Pasar kripto dan Bitcoin masih mengalami volatilitas, analis menyebut aksi jual belakangan ini tidak didominasi pemegang jangka panjang dampak optimistis yang tinggi.
Harga Bitcoin mengalami lonjakan ke US$87 ribu pada Rabu (5/3/2025) setelah sebelumnya sempat terkoreksi hingga menyentuh US$82 ribu pada Selasa (4/3/2025). Dalam sepekan terakhir, pergerakan Bitcoin berada di kisaran US$78 ribu hingga US$94 ribu, mencerminkan volatilitas tinggi yang masih mewarnai pasar kripto.
Gejolak ini turut dipengaruhi oleh sentimen kebijakan, khususnya terkait tarif impor serta arah kebijakan kripto yang diusung pemerintahan Donald Trump. Terpantau pada Kamis (6/3/2025) petang harga BTC bertengger di kisaran US$90.969.

Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, menjelaskan bahwa volatilitas ini dipicu oleh beberapa faktor.
“Salah satunya adalah kekhawatiran pasar terhadap dampak potensi perang dagang terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi, meskipun data inflasi PCE Januari menunjukkan tren penurunan. Selain itu, ketidakpastian mengenai kebijakan kripto AS yang lebih mendukung serta kepastian pemerintah dalam mendorong inovasi industri kripto juga menjadi perhatian,” ungkap Fahmi dalam keterangan tertulisnya belum lama ini.
Pasar Masih Fear
Indeks Fear & Greed saat ini masih menunjukkan level Extreme Fear, mencerminkan tingginya ketidakpastian di kalangan pelaku pasar.
Pada 7 Maret 2025, Donald Trump dijadwalkan menggelar KTT Kripto pertama di Gedung Putih yang akan dihadiri oleh eksekutif perusahaan kripto terkemuka, termasuk CEO Coinbase Brian Armstrong, pendiri Chainlink Labs Sergey Nazarov, CEO Exodus J.P. Richardson, dan Michael Saylor dari Strategy (sebelumnya MicroStrategy). CEO Robinhood, Vlad Tenev, juga diperkirakan hadir. Meski agenda pertemuan belum diumumkan secara jelas, diskusi diperkirakan akan berfokus pada kebijakan kripto di AS.
“Pertemuan ini dapat memberikan kepastian lebih terhadap berbagai spekulasi yang berkembang di pasar. Secara umum, pasar merespons inisiatif ini secara positif, yang terlihat dari penguatan harga BTC dan beberapa aset kripto lainnya. Namun, pelaku pasar masih mencermati sejauh mana pertemuan ini akan menghasilkan langkah konkret, mengingat sejauh ini kebijakan Trump lebih banyak berbasis pada retorika pro-kripto,” lanjutnya.
Selain itu, potensi konflik kepentingan dalam pertemuan ini juga menjadi sorotan.
“Investor perlu memperhatikan apakah hasil pertemuan ini akan menghasilkan regulasi yang inklusif atau justru hanya menguntungkan segelintir pihak di industri,” tambahnya.
White House Crypto Summit: Trump Undang Bos Kripto Terkemuka
Pemegang BTC Jangka Panjang Masih Optimistis
Lebih lanjut, Fahmi menjelaskan bahwa indikator SOPR (Spent Output Profit Ratio) untuk pemegang BTC jangka pendek yang turun di bawah 1 menunjukkan bahwa aksi jual belakangan ini didominasi oleh investor yang mengalami kerugian. Sebaliknya, pemegang jangka panjang tetap bertahan tanpa aksi jual signifikan, menandakan fundamental pasar kripto yang masih cukup solid meskipun volatilitas tinggi.
Peningkatan arus dana masuk ke Bitcoin Spot ETF juga menjadi sinyal pemulihan kepercayaan investor, terutama dari kalangan institusional. Data Coinglass dan The Block menunjukkan bahwa antara 10 Februari hingga 4 Maret, ETF ini hanya mencatat arus masuk positif pada dua kesempatan, yakni 14 dan 28 Februari. [ps]