Nusa Exchange (nusax.co.id), bursa jual beli kripto yang berbasis di Yogyakarta banyak memperjualbelikan token-token kripto buatan pengembang kripto di Indonesia. Dari 12 kripto yang kini diperdagangkan di Nusax, 5 di antaranya adalah kripto lokal, yakni Eunomia, DATP, Mamecoin, Agricoin dan Waletoken.
“Kami ingin membangun ekosistem kripto Indonesia lebih maju. Kemarin kami mungkin hanya melihat kripto itu hanya dari luar, padahal di Indonesia sendiri, SDM-nya sudah mampu sampai ke tingkatan yang mumpuni,” ujar CEO NusaX, Haidar Abdillah, Jumat pekan lalu.
Haidar mencontohkan, token PundiX yang dikembangkan oleh sejumlah pengembang asal Indonesia, tidak terlalu dikenal di Indonesia, tetapi malah lebih ramai di luar negeri.
“Kalau target kami ke depan, kami akan meluncurkan program coin voucher, di mana semua koin bisa dikonversi menjadi voucher, sehingga mempermudah proses transfernya. Untuk program ini, rencananya Nusax bekerjasama dengan Vexanium, salah satu pengembang kripto yang SDM-nya juga berasal dari Indonesia, tetapi berbadan hukum di Singapura,” ujarnya.
Nusax diluncurkan secara resmi pada Oktober 2018 lalu. Saat ini, volume transaksi di platform ini masih terbilang kecil.
“Untuk saat ini, transaksi harian masih berkutat antara Rp300-400 juta,” ujar Haidar.
Dari transaksi tersebut, kripto yang paling ramai diperdagangkan adalah pair altcoin/BTC. “Sedangkan untuk pair IDR masih sepi, paling berkutat di antara Rp50 jutaan,” ujarnya. Untuk jumlah pengguna Nusax sendiri saat ini sekitar 40 ribu pengguna.
Agar transaksi meningkat, Haidar mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan sejumlah pengembang lain, seperti Vexanium dan Agricoin.
“Kami berencana membuat lomba trading untuk Agricoin. Diharapkan ini akan menggenjot volume perdagangannya,” ujarnya.
Rencananya, tahun ini sekitar Maret atau paling telat pertengahan tahun, Nusax akan melakukan re-launch.
“Harapannya untuk memberikan nuansa baru untuk bisa berkolaborasi dengan semua kripto lokal. Kita lebih fokusnya ke para kripto lokal,” ujarnya. [jul]