Dunia kripto tidak pernah sepi kejutan. Dari lonjakan harga Bitcoin hingga gebrakan Ethereum, investor sudah terbiasa menyaksikan bagaimana sebuah momentum bisa mengubah arah pasar dalam waktu singkat. Kini, giliran Solana yang disebut-sebut siap memasuki “musimnya” sendiri.
Resep yang Sama, Pemain yang Berbeda
Matt Hougan, CIO Bitwise, dalam blog yang dirilis pada Selasa (09/09/2025), menilai Solana berpotensi mengikuti jejak sukses BTC dan ETH. Menurutnya, ada “resep” sederhana yang sudah terbukti ampuh: arus masuk ETP ditambah pembelian masif dari korporasi.
“Bitcoin mengikuti resep ini dari US$40.000 pada Januari 2024 hingga mencapai US$112.000. Ethereum menemukan resep yang sama pada April 2025, dan sejak itu harganya sudah naik tiga kali lipat menjadi US$4.500. Ketika permintaan melebihi pasokan, harga cenderung naik,” jelas Hougan.
Kini, sejumlah manajer aset besar seperti Bitwise, Grayscale, VanEck, hingga Fidelity sudah antre meluncurkan Solana Spot ETF. Keputusan SEC dijadwalkan keluar pada 10 Oktober 2025. Jika disetujui, SOL berpotensi mendapat dorongan pada Q4 2025.
Momentum tersebut diperkuat oleh tiga pemain utama—Galaxy Digital, Jump Crypto, dan Multicoin Capital—yang mengucurkan dana sebesar US$1,65 miliar untuk mendirikan Forward Industries, perusahaan treasury publik yang akan membeli sekaligus melakukan staking SOL.
Menariknya, Kyle Samani, pendiri Multicoin, ditunjuk sebagai chairman Forward Industries. Kehadirannya dipandang mampu menjadi “wajah” Solana di media finansial, serupa dengan peran Michael Saylor bagi Bitcoin atau Tom Lee bagi Ethereum.
Keunggulan Solana dan Tantangan di Depannya
SOL ETP dan treasury memang bisa jadi pemicu, tetapi tidak cukup untuk menarik investor tanpa alasan fundamental yang kuat. Kasus Ethereum jadi contoh: lonjakannya baru terjadi setelah minat pada stablecoin meningkat pertengahan 2025.
Di sisi teknis, blockchain Solana menawarkan keunggulan. Biaya transaksi di bawah US$0,01, sementara upgrade terbaru memangkas waktu finalisasi dari 12 detik menjadi hanya 150 milidetik. Hal ini membuatnya dinilai sebagai salah satu blockchain tercepat dan paling efisien.
Meski dikritik karena sentralisasi, Solana terus bertumbuh. Data terbaru pada platform DeFiLlama mencatat, Solana menempati posisi ketiga dalam kapitalisasi stablecoin dan keempat dalam tokenisasi, dengan pertumbuhan 140 persen sepanjang tahun.
Ukuran pasar Solana yang masih kecil jadi daya tarik tersendiri. Dengan kapitalisasi sekitar US$116 miliar—jauh di bawah BTC (US$2,22 triliun) dan ETH (US$519 miliar)—arus dana yang relatif kecil bisa memberi dampak besar pada harga SOL.

Jika kombinasi fundamental, dukungan institusi, dan regulasi berjalan sesuai harapan, Solana berpeluang memasuki fase penting dalam siklus kripto berikutnya. Bagi sebagian investor, inilah saat yang tepat untuk bertanya: apakah “musim Solana” benar-benar sudah di depan mata? [dp]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.