Dalam dunia cryptocurrency yang terus berkembang, ancaman kejahatan siber semakin kompleks dan mengkhawatirkan. Untuk menghadapi tantangan ini, Pemerintah Amerika Serikat menerapkan strategi inovatif yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dalam memerangi kejahatan kripto.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu mencegah kerugian yang signifikan bagi individu dan institusi.
Pada tanggal 2 Oktober, Pemerintah AS melalui Divisi Kriminal dan Seksi Kejahatan Komputer dan Kekayaan Intelektual (CCIPS) mengadakan simposium kecerdasan buatan di Departemen Kehakiman di Washington, D.C.
Dalam acara tersebut, Nicole M. Argentieri, Wakil Asisten Jaksa Agung, memaparkan rencana strategis untuk melawan kejahatan siber dengan AI.
“Teknologi baru ini menawarkan peluang penting untuk meningkatkan investigasi kami dan bagi penegak hukum untuk menjadi lebih efektif dan efisien dalam melindungi publik dan menegakkan hukum,” ujarnya pada simposium tersebut, Rabu (02/10/2024).
AI: Senjata Baru DOJ Melawan Kejahatan Kripto
Rencana Strategis untuk Melawan Kejahatan Siber yang diungkapkan oleh pemerintah berfokus pada pengembangan hukum dan kebijakan untuk mencegah serta menuntut pelaku kejahatan siber.
Argentieri menggarisbawahi komitmen pemerintah untuk menggunakan semua alat yang tersedia guna, seperti AI untuk memberantas aktivitas kriminal.
“Pendekatan Strategis untuk Melawan Kejahatan Siber menekankan fokus divisi untuk menggunakan semua alat yang ada untuk mengganggu aktivitas kriminal dan memastikan departemen memiliki alat dan kebijakan yang efektif untuk memerangi kejahatan siber,” jelasnya.
Salah satu aspek utama dari pendekatan ini adalah dukungan untuk Konvensi PBB tentang Kejahatan Siber, yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama internasional dalam melawan kejahatan yang bersifat lintas batas.
Teknologi seperti sangatlah AI berperan penting dalam membantu penegak hukum menganalisis data transaksi cryptocurrency dan mendeteksi pola mencurigakan.
Penggunaan teknologi canggih seperti machine learning dan analitik data akan memungkinkan pihak berwenang untuk mengidentifikasi transaksi yang mencurigakan dan menindaklanjuti lebih cepat.
Dengan demikian, pemerintah AS tidak hanya akan mampu mendeteksi kejahatan siber, tetapi juga mencegahnya sebelum menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Kejahatan Kripto yang Semakin Canggih
Sementara pemerintah berupaya untuk mengatasi kejahatan kripto dengan strategi yang lebih baik, ancaman dari malware berbasis AI dan serangan phishing tetap menjadi perhatian utama.
Misalnya, versi terbaru dari malware Rhadamanthys, yang mampu mencuri informasi sensitif dan mengakses dompet kripto, menyoroti betapa rentannya pengguna cryptocurrency saat ini.
Kerugian akibat serangan semacam ini diperkirakan mencapai hingga US$265 miliar per tahun, mencerminkan pertumbuhan tahunan yang signifikan seiring dengan meningkatnya penggunaan cryptocurrency di seluruh dunia.
Selain malware berbasis AI, serangan phishing kripto yang semakin canggih dan berkembang juga menjadi tantangan serius. Teknik-teknik baru yang digunakan penyerang untuk menciptakan situs palsu semakin sulit dibedakan dari situs resmi.
Dalam beberapa kasus, serangan phishing telah mengakibatkan kerugian besar, seperti kehilangan hingga US$55 juta dari satu dompet saja. Hal ini menunjukkan bahwa kejahatan siber tidak hanya menyasar individu, tetapi juga dapat memengaruhi perusahaan dan institusi yang terlibat dalam industri cryptocurrency.
Pentingnya Kolaborasi dalam Melawan Kejahatan Kripto
Dengan meningkatnya kompleksitas ancaman, kolaborasi antara pemerintah AS, perusahaan keamanan, dan pengguna menjadi sangat penting.
Penegak hukum dan perusahaan harus bekerja sama untuk mengembangkan solusi yang lebih efektif dalam menghadapi ancaman ini. Melalui edukasi dan peningkatan kesadaran, pengguna diharapkan dapat melindungi diri mereka dan aset digital mereka dari potensi kehilangan yang besar.
Kewaspadaan pengguna menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem yang lebih aman di dunia cryptocurrency. Langkah-langkah seperti otentikasi dua faktor, pembaruan perangkat lunak secara teratur, dan penghindaran tautan mencurigakan dapat membantu mencegah serangan siber.
Kombinasi upaya AS dalam menerapkan teknologi AI dan kesadaran individu akan membentuk landasan yang kuat untuk memerangi kejahatan kripto di masa depan. [dp]