Pelaku Pasar Pantau Jadwal The Fed, Powell Akan Menghadap Kongres Rabu Ini, Skenario Resesi Semakin Mengental

Mata pelaku pasar modal memantau jadwal The Fed saat ini, di mana Jerome Powell akan menghadap Kongres pada Rabu ini, menegaskan kebijakan mereka terkait kenaikan suku bunga sebelumnya serta sejumlah hal-hal penting perihal neraca keuangan. Skenario resesi semakin mengental. Harga Bitcoin diproyeksikan serendah-rendahnya menjadi US$11 ribu jika bear terus berlanjut.

Pasca pengumuman kenaikan suku bunga sebesar 0,75 persen pada Rabu lalu, saat ini pelaku pasar modal memantau “pergerakan” The Fed berikutnya. Jerome Powell sebagai pimpinan puncak Bank Sentral AS itu dijadwalkan akan menghadap Komite Perbankan, Perumahan dan Kota di Senat Amerika Serikat pada Rabu (22/6/2022) mendatang dan dilanjutkan keesokan harinya ke Komite Layanan Keuangan di DPR AS.

The Fed Menghadap Kongres, Tegaskan Kenaikan Suku Bunga dan Proyeksi Ekonomi AS

Jadwal itu memang jadwal rutin sepanjang tahun oleh The Fed sebagai bentuk tanggung jawab lembaga itu kepada wakil rakyat. Namun, pertemuan mereka nanti teramat penting, setelah kenaikan suku bunga acuan agresif pada Rabu lalu yang turut memberikan faktor penting pada kebijakan tapering berikutnya. Tapering adalah penjualan aset The Fed dari neraca keuangan mereka yang menjadi faktor ampuh lain untuk menarik dolar AS dari pasar.

Dampak ke Pasar Modal AS Terkini

Pekan lalu, S&P 500 mencatat kinerja mingguan terburuk sejak Maret 2020, turun 5,8 persen setelah jatuh ke pasar bearish pada Senin. Penurunan ini juga menandai penurunan ke-10 indeks acuan dalam 11 minggu terakhir.

the fed kongres

Bank sentral AS pada hari Rabu menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin, peningkatan terbesar dalam hampir tiga dekade. Jerome Powell juga mengisyaratkan pengetatan yang lebih agresif ke depan karena pembuat kebijakan meningkatkan perjuangan mereka melawan inflasi year-on year yang mencapai 8,6 persen pada akhir Mei 2022 lalu.

Di Wall Street, langkah tersebut memicu gelombang skenario resesi dan mengirim pasar ke dalam kekacauan .

Sementara itu Dow Jones Industrial Average turun hampir 5 persen untuk minggu ini, secara singkat tergelincir di bawah 30.000.

Nasdaq sendiri terpangkas beberapa kerugian untuk ditutup lebih tinggi pada Jumat, tetapi masih membulatkan minggu ini di zona merah, turun sekitar 1,7 persen.

Pada Sabtu, harga Bitcoin turun di bawah US$18.000 untuk pertama kalinya sejak 2020, karena aset berisiko ini terus menghadapi tekanan jual.

Harga Bitcoin Hari Ini US$17.598: Sudah Bearish Tertimpa The Fed Pula

“Sorotan utama investor adalah bahwa inflasi menjadi perhatian The Fed dan mereka menganggapnya sangat serius. Terlepas dari kenyataan bahwa suku bunga yang lebih tinggi, itu buruk untuk aset berisiko, lebih penting untuk mengendalikan inflasi dan perubahan yang cepat (dan fleksibel) dari 0,5 persen hingga 0,75 persen dalam waktu yang sangat singkat, menunjukkan keinginan baru untuk memerangi inflasi,” kata Kepala Investasi Aliansi Penasihat Independen Chris Zaccarelli, dilansir dari Yahoo Finance.

Skenario Harga Bitcoin Menjadi US$11 Ribu

Dilansir dari Cointelegraph hari ini, target Bitcoin bisa turun ke US$16.000. Itu setara dengan skenario penurunan 76 persen dari tertinggi sepanjang masa Bitcoin pada November 2021. Perkiraan lain saat ini adalah serendah US$11.000 (84,5 persen).

Skenario Resesi Tahun Depan, Pengamat Lain Merasa Resesi Sudah Tiba

Langkah The Fed yang menaikkan suku bunga secara besar dan belum pernah terjadi sebelumnya pada hari Rabu lalu, menegaskan kembali misi penting lembaga itu untuk menormalkan tingkat harga. Inflasi akan terus ditekan hingga mencapai persen. Namun, investor dan ekonom khawatir ini juga meningkatkan risiko mengarahkan ekonomi ke dalam resesi.

“Ketakutan terburuk kami ditegaskan. Pertumbuhan PDB AS menjadi hampir nol dan melihat kemungkinan 40 persen terjadi resesi pada tahun depan,” kata analis di Bank of America pada Jumat lalu.

Sementara itu analis di JPMorgan memperingatkan penurunan S&P 500 adalah penanda kemungkinan 85 persen resesi.

Sebelumnya Powell bersikukuh bahwa ekonomi AS dapat menghindari perlambatan ekonomi, berseberangan dengan pendapat pelaku pasar. Sebelum Rabu lalu di bahkan pernah berujar tidak akan menaikkan suku bunga sebesar 0,75 persen. Tetapi Rabu pekan lalu membalikkan situasi.

“Kami tidak memproyeksikan adanya resesi saat ini. Kami sangat fokus untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen dengan dolar sebagai penyimpan nilai yang tetap baik,” kata Powell Jumat lalu.

Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan oleh Conference Board menemukan bahwa 60 persen CEO di seluruh dunia percaya bahwa mereka akan memasuki resesi pada akhir tahun 2023. Dan sekitar 15 persen mengatakan bahwa mereka yakin wilayah mereka telah mengalami resesi.

Data dari Bloomberg Economics menunjukkan risiko resesi telah melonjak hingga lebih dari 70 persen. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait