Bos Indodax, Oscar Darmawan mengatakan pasar NFT (Non-Fungible Token) semakin panas. Kabar terbaru adalah NFT cuitan Jack Dorsey tahun 2006 laku terjual Rp41 milyar! Tapi Dimaz, peneliti blockchain mengatakan NFT menyimpan kelemahan telak.
Oscar Darmawan mengatakan, bahwa NFT bagian tak terpisahkan dari teknologi blockchain, berkat fitur smart contract.
NFT pada prinsipnya mirip aset kripto biasa, tetapi dibuat khusus dan hanya ada satu dan unik, teraosisai dengan objek lainnya, misalnya gambar, cuitan ataupun video.
NFT bisa dilacak dan disimpan kekal di blockchain. NFT adalah representasi dari semua data dan jenis file digital, termasuk benda-benda fisik lainnya yang dianggap bernilai.
“Kendati sedang hype di kalangan seniman digital dan musisi, NFT juga sesuai bagi pencipta atau penemu teknologi. Suatu karya dilelang dengan NFT dan dibeli dengan aset kripto. Karena menggunakan sistem blockchain, transaksi dengan NFT lebih efisien dan mudah diverifikasi,” kata Oscar, Rabu (24/03/2021).
Peneliti: Bisa Rugikan Investor
Namun kritik terhadap token digital unik itu tak dapat dihindarkan, karena memiliki sejumlah kelemahan.
Dimaz Ankaa Wijaya, Associate Research Fellow di bidang teknologi blockchain di Deakin University, mengatakan bahwa sifat kekal file yang terkait NFT tidaklah benar sepenuhnya.
“Ada banyak keluhan, bahwa pembeli NFT justru merasa kecewa, karena NFT yang mereka beli hilang atau diganti dengan benda digital lainnya. Benda-benda digital yang jadi NFT itu, di antaranya cuitan di Twitter, audio, atau yang paling sering, adalah gambar digital, disimpan dalam server pihak ketiga ataupun platform IPFS (Interplanetary File System),” tulis Dimaz di blog-nya, belum lama ini.
Dia melanjutkan, sayangnya, media penyimpanan tersebut, baik server maupun IPFS, tidak menjamin bahwa barang NFT yang terasosiasi dengan token, tersimpan dengan permanen.
“Barangkali si pembeli tidak familiar dengan teknologi blockchain, yang sebenarnya tidak termasuk menjamin data yang tersimpan di luar blockchain,” tegas Dimaz. [red]