Sesuai harapan pasar, The Fed mengerek suku bunga acuan sebesar 75 basis poin, respons pasar saham dan kripto pun menyambut sangat positif. Proyeksi potensi resesi alias hard landing masih kental jika pertumbuhan ekonomi AS berkontraksi dan pada ujungnya akan menguntungkan pasar kripto, karena pemangkasan suku bunga diperkirakan dimulai tahun depan.
“Komite berusaha untuk mencapai lapangan kerja dan inflasi maksimum pada tingkat 2 persen dalam jangka panjang. Untuk mendukung tujuan ini, Komite memutuskan untuk menaikkan kisaran target suku bunga dana federal menjadi 2-1/4 hingga 2-1/2 persen [naik 75 basis poin-Red] dan mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran sasaran akan sesuai,” sebut The Fed, mengumumkan hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), Rabu (27/7/2022) waktu setempat atau Kamis (28/7/2022), pukul 01.00 WIB.
Per Kamis (28/7/2022) pukul 01.00 WIB, harga BTC terpantau menguat 3,43 persen dalam 24 jam terakhir, bertengger di US$21.900. Sementara ETH (11,7 persen), XRP (3 persen), BNB (7,9 persen), SHIB (2,7 persen) dan DOGE (5,65 persen) dan SOL (7,2 persen).
Kapitalisasi pasar kripto secara global masih terpantau menuju di US$1 triliun lagi, naik lebih 4 persen dalam 24 jam, berdasarkan data dari Coinmarketcap.
Khusus BTC, pada time frame harian, indikator Super Trend masih mengisyaratkan aksi beli, yang muncul sejak 18 Juli 2022, dampak dari pelemahan dolar yang dicerminkan oleh turunnya indeks DXY dari puncak lokal 109 di hari yang sama. DXY ketika artikel ini ditulis berada di 107 dan diperkirakan akan terus merunduk pasca pengumuman The Fed ini kendati sedang berjuang di atas MA50 pada time frame 4 jam.
Sejak akhir tahun lalu, pasar memang terus mengantisipasi laju kenaikan suku bunga yang agresif karena The Fed memproyeksikan inflasi yang tinggi. Inflasi ditargetkan menjadi 2 persen di masa depan. Dengan data per Juni 2022 lalu, inflasi menguat 9,1 persen year-on-year, tertinggi selama 40 tahun terakhir.
The Fed dan Pasar Kripto serta Pasar Saham Pasca Kenaikan Suku Bunga
Upaya The Fed untuk melawan inflasi dengan menaikkan suku bunga kemungkinan besar akan mengarah pada resesi, menurut sejumlah responden dari Survei Fed CNBC, Selasa (26/7/2022). Kendati beberapa responden berharap AS tidak mengalami resesi, mayoritas responden berpendapat ekonomi AS akan mulai berkontraksi pada akhir tahun ini.
Dalam survei itu, 63 persen responden percaya AS masuk ke dalam resesi. Sebanyak 30 responden berpendapat ada peluang sebesar 55 persen AS akan masuk resesi dalam 12 bulan mendatang.
“Jalan menuju soft landing tentu ada, tetapi sempit dan sangat sulit dikenali. Faktanya, beberapa indikator menunjukkan ekonomi AS mungkin sudah berada dalam resesi atau mendekatinya,” kata Roberto Perli, Kepala Penelitian Kebijakan Global di Piper Sandler.
Suku Bunga Diperkirakan Turun Mulai Tahun 2023
Meskipun kekhawatiran resesi muncul, The Fed diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga, hingga tahun depan akan menguranginya. Perkiraan rata-rata akan mencapai puncaknya sebesar 3,8 persen pada Maret 2023, kemudian terlihat menurun menjadi 3,1 persen pada akhir tahun 2023 dan 2,9 persen pada akhir 2024.
“Saya berharap The Fed mulai menunjukkan lebih banyak pertimbangan terhadap meningkatnya risiko resesi (dan) mulai memperlambat kenaikan suku bunga mulai September 2021, karena lapangan kerja kemungkinan akan turun tajam,” ujar Thomas Costerg, Ekonom Senior di Pictet Wealth Management.
Proyeksi Resesi Desember
Dari responden yang memprediksi resesi dalam 12 bulan ke depan, sebagian besar percaya itu akan dimulai pada Desember 2022 dan sebagian besar berpikir terjadi resesi ringan.
Pada saat yang sama, perkiraan pertumbuhan rata-rata telah turun tajam. Prakiraan Produk Domestik Bruto (PDB) telah dipangkas untuk setiap kuartal tahun ini dan setiap tahun untuk tahun ini dan tahun depan.
Misalnya, responden survei CNBC itu pada bulan Januari 2022 memperkirakan pertumbuhan tahun 2022 sebesar 4,7 persen. Selama survei berturut-turut, perkiraan itu telah dipangkas menjadi hanya 0,7 persen saat ini.
Tingkat pengangguran terlihat meningkat sebesar 0,8 poin persentase tahun depan menjadi 4,4 persen, sementara indeks konsumen melonjak menjadi 6,75 persen sebelum menurun tahun depan menjadi 3,35 persen.
“Setelah menaikkan suku bunga secara agresif, The Fed mungkin perlu segera beristirahat dan membiarkan langkah yang telah mereka buat,” kata Mark Vitner, Direktur Pelaksana dan Ekonom Senior di Wells Fargo Corporate Investment Bank.
Nilai Pasar Saham Sangat Terjangkau
Di satu titik saat ini, pelaku pasar tak menampik murahnya nilai pasar saham saat ini dan yang paling terjangkau sejak awal pandemi.
Proyeksi untuk S&P 500 misalnya ada pembalikan ke atas yang dimulai pada tahun ini. S&P 500 diperkirakan, rata-rata, akan tetap datar tahun ini, berakhir di 3.989, tetapi naik tahun depan ke 4.335.
Pasar Kripto dapat Diuntungkan Jika Terjadi Resesi
Faktor utama kenaikan luar biasa nilai pasar saham dan kripto setidaknya dalam 5 tahun terakhir per November 2021, adalah karena kebijakan suku bunga rendah yang dikeluarkan The Fed sejak krisis tahun 2008 dan ini ditegaskan oleh Goldman Sachs pada tahun 2021 silam, beberapa bulan sebelum puncak November 2021.
Kebijakan itu memungkinkan biaya modal kredit ke bank ataupun lembaga keuangan sejenis menjadi lebih murah dan meningkatkan permintaan dolar di pasar guna diinvestasikan ke aset-aset di kedua pasar itu.
Kini di era suku bunga tinggi akibat inflasi, pelaku pasar saham dan kripto perlu menanti lebih lama lagi untuk mengalami bull run. Dengan kata lain, tunggulah kebijakan suku bunga rendah berikutnya, jikalau memang resesi terjadi atau ketika kelak inflasi di AS sesuai sasaran The Fed, yakni 2 persen. Perihal bahwa resesi adalah peluang baik bagi kripto, ditegaskan sebelumnya oleh Bank of America.
Berdasarkan proyeksi Trading Economics beberapa bulan lalu, pencapaian target inflasi sebesar itu, bisa dicapai pada tahun 2023 dengan prediksi kekuatan dolar (DXY) mencapai 113 dari tertinggi lokal beberapa pekan lalu mencapai 109.
Dalam Jangka Pendek Bitcoin Cenderung Melawan Arus
Namun dalam jangka pendek, bercermin pasca kenaikan suku bunga Juni 2022, pasar saham dan pasar kripto cenderung melawan arus. Misalnya harga BTC, setelah turun hingga US$17.500 pada Juni 2022 lalu mampu naik hingga US$24 ribu pada Juli. Ini memberikan keuntungan baik dalam jangka sangat pendek.
Hal ini ditegaskan sebelumnya oleh QCP Capital, kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin, sama seperti bulan lalu dan tidak menjadi 100 basis poin, adalah cerminan The Fed sedikit lebih lunak.
“Setiap pertemuan FOMC tahun ini, kita telah melihat reaksi pasar langsung yang positif terhadap keputusan suku bunga. Kami mengharapkan hal yang sama untuk kali ini,” sebut QCP Capital di Twitter.
Selain itu, mereka memproyeksikan ada kemungkinan kenaikan lebih juga 75 basis poin, dengan agak mereda sebesar 50 basis poin, karena inflasi mungkin sudah mulai mereda.
Mereka juga berpendapat, jika tidak ada kejutan besar, pasar kripto bisa mendapat manfaat dari pertemuan FOMC dan kenaikan di pasar saham.
“Dengan risiko hawkish yang berlebihan dan dengan inflasi yang melambat, menurut kami pasar akan tetap mendapatkan support pada posisi terendah sebelumnya di US$17.600 dan ETH di US$880.
Namun tekanan masih dapat terjadi jika memang penambang Bitcoin terus melakukan aksi jual. Jika itu terjadi, QCP Capital memprediksi pergerakan sideways pada BTC untuk jangka pendek hingga menengah. [ps]