disepakati, Aktivasi Dimulai November

Berdasarkan indikator RSI (Relative Strength Index) pada time frame harian, harga BTC sejatinya sudah mencapai “extreme oversold” yang memberikan sinyal beli di harga yang sangat optimal. BTC perlu melampaui resistensi US$46.911 agar bisa kembali ke titik tertinggi sepanjang masa, US$69.000.

“Posisi overbought BTC terjadi pada 20 Oktober 2021 ketika harga menyentuh US$66.449 (77). Dan posisi oversold (20,5) saat ini telah terjadi pada 24 Januari 2022 di kisaran US$33.286 dan garis RSI mulai memantul,” tulis Triv di blog-nya, belum lama ini.

Namun Triv menegaskan, bahwa pada time frame mingguan (weekly), indeks RSI belum menunjukkan masuk ke oversold 30.

“RSI pada time frame mingguan belum masuk wilayah oversold 30, bermakna masih ada potensi harga bergerak tipis ke bawah dalam beberapa pekan ke depan. Nilai oversold terendah mingguan sebelumnya berada di kisaran 33,38,” pungkas Triv. [ps]


Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.

Terkini

Warta Korporat

Terkait