Penambangan Bitcoin Melemah, Sinyal Bahaya untuk Investor?

Penurunan aktivitas penambangan Bitcoin kembali menjadi perhatian utama di kalangan analis, dengan analis on-chain Ali Martinez yang menyoroti tren ini sebagai sinyal potensial untuk koreksi harga yang lebih panjang.

Berdasarkan grafik yang dibagikannya, aktivitas penambangan tengah mengalami penurunan, mengindikasikan bahwa pasar Bitcoin mungkin berada di fase yang kurang menguntungkan bagi investor.

Bitcoin Terkoreksi, Sentimen Pasar Masih Lemah

Pada saat penulisan, harga BTC tercatat di kisaran US$95.666, mengalami penurunan sebesar US$508 atau sekitar 0,53 persen dari penutupan sebelumnya.

Dalam lingkup intraday, harga tertinggi yang sempat dicapai adalah US$96.666, sementara titik terendahnya berada di US$93.408. Penurunan ini menjadi kelanjutan dari tren bearish yang sudah berlangsung sejak awal tahun.

Sejak pelantikan Presiden AS Donald Trump untuk periode kedua pada 20 Januari 2025, Bitcoin telah terkoreksi sekitar 14 persen dari rekor tertingginya pada hari pelantikan tersebut.

Faktor utama yang memicu penurunan ini adalah ketidakpuasan pasar terhadap kebijakan kripto yang diambil oleh administrasi baru serta meningkatnya kekhawatiran makroekonomi.

Meskipun Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) telah membentuk gugus tugas khusus untuk aset digital, janji pemerintahan Trump untuk mendirikan cadangan strategis Bitcoin belum terealisasi.

Di sisi lain, data inflasi terbaru memperlihatkan bahwa The Fed belum menunjukkan tanda-tanda untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Hal ini membuat investor lebih cenderung beralih ke aset yang lebih aman, seperti obligasi, dibandingkan dengan kripto.

Industri Penambangan Bitcoin di AS Hadapi Tantangan

Penambangan Bitcoin di AS telah memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Menurut laporan Perryman Group, sektor ini telah menciptakan lebih dari 31.000 lapangan pekerjaan dan menyumbangkan lebih dari US$4,1 miliar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan.

Negara bagian seperti Texas, Georgia, dan New York menjadi pusat utama aktivitas ini. Secara khusus, Texas menyumbang sekitar US$1,7 miliar dalam aktivitas ekonomi tahunan serta lebih dari 12.200 pekerjaan yang terkait dengan penambangan Bitcoin.

Namun, meningkatnya persaingan dan lonjakan biaya energi semakin mempersempit margin keuntungan bagi para penambang. Beberapa perusahaan besar seperti CleanSpark dan MARA Holdings berusaha mengatasi tantangan ini dengan meningkatkan kapasitas operasional mereka.

CleanSpark, misalnya, melaporkan telah menambang 626 Bitcoin pada Januari 2025, dengan total kepemilikan mencapai 10.556 Bitcoin dan hashrate operasional sebesar 40,1 EH/s.

Dampak Halving dan Biaya Produksi yang Melonjak

Halving Bitcoin yang terjadi pada April lalu semakin menekan profitabilitas para penambang. Peristiwa ini memangkas hadiah blok harian dari 900 menjadi 450 Bitcoin, yang secara langsung meningkatkan biaya produksi per koin.

Menurut analisis terbaru, biaya produksi rata-rata kini mencapai US$55.950 per Bitcoin, bahkan bisa naik hingga US$106.000 jika memperhitungkan depresiasi dan kompensasi berbasis saham.

Dengan kondisi yang semakin menantang, banyak perusahaan penambangan mulai mengumpulkan lebih banyak Bitcoin sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan profitabilitas yang semakin menurun.

Namun demikian, jika aktivitas penambangan terus merosot seperti yang ditunjukkan dalam analisis Ali Martinez, pasar Bitcoin mungkin akan menghadapi periode koreksi harga yang lebih panjang. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait