Beberapa pakar hukum menilai Sam Bankman-Fried terlalu banyak berkoar, sehingga mengganggu proses penyelidikan hukum atas perusahaan FTX dan Alameda Research yang telah jatuh bangkrut. Sebaliknya, mantan miliarder tersebut disarankan untuk tutup mulut saja.
Dilansir dari Market Watch, pengacara kriminal California, Mark Broughton menilai gaya SBF yang tengah membangun narasi seputar kehancuran dinasti kriptonya malah menjerumuskan upaya litigasi dan membuat tim kuasa hukumnya pusing sendiri.
“Pengacara mana pun yang layak mendampinginya harus menyuruhnya tutup mulut,” kata Broughton yang telah banyak menulis tentang manajemen media yang efektif untuk pengacara.
Sejumlah pihak menilai, Sam Bankman masih terbuai dengan strategi komunikasi dan manajemen media yang membantu perusahaannya menjadi raksasa kripto dengan cara banyak berbicara kepada publik lewat media massa dan media sosial.
Namun, menurut para ahli, hal serupa tak berlaku dalam skandal FTX karena perkara hukumnya amat rumit yang menyebabkan kerugian hingga milyaran dolar.
Broughton mengatakan, pengacara kasus pidana pada khususnya, lebih suka klien mereka tetap diam di depan umum.
Berkebalikan dengan anjuran pakar hukum, Bankman-Fried masih teratur berkoar-koar di Twitter, bahkan memberikan komentar tanpa pertimbangan matang, baik kepada wartawan dan bahkan setuju untuk tampil secara virtual di konferensi New York Times Dealbook, belum lama ini.
“Adalah wajar untuk menyampaikan narasi ke ranah luar. Hanya saja untuk kasus ini adalah sesuatu yang harus diserahkan kepada pengacara. Sebab apa pun yang Anda katakan dapat digunakan untuk mendakwa Anda,” timpal Broughton.
Seperti diketahui, CEO baru FTX, John Ray III, yang ditunjuk oleh hakim kebangkrutan federal di Delaware untuk mengambil alih perusahaan, juga telah mengkritik SBF yang terus memposting tweet yang tak henti-hentinya dan cenderung mengganggu.
Dalam pandangan John Ray, tindakan SBF tersebut hanya menghambat upaya untuk melepaskan kekacauan skandal FTX dan Alameda.
Pasca pengajuan kebangkrutan Bab 11 oleh FTX dan rekanannya awal November lalu, Jaksa Federal dan Regulator di AS telah menyelidiki tuduhan bahwa Bankman-Fried menyalahgunakan simpanan pelanggan dan miliaran dolar hilang.
SBF juga menghadapi gugatan perdata dari jutaan pelanggan yang rekeningnya telah dibekukan.
Pengacara dan PCopo Strategies, Wayne Pollock berpendapat, akan sangat sulit bagi Bankman-Fried untuk diam, mengingat dia telah membangun perusahaannya sebagian besar melalui pendekatan agresif terhadap wartawan, media dan keterlibatan publik secara online.
“Ini adalah contoh pengusaha rintisan teknologi yang terbiasa melakukan segala sesuatu di depan umum,” kata Pollock.
Kata Pollock lagi, popularitas FTX sebelumnya dicapai melalui media sosial dan podcast. SBF tetaplah adalah wajah publik untuk FTX dan sebagian besar dunia crypto.
“Itu adalah kebiasaan baginya dan itu sulit untuk ditinggalkan,” ucap praktisi yang kerap memberi advis bagi pengacara tentang cara memanfaatkan hubungan masyarakat untuk membantu klien mereka.
Kasus skandal FTX diperkirakan akan membuka kesempatan untuk mendefinisikan kembali cryptocurrency, yang selama ini menjadi perdebatan antara regulator dan praktisi bisnis kripto.
Pejabat pemerintah mengatakan bahwa mereka beroperasi seperti sekuritas (efek) lainnya dan oleh karena itu tunduk pada undang-undang sekuritas. Namun, pemimpin industri kripto berpendapat sebaliknya.
“Regulator sangat lamban dalam menangani secara definitif apa itu sekuritas (efek). Mereka sudah membahas ini selama lima tahun. Mungkin dengan kasus ini mereka akhirnya akan menawarkan definisi pasar cryptocurrency dalam regulasi dan jelas,” kata Max Dilendorf, pengacara bidang kripto dan fintech di New York. [ab]