Di tengah sorotan statusnya yang tak lagi dianggap sekuritas, pakar kripto membuat prediksi yang luar biasa untuk harga XRP di bull run yang berikutnya.
Dalam wawancara terbaru yang menarik, analis kripto terkenal Zach Rector berbincang dengan Patrick L. Riley, Pendiri visioner dari Reaper Ascencion Index Ark Institute. Diskusi ini berfokus pada masa depan kripto Ripple dalam pasar bullish yang diperkirakan akan datang.
Harga XRP Sentuh US$22Â
Riley, tokoh terkemuka dalam industri kripto, membagikan prediksinya yang optimistis untuk XRP. Ia memperkirakan bahwa mata uang digital ini dapat mencapai ketinggian yang belum pernah terjadi sebelumnya, melampaui rekor sebelumnya.
Dalam menjelaskan prediksinya, Riley menyatakan bahwa XRP berada dalam posisi yang baik untuk mencapai rekor tertinggi baru, berpotensi mencapai atau melampaui US$22 pada bull run berikutnya.
Coin Edition melaporkan bahwa, pandangan bullish ini didasarkan pada pengembangan berkelanjutan dari XRP Ledger dan adopsinya yang semakin meningkat dalam ekosistem mata uang digital.
“Penambahan sidechain EVM ke XRP juga akan mendorong potensi kenaikan kripto ini,” ujarnya.
Riley menekankan bahwa banyak proyek yang saat ini menggunakan token ERC20 kemungkinan akan beralih ke XRP, tertarik oleh finalitas transaksi yang cepat dan biaya operasional yang lebih rendah.
Riley lebih lanjut memperkuat pandangannya yang bullish dengan memproyeksikan bahwa bahkan dalam keadaan pasar bearish, XRP dapat mempertahankan nilai di atas US$10. Ini adalah prediksi yang mencolok, terutama mengingat pada saat wawancara, XRP diperdagangkan di kisaran US$0,6165.
Dalam pernyataan yang berani, Riley membayangkan XRP akhirnya akan melampaui Bitcoin sebagai aset kripto terdepan.
Ia menunjukkan bahwa meskipun Bitcoin mungkin dapat mempertahankan harga yang tinggi, keterbatasan utilitasnya memberikan keunggulan signifikan kepada XRP. Riley juga mencatat tantangan yang dihadapi Ethereum, memperkirakan masalah ini akan mendorong aliran modal ke arah XRP.
Meskipun berpotensi, XRP saat ini diperdagangkan jauh di bawah rekor tertinggi sepanjang masa sebesar US$2,4, yang dicapai pada tahun 2018. Kapitalisasi pasar dan harga kripto ini menderita pukulan besar setelah gugatan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) terhadap Ripple Labs, perusahaan di balik kripto ini.
Namun, dengan gugatan yang diharapkan mencapai kesimpulan tahun depan, Riley memprediksi bahwa kejelasan hukum mengenai status sekuritas XRP akan menghidupkan aktivitas di sekitar kripto ini.
Saat ini, XRP memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$33 milyar, menempatkannya sebagai aset kripto terbesar kelima di dunia. Di sepanjang tahun ini, XRP telah mengalami lonjakan signifikan lebih dari 73 persen.
Di sisi lain, sebuah seri khusus oleh The New York Times tentang perilaku konsumen global pada tahun 2024 menampilkan Presiden Ripple Labs, Monica Long. Seri ini, yang mengumpulkan wawasan dari beragam pengusaha, pemimpin bisnis dan akademisi, bertujuan untuk menilai perubahan pola konsumen.
“Struktur keuangan tradisional (TradFi) semakin tidak memadai dalam mendukung laju pertumbuhan komersial global yang cepat,” ungkap Long, dilansir dari Crypto Potato.
Ia menyoroti bagaimana, sebagai tanggapan, negara-negara berkembang beralih ke kripto seperti BTC dan XRP. Merujuk pada laporan dari IMF dan Dewan Stabilitas Keuangan, ia mencatat tren kriptoisasi di ekonomi yang berjuang dengan ketidakstabilan makroekonomi dan kontrol inflasi yang lemah.
Tren ini terlihat karena orang-orang di wilayah ini menunjukkan preferensi untuk aset kripto daripada mata uang lokal mereka.
Selain itu, presiden Ripple Labs menunjukkan bahwa selain mata uang kripto seperti BTC dan XRP, yang nilainya biasanya ditentukan oleh perilaku pasar, ada ketergantungan yang meningkat pada stablecoin.
“Di Argentina, Zimbabwe, dan baru-baru ini Nigeria, semakin banyak orang yang beralih ke kripto atau stablecoin yang didukung dolar AS daripada mata uang dalam negeri mereka yang bergejolak untuk menabung dan melakukan pembelian,” ujarnya.
TradFi, seperti yang didefinisikan oleh Techopedia, mencakup sistem keuangan arus utama dan lembaga konvensional seperti bank ritel, investasi dan komersial.
IMF, dalam artikel tahun 2022, menekankan potensi keuangan terdesentralisasi (DeFi) dan TradFi untuk hidup berdampingan dan secara kolaboratif mengatasi kebutuhan global kritis, seperti pendanaan proyek energi terbarukan. Namun, IMF menekankan perlunya standar dan aturan yang jelas agar sinergi ini efektif. [st]