Pergerakan suku bunga acuan di Amerika Serikat selalu menjadi barometer yang menentukan arah pasar keuangan, mulai dari pergerakan mata uang, obligasi, hingga kripto. Saat muncul tanda-tanda pelemahan ekonomi, ekspektasi terhadap kebijakan The Federal Reserve pun segera bergeser, menimbulkan dinamika di berbagai pasar.
Tiga Kali Pemangkasan, Sinyal dari Wall Street
Dikutip dari Reuters, Jumat (12/09/2025), dua raksasa keuangan, Morgan Stanley dan Deutsche Bank, memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga tiga kali pada sisa rapat tahun ini—September, Oktober, dan Desember. Proyeksi ini muncul setelah data terbaru menunjukkan tekanan inflasi di AS mulai mereda.
Sebelumnya, kedua lembaga hanya memperkirakan dua kali pemangkasan, masing-masing pada September dan Desember. Namun, dengan ekonomi yang memberi ruang naik, ekspektasi kini bergeser: The Fed berpeluang mempercepat pelonggaran.
Bahkan, Morgan Stanley menilai The Fed bisa melangkah lebih jauh dengan empat kali pemangkasan suku bunga beruntun hingga Januari 2026, disusul tambahan dua kali pada April dan Juli tahun depan.
“Risiko memang cenderung mengarah pada lebih banyak pemangkasan di tahun 2026, meski saat ini kami belum memasukkannya ke dalam proyeksi,” kata Matthew Luzzetti, Kepala Ekonom AS di Deutsche Bank.
Data Tenaga Kerja Agustus Jadi Pemicu
Ekspektasi pemangkasan suku bunga semakin menguat setelah laporan ketenagakerjaan AS untuk Agustus 2025 menunjukkan pelemahan signifikan. Data Employment Situation dari BLS mencatat penambahan 22.000 pekerjaan, jauh di bawah perkiraan sekitar 75.000.

Tingkat pengangguran naik ke 4,3 persen dari sebelumnya 4,2 persen. Sektor kesehatan masih mencatat pertumbuhan (+31.000 pekerjaan), tetapi sektor pemerintahan, pertambangan, dan migas mengalami penurunan, menandakan pasar tenaga kerja mulai kehilangan momentum.
Kombinasi ini mempertegas perlambatan ekonomi. Investor melihat peluang The Fed untuk memangkas suku bunga demi memberi ruang pertumbuhan, meski risiko inflasi tetap ada. CPI Agustus naik 0,4 persen dibanding Juli, sehingga The Fed berada di persimpangan: menekan inflasi sambil menjaga roda ekonomi tetap berputar.
Dolar & Bitcoin: Sentimen “Dovish” Menguat
Merespons data tenaga kerja dan inflasi Agustus, dolar AS melemah tipis terhadap mata uang utama lainnya. Investor mulai mengantisipasi penurunan suku bunga, sehingga dolar kurang menarik sebagai aset safe-haven maupun instrumen dengan imbal hasil tinggi.
Sementara itu, Bitcoin bereaksi cepat. Harga BTC naik dari sekitar US$112.500 ke US$113.400 hanya dalam beberapa menit setelah pengumuman data tenaga kerja yang lemah. Kenaikan ini menandakan pasar mulai memanfaatkan sentimen dovish The Fed untuk aset berisiko.
Reaksi pasar terhadap Bitcoin dan aset spekulatif lain menunjukkan keyakinan bahwa The Fed mungkin akan segera memangkas suku bunga. Investor melihat perlambatan di pasar tenaga kerja sebagai sinyal bahwa ekonomi tidak sekuat perkiraan sebelumnya.
Konsensus Pasar dan Skenario ke Depan
Menurut CME FedWatch Tool, pasar kini menilai ada 96,4 persen kemungkinan The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam rapat pekan depan, dengan hanya 5 persen peluang pemangkasan lebih besar, yakni 50 basis poin.

Jika prediksi Morgan Stanley dan Deutsche Bank terbukti, tahun 2025 akan menjadi awal siklus pelonggaran baru bagi The Fed. Dampaknya tidak hanya terasa di Wall Street, tetapi juga merambat ke pasar global, mulai dari nilai tukar hingga aset digital.
Dengan demikian, arah kebijakan The Fed dalam beberapa bulan ke depan akan tetap menjadi fokus utama investor di seluruh dunia, dan setiap data ekonomi baru maupun pernyataan pejabat The Fed berpotensi menggerakkan pasar dengan cepat. [dp]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.