Sejarawan ekonomi asal Inggris, Niall Ferguson, menyarankan Biden agar memadukan Bitcoin ke sistem keuangan Amerika Serikat (AS). Ia memuji “pertobatan” Profesor Nouriel Roubini yang sebelumnya sangat garang terhadap Bitcoin.
“Daripada berusaha menciptakan dolar digital gaya Tiongkok, pemerintahan Joe Biden yang baru harus mengakui manfaat dari memadukan Bitcoin ke dalam sistem keuangan AS— yang pada awalnya memang dirancang untuk tidak terlalu terpusat dan lebih menghormati privasi individu,” kata Ferguson dalam artikel pada 30 November 2020 di Bloomberg.
Mengakui Bitcoin sebagai aset penyimpan nilai (store of value asset) lebih daripada emas, Ferguson menegaskan bahwa pandemi saat ini adalah saat yang baik bagi adopsi aset kripto, guna mendorong revolusi moneter global.
“Reli Bitcoin tahun ini telah mengejutkan sejumlah cendekiawan, ketika beberapa waktu lalu, harga Bitcoin mampu melampaui harga tertinggi sepanjang masa. Lihat dolar AS turun 4 persen sejak 1 Januari 2020. Sedangkan naik hanya 15 persen. Tetapi harga dolar naik lebih dari 139 persen secara year-on-year,” jelasnya.
Ferguson meyakini tindakan oleh Tiongkok berperan sebagai cetak biru bagi negara lain untuk mengembangkan sistem pembayaran antar negara dan remitansi. Tetapi, ia tidak menyarankan AS mengambil langkah serupa.
Ia menambahkan otoritas di AS telah memiliki cara untuk menegakkan aturan terkait Bitcoin.
Dirjen Pajak AS kini mewajibkan setiap warga memberi pernyataan terkait simpanan aset kripto, dan mengejar pengguna Coinbase yang tidak mematuhi persyaratan pelaporan pajak. Selain itu, FBI menyelidiki kasus pencucian uang memakai aset kripto.
Profesor AS: Bitcoin Mungkin, Sebagian, sebagai Aset Penyimpan Nilai
“Intinya adalah data keuangan individu taat hukum lebih terlindungi oleh Bitcoin dibanding Alipay,” tambah Ferguson yang juga profesor tamu di Universitas Tsinghua, Bejing itu,
Ia juga tak lupa menyoroti “pertobatan” sejumlah investor dulu yang pernah menghardik dan mengkritik Bitcoin.
Ferguson mencontohkan ucapan Profesor Nouriel Roubini pada Februari 2018, yang mengatakan Bitcoin telah menjadi “gelembung terbesar dalam sejarah manusia.” Harganya sekarang akan “jatuh ke nol”. Hal serupa ia sampaikan juga di Kongres dan Twitter.
“Namun pada November 2020 Roubini terpaksa mengubah nadanya. Ia akhirnya mengakui Bitcoin adalah ‘mungkin sebagian sebagai penyimpan nilai’. Jadi, tidak bisa begitu mudah direndahkan, karena setidaknya ada algoritma yang memutuskan berapa banyak pasokan Bitcoin meningkat dari waktu ke waktu’. Jika saya menyukai gaya hiperbola seperti Roubini, saya akan menyebut ini adalah pertobatan terbesar sejak Santo Paulus,” kata Ferguson. [ed]