SmartContract ChainLink Limited SEZC, perusahaan pengelola teknologi Chainlink, beraset aset kripto LINK mengakuisisi protokol DECO buatan Universitas Cornell. Profesor kampus itu, Ari Juels didaulat sebagai Kepala Ilmuwan Chainlink Labs untuk mengawasi pemaduan DECO ke sistem Chainlink.
Tak dijelaskan berapa uang yang digelontorkan untuk membeli protokol, yang disebut-sebut bisa mempercanggih sistem Chainlink di masa depan itu.
Yang pasti, whitepaper perdana Chainlink pada tahun 2019 silam, sebagian disusun oleh sang profesor bersama Sergey dan salah satu pendiri Chainlink, Steve Ellisdan.
Harga Menguat
Kabar akuisisi itu memantik sentimen positif pasar, sehingga menguatkan harga aset kripto LINK di pasar global. Dalam 24 jam terakhir, harga LINK, naik dari kisaran US$15 menjadi US$17.
Aset kripto LINK menarik perhatian, menambah permintaan terhadapnya. Dalam tempo sebulan saja sudah menguat 117 persen dan setahun menjadi 854 persen.
Membuncahnya perhatian pasar, praktis mengerek peringkat kapitalisasi pasarnya di 5 besar versi Coinmarketcap.
Berdasarkan data terkini, kapitalisasi pasarnya setara dengan Rp87 triliun dengan volume harian Rp33 triliun. Circulating supply LINK adalah 350 juta unit. Capaian itu melangkahi posisi EOS, NEO, Bitcoin SV dan Ripple (XRP).
Apa Sebenarnya Chainlink?
Dalam konteks teknologi yang dirancangnya, Chainlink adalah jaringan oracle desentralistik yang menyediakan data real-world ke dalam smart contract di blockchain.
Oracle adalah peranti lunak yang bertindak sebagai perantara (middleware), menerjemahkan data real-world (tidak tersedia di blockchain/off-chain) ke dalam smart contract di blockchain dan sebaliknya.
Sedangkan smart contract adalah kontrak/perjanjian dalam bentuk kode program khusus yang telah ditentukan sebelumnya (pre-determined) di blockchain. Smart contract juga bersifat permanent alias kekal, sehingga tidak bisa diubah, sekali setelah setelah terbentuk.
Ia bermanfaat untuk mengkaji informasi dan secara otomatis dieksekusi ketika kondisi tertentu terpenuhi (IF… THEN).
Sedangkan LINK adalah simbol untuk aset kripto jaringan itu sebagai aspek imbalan dan aspek collateral (jaminan) kepada dan oleh simpul (node) jaringan.
Pengelola simpul wajib menyimpan aset kripto LINK dengan jumlah tertentu sebagai collateral (jaminan) dalam menyediakan data ke dalam sistem.
Pengelola simpul yang memberikan data sahih diberikan imbalan, juga berupa aset kripto LINK. Sebaliknya, jika data masukan (input) keliru atau palsu, maka imbalan LINK dikurangi atau dengan mekanisme punishment tertentu.
Peran DECO
Secara sederhana teknologi protokol DECO oleh Universitas Cornell akan lebih memantapkan sistem Chainlink yang telah ada, khususnya aspek keamanan pribadi ketika data eksternal dipadukan ke dalam blockchain melalui smart contract.
DECO diklaim bisa membuktikan asal dan status informasi rahasia yang dikirimkan melalui oracle, tanpa memaksa pengguna untuk menyerahkan data pribadinya.
Misalnya Anda ingin membuktikan bahwa Anda benar-benar memiliki saldo LINK di bursa aset kripto, misalnya Triv atau Indodax. Atau mungkin Anda mengirimkan gambar-gambar di media sosial Twitter.
Menggunakan teknologi DECO, Anda tak perlu membuktikan dua hal itu dengan memberikan informasi wallet LINK Anda atau nama pengguna Twitter Anda. Semuanya diwakili oleh teknologi DECO dan datanya dianggap sahih.
Ke depan, jika proyek Chainlink ini memang bisa berlanjut, ada implikasi yang lebih luas berkat DECO itu. Misalnya ketika Anda ingin membuktikan saldo rekening bank kepada pihak lain, DECO bisa menyamarkan data lain yang sifatnya rahasia.
Hal lainnya, petugas imigrasi di bandara kelak tak perlu melihat paspor Anda secara langsung, untuk membuktikkan kewarganegaraan Anda. Ini menghindari oknum petugas yang nakal yang bisa melihat semua data Anda yang sifatnya pribadi.
Chainlink, LINK dan DeFi
Sejauh ini, penerapan teknologi Chainlink masih terbatas di sektor Decentralized Finance (DeFi) yang mengolah data transaksinya untuk banyak kategori, termasuk Lending.
Sektor DeFi yang sudah menjulang lebih dari US$8 miliar amat terbantu dengan Chainlink, karena memastikan data yang masuk dan keluar benar-benar sahih dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pun lagi teknologi Chainlink semakin menegaskan keunggulan DeFi sebagai alternatif keuangan yang lebih fleksibel, daripada menggunakan layanan bank atau perusahaan penyedia layanan keuangan serupa yang dirasa merepotkan.
Menggunakan layanan DeFi dalam struktur dApp praktis tidak memerlukan layanan perbankan. Sifatnya yang terbuka dan terotomatisasi, memungkinkan siapa saja bergabung dan mendapatkan cuan.
Profesor Ari Jules guru besar ilmu komputer di Universitas Cornell. Sebelumnya dia adalaah Kepala Ilmuwan keamanan RSA, sebuah perusahaan manajemen risiko digital dan keamanan siber yang berbasis di Massachusetts.
Jules bersumbangsih cukup besar pada tahun 1999 mengenai Proof of Work, yang dikenal baik sebagian aspek teknologi terpenting bagi blockchain Bitcoin dan blockchain lainnya.
Sejak kemunculannya tahun 2017 silam, sistem Chainlink juga digunakan oleh organsiasi SWIFT dalam sistem pembayaran lintas negara melalui 11 ribu bank di seluruh dunia. SWIFT dalam proyek SWIFT Smart Oracle. [red]