Badan intelijen nasional Israeal, Mossad membuka lowongan kerja (loker) khusus pakar kripto. Loker itu demi mempercepat penanganan kejahatan terkait kripto di negeri itu.
Mossad, untuk kali pertama secara terbuka membuka lowongan kerja bagi pakar teknologi keuangan kripto. Jabatan khusus itu diwajibkan membuat metode pembayaran kripto. Dilansir dari media lokal Ynet, Mossad kelak juga akan menggunakan metode itu untuk pembayaran kepada setiap agen, termasuk dalam pembelian alat-alat intelijen.
“Kami mencari pakar teknologi keuangan dan kripto yang mampu memimpin, menggagas ide, merencanakan, dan mendampingi kegiatan pengembangan sistem. Pengalaman minimal 3 tahun di bidang teknologi keuangan,” sebut Mossad, dilansir dari media lokal itu.
Tumbuhnya adopsi kripto di seluruh dunia, tak terhindarkan telah menyebabkan berbagai pemerintah memperluas pemahaman mereka sendiri tentang ekosistem baru itu.
Dalam upaya untuk mencapai ini, badan intelijen Israel Mossad dilaporkan mencari untuk memperkerjakan seorang ahli kripto.
Alasan pembayaran menggunakan kripto oleh Mossad dinilai cukup beralasan, karena selaras dengan dunia intelijen yang sepenuhnya tersamarkan.
Ketertarikan yang tiba-tiba pada kripto ini juga bisa berasal dari kegiatan anti-terorisme Israel saat ini.
Pada Juni tahun ini, di tengah pertempuran antara tentara Israel dan kelompok separatis Hamas, Biro Nasional untuk Pembiayaan Kontra Teror negara itu telah memerintahkan penyitaan 84 alamat kripto yang dianggap terkait dengan organisasi tersebut.
Meskipun Bitcoin mungkin menjadi mata uang pilihan mereka, karena keamanan dan anonimitasnya yang relatif, popularitasnya dapat dianggap sebagai kelemahan dalam kasus ini. Namun, privacy coin seperti Monero mungkin penting bagi badan intelijen untuk dipelajari, karena lebih sulit dilacak.
Terkait kripto dan Israel, dilansir dari Jerusalem Post, 1 Desember 2020 lalu, peretas “BlackShadow” membocorkan data-data penting Shirbit, perusahaan asuransi raksasa asal Israel, di Twitter. Data itu di antaranya berupa gambar KTP dan SIM nasabah Shirbit. Parahnya, data pribadi Gilad Noitel, pimpinan pengadilan distrik Tel Aviv juga turut bocor.
Kemudian pada 2 Desember 2020, BlackShadow menuntut Shirbit agar segera membayar tebusan sebesar 50 BTC (US$961.110) dalam tempo 24 jam, agar data-data lain tidak dibocorkan ataupun dijual kepada pihak lain dan data yang dienkripsi bisa dipulihkan. Tuntutan itu diterbitkan di akun Telegram BlackShadow.
“BlackShadow memperingatkan bahwa jika Bitcoin tidak dikirim dalam 24 jam, tebusan akan naik menjadi 100 bitcoin (US$1.922.220). Jika 24 jam lagi berlalu, permintaan akan naik menjadi 200 bitcoin (US$3.847.680),” tulis Jerusalem Post, melansir pernyataan peretas.
Pihak perusahaan disebutkan telah melapor kepada otoritas setempat dan menggandeng sejumlah pakar untuk menyelidiki kasus itu. [red]