Pendiri Telegram yang juga pelopor blockchain TON, Pavel Durov, dijadwalkan hadir di pengadilan Prancis pada Minggu sore waktu setempat, usai penangkapannya di bandara Paris terkait sejumlah dugaan pelanggaran yang terkait dengan aplikasi perpesanan tersebut. Sementara itu CEO media sosial Rumble, Chris Pavlovski mengakui sudah sampai di Paris untuk membantu Durov bebas secepat mungkin.
Sumber-sumber dari kantor berita AFP yang dilansir oleh The Guardian mengatakan bahwa miliarder teknologi berdarah Prancis-Rusia itu akan tampil di pengadilan setelah ditahan oleh polisi di bandara Le Bourget.
Penyelidik Prancis telah mengeluarkan surat perintah penangkapan pria berwarga negara Uni Emirat Arab dan Prancis itu sebagai bagian dari penyelidikan atas tuduhan penipuan, perdagangan narkoba, kejahatan terorganisir, promosi terorisme, dan perundungan dunia maya.
Pavel Durov dituduh gagal mengambil tindakan untuk membatasi tindakan kriminal di platform-nya dan dihentikan setelah tiba di Paris dari kota Baku dengan jet pribadinya pada Sabtu malam.
Sosok Pavel Durov, dari VKontakte, Telegram, hingga Merintis Blockchain TON
“Cukup sudah impunitas Telegram,” kata salah satu penyelidik yang terkejut bahwa Durov terbang ke Paris meskipun tahu bahwa dirinya adalah seorang buronan.
Pihak berwenang Rusia menuduh Prancis “menolak untuk bekerja sama”. Kedutaan Besar Rusia di Paris telah meminta akses kepada Durov dan mengatakan bahwa Prancis sejauh ini “menghindari keterlibatan” dalam situasi ini.
Pavel Durov meninggalkan Rusia pada tahun 2014 setelah menolak memenuhi permintaan Kremlin untuk menutup sejumlah akun kelompok oposisi di jaringan sosial VK yang ia dirikan saat ia berusia 22 tahun.
Dia meninggalkan VK setelah perselisihan dengan pemiliknya yang memiliki hubungan dengan Kremlin dan beralih fokus ke Telegram, aplikasi yang dia dirikan bersama saudaranya Nikolai pada tahun 2013.
Awalnya, Telegram mirip dengan aplikasi perpesanan lainnya, tetapi kemudian berkembang menjadi lebih mirip jaringan sosial. Selain berkomunikasi satu-satu, pengguna dapat bergabung dalam grup hingga 200.000 orang dan membuat “channel” siaran yang bisa diikuti oleh orang lain dan meninggalkan komentar, dengan 950 juta pengguna aktif bulanan. Pada 14 Agustus 2024, Telegram merayakan hari jadinya yang ke-11.
Durov tinggal di Dubai, markas Telegram, dan memiliki kewarganegaraan Prancis serta Uni Emirat Arab (UEA). Dia baru-baru ini mengatakan bahwa dia telah mencoba menetap di Berlin, London, Singapura, dan San Francisco sebelum memilih Dubai, yang dia puji karena lingkungan bisnisnya dan “netralitasnya”. Uni Emirat Arab (UEA) sendiri adalah anggota blok BRICS yang mencoba keluar dari penggunaan dolar AS dalam perdagangan Internasional.
Di UEA, Telegram menghadapi sedikit tekanan untuk memoderasi kontennya, sementara pemerintah Barat berusaha menindak ujaran kebencian, disinformasi, penyebaran gambar penyalahgunaan anak, dan konten ilegal lainnya.
Mantan presiden Rusia yang kini menjabat sebagai wakil kepala dewan keamanan Rusia yang bersikap keras, Dmitry Medvedev, mengklaim bahwa Durov telah melakukan kesalahan dengan melarikan diri dari Rusia dan berpikir bahwa dia tidak akan pernah harus bekerja sama dengan dinas keamanan di luar negeri.
“Dia salah perhitungan. Bagi semua musuh, kita bersama sekarang, dia adalah orang Rusia dan karenanya tidak dapat diprediksi dan berbahaya,” ujarnya dilansir dari The Guardian.
Dalam tulisannya di X setelah penangkapan, komentator sayap kanan AS dan teoris konspirasi, Tucker Carlson, menggambarkan Durov sebagai “peringatan hidup bagi setiap pemilik platform yang menolak menyensor kebenaran atas perintah pemerintah dan dinas intelijen.”
Dalam wawancara dengan Carlson awal tahun ini, Durov mengatakan bahwa aplikasi tersebut harus tetap menjadi “platform netral” dan bukan “pemain dalam geopolitik.”
Dalam wawancara tersebut, Durov mengatakan bahwa ia mendapat ide untuk meluncurkan aplikasi pesan terenkripsi setelah mendapat tekanan dari pemerintah Rusia saat bekerja di VK.
“Pengguna menyukai sifat independensi aplikasi Telegram. Mereka juga menyukai privasi, kebebasan, [ada] banyak alasan mengapa seseorang akan beralih ke Telegram,” katanya kepada Carlson.
Taipan media sosial miliarder, Elon Musk, memposting ulang klip dari wawancara tersebut di mana Durov memuji pengambilalihan X oleh Musk sebagai “perkembangan besar” dengan hashtag “FreePavel”.
Mengomentari penangkapan tersebut, Robert F Kennedy Jr, yang minggu lalu membatalkan pencalonannya sebagai presiden untuk mendukung Donald Trump, mengatakan: “Kebutuhan untuk melindungi kebebasan berbicara tidak pernah lebih mendesak.”
CEO Rumble Coba Bantu Bebaskan Pavel Durov
Sementara itu CEO media sosial Rumble, Chris Pavlovski mengakui sudah sampai di Paris untuk membantu Durov bebas secepat mungkin. Hal itu itu ia sampaikan di X hari ini.
“Saya baru saja berangkat dan sudah sampai di Eropa. Prancis pernah mengancam Rumble, dan sekarang mereka telah melewati garis merah dengan menangkap CEO Telegram Pavel Durov, yang dilaporkan karena tidak menyensor kebebasan berbicara. Rumble tidak akan membiarkan perilaku ini dan akan menggunakan segala cara hukum yang tersedia untuk memperjuangkan kebebasan berekspresi, hak asasi manusia yang universal. Kami saat ini sedang berjuang di pengadilan Prancis, dan kami berharap Pavel Durov segera dibebaskan,” tulisnya.
Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari pihak Telegram dan pihak berwenang Prancis. [ps]