Pasar kripto terkonsolidasi sembari mengalami volatilitas tinggi dampak makroekonomi di AS. Lantas level BTC mana saja yang patut dipantau?
Secara umum pasar kripto tengah menghadapi tekanan jual besar atau dalam tren turun dengan harga Bitcoin yang mengalami koreksi, menyeret altcoin seperti Ethereum, Solana, dan Dogecoin ke dalam tren bearish dengan volatilitas cukup tinggi.
Pemicu utama dari penurunan ini adalah kebijakan tarif otomotif yang direncanakan oleh Presiden AS, Donald Trump, yang diperkirakan mulai berlaku pada 2 April 2025. Kebijakan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan potensi perang dagang baru, yang berisiko meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan dan mendorong aksi jual aset berisiko, termasuk kripto.
Namun demikian secara khusus, analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menyebutkan bahwa tingginya volatilitas saat ini menunjukkan bahwa pasar sedang berada dalam fase konsolidasi sebelum menentukan arah selanjutnya.
“Meskipun ada tekanan dari faktor makroekonomi dan kebijakan perdagangan AS, tren jangka panjang Bitcoin masih positif. Saat ini, BTC masih bertahan di atas level psikologis US$85.000, yang menandakan adanya akumulasi oleh investor besar,” sebutnya dalam keterangan tertulis, Kamis (27/3/2025).
Berdasarkan data CoinMarketCap, Bitcoin sempat turun di bawah US$87.000 dan berisiko kehilangan support level di US$86.000. Altcoin utama juga mengalami pelemahan, menghapus keuntungan yang sempat diperoleh pada akhir pekan sebelumnya.
Sebelumnya, Bitcoin sempat mencapai US$88.500 setelah muncul laporan bahwa tarif yang diberlakukan Trump tidak akan seketat perkiraan awal. Namun, tekanan jual yang dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global kembali membebani pasar kripto.
Sementara itu, pembelian besar-besaran yang dilakukan oleh Strategy, yakni 6.911 BTC senilai US$584 juta, sempat memberikan dorongan positif terhadap harga Bitcoin. Namun, volatilitas yang tinggi saat ini berisiko menggerus keuntungan tersebut.
Perhatian Level Bitcoin Ini
Ia menambahkan bahwa sentimen bullish bisa kembali menguat apabila Bitcoin berhasil bertahan di atas US$88.000 dan menembus resistance di US$90.000 dalam beberapa hari ke depan.
“Jika tekanan jual mereda dan ada sentimen positif dari kebijakan moneter atau adopsi institusional, Bitcoin berpotensi menguji level US$100.000 pada April mendatang. Namun, jika tekanan jual terus berlanjut, support level di US$84.736 dan US$81.162 menjadi titik yang harus diperhatikan oleh investor,” ujarnya.
Selain kebijakan tarif dari Trump, Fyqieh juga menyoroti faktor lain yang turut berkontribusi pada tekanan di pasar kripto, termasuk langkah investor institusional yang mulai mengurangi eksposur terhadap aset berisiko menjelang rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) pada Jumat (27/3/2025). PCE merupakan indikator inflasi yang menjadi perhatian utama The Fed, dan jika hasilnya lebih tinggi dari ekspektasi, pasar bisa mengalami aksi jual lebih lanjut.
“Bitcoin cenderung mengisi kesenjangan harga di pasar CME, yang berada dalam kisaran US$84.000-US$86.000. Secara historis, BTC sering kali kembali ke level ini sebelum melanjutkan tren bullish,” ujarnya.
Dengan kondisi pasar kripto yang terkonsolidasi, investor kripto disarankan untuk terus memantau perkembangan kebijakan global serta indikator teknikal utama. Saat ini, Bitcoin berada dalam fase krusial yang akan menentukan apakah tren bullish dapat bertahan atau justru berlanjut ke koreksi lebih dalam. Dalam jangka panjang, tren akumulasi oleh investor besar menunjukkan bahwa potensi kenaikan tetap ada, meskipun pasar mungkin akan mengalami fluktuasi signifikan sebelum mencapai kestabilan baru. [ps]