Apa manfaat menabung Bitcoin? Sejak awal tahun 2019 harga Bitcoin semakin mahal, demikian pula dengan emas. Tetapi, bagi Anda yang berkocek tipis, bukan berarti Anda tak bisa memiliki Bitcoin. Anda bisa menggunakan strategi mencicil atau bahasa kerennya adalah Dollar-Cost Averaging (DCA) atau bahasa awamnya menabung Bitcoin.
Di bursa kripto Tpro.co.id, hari ini Bitcoin diperdagangkan Rp160,5 juta per unit. Sedangkan harga emas batangan Antam kemarin dipatok Rp711.000 per gram. Semakin banyaknya peminat kedua jenis aset itu dan harganya terus naik, jelas tidak memungkinkan bagi orang yang berduit mini untuk membeli satu unit.
Itulah sebabnya Perum Pegadaian mempunyai program menabung emas, di mana Anda bisa mencicil emas mulai dari Rp50 ribu. Melalui program itu ketika jumlah tabungan emas Anda sudah mencapai harga satu gram emas, maka Anda bisa menukarnya dengan emas sungguhan.
Nah, untuk memiliki Bitcoin juga bisa dilakukan dengan cara serupa. Bedanya, dengan Rp100.000 Anda sudah bisa menyimpan Bitcoin yang asli. Jadi, tidak harus beli 1 unit Bitcoin yang harganya sudah lebih Rp100 juta.
Sebelum kita membahas strategi investasi DCA, kita lihat dulu satu strategi yang juga lazim digunakan, yakni Lump Sump Investing (LSI). LSI biasanya digunakan dalam jangka sangat pendek, bisa periode per jam atau harian bahkan bulanan. Sederhananya di LSI adalah: beli di harga murah, jual di harga tinggi.
Tetapi biasanya ini “lebih berasa” kalau modalnya juga besar. Misalnya Anda membeli 1 unit Bitcoin di harga Rp150 juta, lalu Anda lihat harga naik hingga Rp175 juta, lalu dijual. Maka, laba yang Anda raih sekitar 16,6 persen (Rp25.000.000). Lalu, laba itu Anda akumulasikan lagi untuk membeli Bitcoin lagi, dan seterusnya begitu.
Masalahnya harga Bitcoin di pasar spot (tpro.co.id, indodax.com, rekeningku.com, tokocrypto.com dan lain sebagainya) sangat volatil alias naik turunnya sangat drastis. Di Bitcoin, dalam 2 hari Anda bisa meraih imbal hasilnya hingga 20 persen, tetapi di lain hari posisi Anda bisa merugi 25 persen kurang dari 24 jam.
Situasi ini memaksa Anda menjual rugi, lantas kecewa dan enggan masuk lagi.
Jadi, ini jelas mustahil bagi Anda yang sibuk bekerja dan tak ada waktu untuk memantau pasar. Sangat berbeda pula dengan professional trader, yang memiliki ilmu technical analysis yang mumpuni dan dengan modal yang sangat besar.
Jadi, di sini yang perlu dipahami adalah keterbatasan kemampuan waktu, pengetahuan dan uang, di mana ketiga-tiga hal itu bisa kita sebut sebagai modal. Dan setiap orang memiliki kadar modal yang berbeda-beda pula. Ingatlah prinsip utama investasi adalah untuk melindungi nilai uang yang kita miliki agar tak merosot alias harus bisa melampaui nilai inflasi (saat ini sekitar 3 persen per tahun).
Nah, di sinilah strategi DCA punya peran besar dan menghasilkan imbal hasil yang lebih fantastis sekaligus nyaman. Tapi, ingat strategi ini hanya maksimal dilakukan ketika Bitcoin berada dalam wilayah tren naik dan Anda tak mempedulikan naik turunnya harga di periode jam, harian atau mingguan.
Kita lihat harga Bitcoin naik hingga 197 persen sejak Januari 2019 hingga hari ini, dari US$3.746 menjadi US$11.143. Lihat di Coinmarketcap.com untuk memantau perkembangan harga Bitcoin secara global. Dengan menggunakan teknik LSI, dengan menjual 1 unit Bitcoin, maka Anda meraih laba sekitar Rp103.558.000. Keren? Iya, kalau modalnya gede dan bernyali besar. Namun, jika Anda membeli Bitcoin pada 27 Juni 2019 (Rp198 juta), maka hari ini, 5 Juli 2019, posisi Anda rugi besar, karena harga Bitcoin masih turun di Rp159 juta.
Nah, dengan rentang waktu serupa, kita coba menggunakan strategi CDA. Ingat, strategi ini pada prinsipnya adalah mencicil jumlah unit Bitcoin dengan uang rupiah yang kita miliki secara rutin, dengan nominal yang terus sama atau lebih.
Tabel di bawah ini menerangkan strategi CDA, di mana Anda menabung Bitcoin secara rutin pada tanggal 1 setiap bulan, selama 7 bulan (1 Januari 2019-1 Juli 2019), dengan kelipatan US$100 (Rp1.400.000).
Nah, Anda bisa hitung sendiri berapa imbal hasil yang Anda peroleh: Rp21.408.800-Rp9.800.000 = Rp11.608.000, dengan perubahan mencapai 118,45 persen. Lihat, pada 1 Juli 2019, pada pembelian terakhir, Anda punya total Bitcoin sejumlah 0,1443 BTC. Kalau Anda jual hari ini, pukul 11.20 WIB, maka hasilnya sekitar Rp22.646.636 @Rp156.941.345 per BTC.
Namun, di atas itu semua, perlu kami ingatkan bahwa investasi Bitcoin adalah investasi yang sangat berisiko tinggi, karena harga Bitcoin naik-turun dengan cepat. Tetapi, dengan membaca terus perkembangan fundamentalnya, maka Anda mendapatkan pengetahuan yang sangat berharga.
Toh, masalah utamanya bukan pada berapa banyak jumlah Bitcoin yang Anda miliki, tetapi soal pembelajaran terhadapnya. Jadi, lebih baik punya Bitcoin sedikit daripada tidak sama sekali, supaya kita terus belajar. Pun demikian, jikalau merasa tak nyaman dan sering bikin “jantungan”, lebih bijaksana balik kanan secepatnya. [red]