Ricardo Salinas Pliego, orang terkaya asal Meksiko akhirnya mengaku sudah membeli Bitcoin. Hal itu disampaikannya melalui Twitter pada pagi hari ini, 18 November 2020.
“Ya, saya memiliki Bitcoin sebanyak 10 persen dari portofolio likuid saya. Sedangkan sisanya, yakni 90 persen, sebagian di bisnis penambangan emas. Bitcoin melindungi warga dari perampasan pemerintah,” katanya.
Hoy les recomiendo EL PATRÓN BITCOIN, este libro es el mejor y más importante para entender #Bitcoin.
El Bitcoin protege al ciudadano de la expropiación gubernamental.
Muchas personas me preguntan si tengo bitcoins, SÍ. Tengo el 10% de mi portafolio líquido invertido en el 😌💵 pic.twitter.com/6LtFVCXvuA
— Ricardo Salinas Pliego (@RicardoBSalinas) November 17, 2020
Dalam Twitter berbeda sebelumnya, ia juga melampirkan video tumpukan uang kertas Venezuela yang disimpan dalam plastik sampah, menandakan betapa tak bernilainya uang fiat akibat hiperinflasi di negara itu.
Para iniciar con el #Bitcoin, les comparto un video tomado en un país latino donde los bancos tiran el dinero a la basura (el papel moneda no vale nada) es por eso que siempre es bueno diversificar nuestro portafolio de inversiones 😌.
Esto es la expropiación inflacionaria! 🤦🏻♂️ pic.twitter.com/ahblQW6AhO
— Ricardo Salinas Pliego (@RicardoBSalinas) November 17, 2020
Bahkan Pliego menyarankan membaca buku khusus soal Bitcoin agar publik mengetahui dan memahami dasar-dasar dari Raja Aset Kripto itu.
Pliego adalah Pendiri dan Kepala Grupo Salinas, konglomerasi di bidang telekomunikasi, media massa, layanan keuangan dan toko ritel.
Bitcoin Merangsek Hingga US$18 Ribu per BTC
Sebelumnya, pada 17 November 2020, pukul 18:57 WIB, Bitcoin sah menembus batas psikologis, yakni US$17 ribu (Rp240 juta).
Hari ini Raja Aset Kripto itu melanjutkan penguatannya, sukses menduduki US$18.264 ribu (Rp254 juta) per BTC. Capaian itu menguatkan harapan pasar bahwa kelas aset baru itu menuju US$20.000 (Rp282 juta) per BTC.
Dengan capaian terbaru itu, Bitcoin telah menghabiskan 112 hari berturut-turut di atas US$10.000, rentang terpanjang dalam sejarah, setelah mencapai angka 100 hari pada 5 November 2020.
Volume Bitcoin tetap stabil selama beberapa hari terakhir, antara US$23 miliar dan US$32 miliar. Hal ini konsisten selama beberapa bulan terakhir, meskipun terjadi kenaikan harga.
Liarnya kenaikan harga saat ini senada seperti pada tahun 2017, yang “menembak” US$20.000 yang tidak berlangsung lama.
“Bitcoin mania kembali! Bitcoin dapat dengan mudah mencapai US$17.000 dan semua orang kini membidik US$20. 000, yang sekaligus bisa memicu aksi jual,” katanya, dilansir dari Bloomberg, 17 November 2020, beberapa jam setelah Bitcoin berhasil menyentuh titik tertinggi baru tahun 2020 itu.
Imbal hasil Bitcoin kini lebih dari 100 persen pada tahun ini mengikuti “pelukan” yang lebih luas kalangan Wall Street, di antaranya Fidelity Investments, yang meluncurkan produk investasi Bitcoin Fund.
Investor makro Paul Tudor Jones juga sudah jauh-jauh hari memproklamirkan membeli Bitcoin sebagai aset lindung nilai terhadap potensi inflasi.
Sosok Paul Tudor Jones, Pengusaha AS yang Bertaruh Beli Bitcoin untuk Lawan Inflasi
Berikutnya berturut-turut adalah perusahaan publik Square dan MicroStrategy dengan keputusan serupa.
Kemudian ada PayPal pada 21 Oktober 2020, mengumumkan membuka layanan baru, yakni jual-beli aset kripto termasuk Bitcoin.
Keputusan itu diprediksi membuka gerbang yang luas bagi adopsi aset kripto secara umum, utamanya Bitcoin.
Melaju di US$18 ribu, tampaknya akan kian melecutkan semangat para penghayat aset kripto, sama seperti bull run tahun 2017, menuju US$20 ribu per BTC.
“Bitcoin secara konsisten menjadi salah satu aset berkinerja terbaik di dunia sejak ia diciptakan. Lonjakan terbaru ini terjadi, karena pemain yang lebih besar memasuki pasar membeli sedikit pasokan yang tersisa untuk dijual,” kata Mati Greenspan, Pendiri Quantum Economics. [red]