Pasar kripto tertekan menjadi US$28,7 triliun, di mana harga BTC rontok dari US$99 ribu menjadi US$87 ribu dalam waktu kurang dari sepekan. Apa langkah berikutnya yang harus dilakukan? Seoarang analis justru menyarankan untuk melakukan profit taking di tahun 2025 ini.
Pasar aset kripto mengalami tekanan setelah mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menegaskan bahwa tarif impor sebesar 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko akan tetap diberlakukan sesuai jadwal. Pernyataan tersebut berdampak signifikan pada Bitcoin, yang dalam 24 jam terakhir turun 6 persen dan saat ini diperdagangkan di level US$88.938.
“Tarif terhadap Kanada dan Meksiko akan tetap berjalan sesuai jadwal,” ujar Trump dalam sebuah pernyataan yang memperkuat kekhawatiran pasar terkait kebijakan perdagangan yang lebih ketat, dilansir dari CNBC.
Di kesempatan terpisah Julio Moreno, Kepala Riset di CryptoQuant, mengungkapkan bahwa permintaan terhadap Bitcoin kini telah berbalik negatif untuk pertama kalinya sejak September tahun lalu.
“Tekanan beli mulai memudar, dan hal ini meningkatkan kemungkinan koreksi lebih lanjut,” ujarnya di X.
Pelemahan Bitcoin Berpeluang Semakin Dalam
Sementara itu, laporan dari Matrixport menunjukkan bahwa pelemahan Bitcoin berisiko semakin dalam, terutama karena penurunan saat ini terjadi di tengah periode aktivitas perdagangan yang rendah.
“Minat beli untuk memanfaatkan penurunan harga tampaknya masih lemah,” menurut laporan tersebut.
Raoul Pal, CEO Global Macro Investor, pun menyoroti kemiripan struktur pasar Bitcoin saat ini dengan tahun 2017.
“Kala itu, Bitcoin mengalami lima koreksi sebesar 28 persen sebelum akhirnya melanjutkan reli ke level tertinggi baru. Sebagian besar koreksi ini berlangsung selama dua hingga tiga bulan,” jelas Pal.
Di sisi lain, sentimen positif muncul dari pasar Ethereum. Kate The Alt, analis data altcoin, melihat momentum bullish untuk Ethereum seiring dengan akumulasi yang dilakukan oleh whale kripto.
“Jumlah dompet yang memiliki 10 ribu hingga 100 ribu ETH telah meningkat 24 persen dalam setahun terakhir. Sebagian besar pertumbuhan ini berasal dari dompet yang sebelumnya hanya memiliki kurang dari seribu ETH,” ungkapnya.
QCP turut menyoroti pergerakan Bitcoin yang akhirnya keluar dari kisaran sebelumnya, turun di bawah US$90.000 untuk pertama kalinya dalam sebulan dan kini bertahan sedikit di bawah level tersebut.
“Sentimen pasar tetap tertekan setelah keputusan Trump untuk menerapkan tarif terhadap Kanada dan Meksiko serta membatasi investasi dari China. Kami tetap berhati-hati,” ungkap QCP.
Mereka juga mencatat bahwa permintaan BTC belakangan ini sebagian besar didorong oleh institusi seperti dari Strategy yang memperoleh pendanaan melalui penerbitan obligasi berbasis ekuitas. “Pasar untuk pendanaan semacam itu mungkin sudah mendekati titik jenuh,” tambah QCP.
Sebelum crash dahsyat ini, Ali Martinez menyampaikan ulasannya yang bernada pesimistis mengenai kelanjutan bull market. Ia menyoroti bahwa altcoin season 2025 yang dinantikan banyak investor ternyata tidak terjadi.
“Ekspektasi akan lonjakan besar altcoin semakin memudar bukan karena pasar tidak mampu naik lagi, tetapi karena kondisi saat ini tidak mendukung. Setiap hari, proyek baru bermunculan, menciptakan pasokan yang jauh melebihi permintaan. Saat ini, ada lebih dari 36 juta token beredar, semuanya bersaing untuk mendapatkan perhatian dari jumlah investor yang stagnan atau bahkan berkurang,” ujarnya. Ia juga mencatat bahwa antara Januari hingga April, lebih dari US$25 miliar token baru akan dilepas (unlock) ke pasar, semakin membanjiri likuiditas yang sudah terbatas.
Mengungkap Altcoin Season 2025: Arti, Waktu, dan Penyebabnya
Martinez menambahkan bahwa pasar mengalami penurunan likuiditas yang mengkhawatirkan.
“Sejak Desember 2024, arus modal yang masuk ke pasar kripto telah turun lebih dari 70 persen. Ini menjadi sinyal peringatan besar yang banyak diabaikan. Dengan likuiditas yang mengering, pasar menjadi lebih mudah dimanipulasi. Itulah sebabnya pergerakan harga belakangan ini terlihat tidak menentu—banyak breakout palsu, lonjakan harga singkat, dan pembalikan mendadak yang tampaknya sengaja dibuat untuk menjebak trader,” jelasnya.
Ia juga mencermati bahwa berita positif tidak lagi mendorong harga naik seperti sebelumnya.
“Dulu, pengumuman seperti Donald Trump mendukung Bitcoin, kemungkinan ETF untuk Solana dan Dogecoin, serta sovereign wealth funds yang membeli Bitcoin bisa langsung mengangkat harga. Namun kini, sentimen pasar telah berubah. Kabar baik diabaikan, sementara berita buruk justru menekan harga dengan keras,” tambahnya. Ia menyoroti peretasan Ethereum di Bybit senilai US$1,46 miliar baru-baru ini sebagai pukulan besar bagi kepercayaan terhadap keamanan kripto.
Menurutnya, pola ini mirip dengan akhir bull run 2021. Pada puncak bull market sebelumnya, pasar menunjukkan tanda-tanda serupa. Ketika Bitcoin mendekati US$69.000 pada 2021, berita buruk lebih berdampak dibanding berita baik—sebuah indikasi bahwa siklus sedang mendekati titik jenuhnya. Hal yang sama terjadi pada akhir bear market 2022, di mana meskipun banyak kebangkrutan terjadi (seperti FTX, Celsius, dan Voyager), harga Bitcoin tetap bertahan di level US$15.500, menandakan bahwa semua sentimen negatif sudah diperhitungkan dalam harga. Sekarang, situasi ini terjadi di sisi sebaliknya dari siklus.
Laba Tether Tembus US$13 Miliar! Apakah Ini Tanda Bull Run di 2025?
Tahun 2025, Tahun Profit Taking
Martinez berpendapat bahwa tahun 2025 adalah waktu yang tepat untuk mengambil keuntungan di pasar kripto daripada berinvestasi jangka panjang. Dengan likuiditas yang semakin berkurang dan sentimen pasar yang berubah, saya memutuskan untuk menjual 80 persen kepemilikan Bitcoin saya. Risiko menahan aset saat ini lebih besar daripada potensi keuntungannya.
“Meskipun pasar masih bisa mengalami kenaikan, kondisi saat ini menunjukkan bahwa peluang profit taking lebih aman dibandingkan bertaruh pada kenaikan jangka panjang,” ungkapnya.
Ini yang Disarankan Dilakukan
Menurutnya, strategi terbaik saat ini adalah menunggu momen yang tepat. Pasar penuh dengan jebakan yang dipasang oleh market maker untuk menipu trader yang terlalu terburu-buru.
“Itu sebabnya, sejak 14 Februari 2025, saya hanya mengambil tiga posisi trading. Pendekatan saya seperti seekor singa yang mengintai mangsanya—tidak terburu-buru, tidak membuang energi sia-sia, tetapi menunggu saat yang paling tepat untuk menyerang dengan presisi,” jelasnya.
Dengan kondisi pasar yang terus berkembang, investor kini mencermati berbagai faktor makroekonomi, pola historis, serta likuiditas yang menurun sebagai acuan dalam menentukan langkah selanjutnya. [ps]