Peluang Harga BTC Jadi Rp1,5 Miliar Bisa Terhalang Ini

Harga BTC disebut masih punya potensi cukup besar untuk mencapai harga US$100 ribu atau setara dengan Rp1,5 miliar, namun ada sejumlah halangan dan tantangan yang harus dicermati pelaku pasar.

Harga Bitcoin melonjak ke titik tertinggi sepanjang masa sebesar US$93.471 atau sekitar Rp1,48 miliar pada Rabu sebelum tengah malam WIB. Itu terjadi setelah data terbaru dari Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) menunjukkan kenaikan inflasi sebesar 2,6 persen pada bulan Oktober, naik dari 2,4 persen pada bulan September. Data ini dapat memicu kekhawatiran di kalangan investor, khususnya terkait harga BTC tentang potensi dampak kebijakan moneter The Fed terhadap pasar keuangan, termasuk kripto.

Menurut Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, peningkatan inflasi AS biasanya mendorong investor untuk beralih ke aset yang dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi, seperti obligasi dan dolar AS (DXY), dibanding aset kripto seperti harga Bitcoin.

“Kenaikan inflasi mengingatkan pasar akan potensi pengetatan kebijakan yang agresif oleh The Fed, yang biasanya memicu volatilitas pada Bitcoin,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (14/11/2024).

harga BTC bisa tembus 100 ribu dolar

Kendati demikian, dengan sentimen pasar yang lebih optimis pasca-pemilu AS, ia melihat adanya antisipasi terhadap potensi perubahan regulasi yang lebih pro-kripto, yang turut memperkuat minat terhadap Bitcoin.

Data terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS mengungkapkan bahwa inflasi CPI bulanan tetap stabil di 0,2 persen, tidak berubah dari September, sementara kenaikan tahunan sebesar 2,6 persen merupakan yang pertama dalam delapan bulan terakhir.

CPI inti, yang mengecualikan harga makanan dan energi, tetap pada angka 0,3 persen secara bulanan dan 3,3 persen secara tahunan, sesuai dengan ekspektasi.

Meskipun angka ini tidak mengejutkan, kenaikan inflasi tahunan memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan terus mengawasi ketat laju inflasi.

United States Consumer Price Index (CPI)

Harga BTC Dapat Mencapai US$100 Ribu

Di tengah data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, analis pasar memperkirakan Bitcoin dapat mencapai US$100.000 atau sekitar Rp1,58 miliar dalam waktu dekat.

“Secara teknikal, Bitcoin berada dalam tren bullish yang kuat. Kami melihat ada potensi koreksi harga jangka pendek, namun hal ini dapat membuka peluang bagi investor untuk masuk sebelum reli besar berikutnya. Level US$100.000 kini menjadi sasaran psikologis bagi banyak trader secara global,” tambah Fyqieh.

Selain itu, on-chain metrics menunjukkan peningkatan bullish pada Bitcoin, dengan open interest (OI) BTC di pasar derivati yang naik 5,6 persen dalam 24 jam terakhir.

“Peningkatan ini menunjukkan partisipasi aktif dari para trader, yang menguatkan optimisme pasar,” jelas Fyqieh.

Dan lagi rasio short/long Bitcoin yang berada di angka 1,02 dianggap juga mencerminkan sentimen positif di kalangan trader.

Fyqieh memperingatkan bahwa kebijakan agresif The Fed dapat menambah volatilitas di pasar kripto.

Data harga produsen AS dan klaim pengangguran yang akan dirilis dalam waktu dekat dapat memengaruhi permintaan untuk Bitcoin dan ETH di pasar spot di AS.

Jika harga produsen AS lebih rendah dari perkiraan, investor mungkin semakin optimis pada potensi pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan Desember, yang berpotensi mendorong BTC menuju US$100.000. Sebaliknya, jika angkanya lebih tinggi dari perkiraan, ini dapat memicu aksi ambil untung. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait