Media massa asal Tiongkok, 8BTC menyebutkan, bahwa Andrew Yan dari SAIF Partners telah menyimpan Bitcoin selama enam tahun.
Yan juga memberikan sejumlah komentar soal Bitcoin, terutama penyebab sikap Warren Buffett yang anti Bitcoin.
SAIF Partners mengelola dana senilai 6 milyar yuan dan 4 milyar dolar AS. Menurut 8BTC, Yan mulai membeli Bitcoin sejak 2015 dan masih disimpan hingga detik ini.
Menurut Yan, Bitcoin lebih berharga dibandingkan emas. Di saat yang sama, ia menekankan Bitcoin adalah aset bagi orang yang kaya dan berpengetahuan.
Yan menyebut penyebab investor Warren Buffett membenci Bitcoin dan aset kripto lain serta menyebutnya sebagai racun tikus adalah Buffett tidak memahami Bitcoin. Sebab itu, Buffett tidak membelinya.
Yan menegaskan ia tidak mendukung atau menghimbau orang untuk menggembar-gemborkan aset kripto.
Ia menyatakan Bitcoin butuh partisipasi dari orang-orang yang yakin terhadap kripto.
Berkshire Hathaway milik Buffett telah berinvestasi sebesar US$500 juta ke bank digital asal Brazil Nubank.
Bank tersebut baru-baru ini membeli Easynvest, perusahaan broker yang akan menawarkan layanan investasi Bitcoin ETF.
Berkshire Hathaway Investasi US$500 Juta di Bank Digital Brazil
Berita ini menyebabkan campuran tanggapan dari komunitas kripto. Sejumlah pihak menuduh Buffett hanya berpura-pura membenci BTC, sementara pihak lain mengira investor itu mulai mengubah sikapnya terhadap racun tikus.
Kendati demikian, Buffett tetap bersikeras kripto dan Bitcoin tidak memiliki nilai apapun.
CEO Tron Justin Sun, yang pernah makan siang bersama Buffett pada awal 2020, menyebut ia memberikan Buffett sebuah ponsel dengan dompet yang berisi BTC serta TRX.
Bitcoin sebagai kelas aset baru memang sekadar pilihan. Hanya saja keunggulannya sebagai uang elektronik tidak bisa begitu saja diabaikan.
Sejumlah negara memang tak mengakuinya sebagai mata uang alias currency, dibatasi sebagai aset atau produk, sebagaimana dolar AS yang bukan legal tender di negara lain.
Pada tahun 2020 misalnya, imbal hasil Bitcoin jauh mengungguli imbal hasil emas. Bitcoin merangkak 300 persen, sedangkan emas hanya 30 persen per troy ons.
Bitcoin juga sejatinya masih eksperimental, karena belum banyak pemerintah yang mampu melacak transaksinya secara mudah jikalau digunakan dalam tindak kejahatan. [u.today/ed]