Joseph Lubin, salah seorang pendiri Ethereum, mengkritik Libra sebagai mata uang kripto yang sentralistik. Kata Lubin, Libra itu ibarat “serigala kripto berjubah domba”.
Mata uang kripto Libra yang diumumkan oleh Facebook-Libra Association pada 18 Juni 2019 lalu terus-terusan dihujat oleh sejumlah pihak dalam konteks Facebook pernah gagal menegaskan kepercayaan kepada publik. Kali ini kritik tajam dari salah seorang pendiri Ethereum, yakni Joseph Lubin melalui artikelnya di Quartz, 21 Juni lalu.
“Memahami whitepaper Libra seperti kita kali pertama mengenal Bitcoin. Di dalamnya disebutkan ‘Sending money across the globe should be as simple and inexpensive as sending a message on your phone‘. Ya, di era Internet saat ini, itu sangat memungkinkan. Lalu, ‘People will increasingly trust decentralized forms of governance‘. Tunggu dulu, bukankah saya perlu mempercayai Facebook terlebih dahulu baru kemudian Libra?” kata Lubin di awal artikelnya.
Maksud Lubin adalah, Facebook menyadari kelalaiannya soal kepercayaan (trust) terhadap para penggunanya dan mencoba memperbaiki itu lewat Libra. Itulah sebabnya, kata Lubin, Facebook banyak menekankan soal ini di dalam whitepaper dan sejumlah dokumen teknisnya.
“Kepercayaan adalah topik yang sangat aneh jikalau diletakkan di dalam infrastruktur keuangan berskala global. Sepuluh tahun yang lalu, ketika whitepaper Bitcoin diterbitkan, di sana ditekankan bahwa sistem uang elektronik Bitcoin tidak menyandarkan diri pada institusi keuangan, tetapi komunitas dan kepercayaan terhadap kriptografi. Dengan sambungan Internet, semua orang dapat berperan serta dalam jaringan peer-to-peer dan mengawasi transaksi di dalamnya. Konsensus sosial Bitcoin pun dapat melawan sensor terhadap transaksi itu,” kata Lubin.
Sedangkan Libra, kata Lubin, oleh Facebook kepercayaan yang sifatnya subjektif itu tidak ditanggalkan. Malahan Facebook menekankan kepercayaan diarahkan kepada Libra: memiliki nilai intrinsik karena disandarkan pada sejumlah mata uang fiat dan surat utang negara.
“Facebook seperti hendak mencari kepercayaan itu dari regulator. Itulah sebabnya Facebook membuat dompet kripto Calibra, di mana pengguna diwajibkan melakukan KYC (know your customer) dan tunduk kepada peraturan anti pencucian uang. Hal yang sama juga berlaku bagi pihak-pihak yang ingin menjalankan simpul (node) jaringan Blockchain Libra,” kata Lubin.
Namun demikian, Lubin mengisyaratkan adanya “trust yang lebih” bisa dibangun oleh Facebook, yakni mekanisme “permissionless” yang dijanjikannya. Dengan cara ini setiap orang bisa memvalidasi transaksi di Blockchain Libra. Jadi, tidak terbatas pada 28 perusahaan dan organisasi, anggota pendiri Libra Association.
“Menurut saya, model blockchain yang desentralistik lebih bermanfaat dan tidak sekadar berandai-andai. Kalangan muda sudah mulai sadar tentang teknologi blockchain, mata uang kripto dan perlindungan data personal dan privasi. Saya pikir mereka akan lebih tertarik dengan sistem pembayaran yang benar-benar desentralistik daripada mengikuti cara Facebook. Hingga saat ini Libra menjanjikan banyak hal dan kelihatannya akan dipegang teguh oleh Facebook. Tetapi, Libra ibarat serigala sentralistik berjubah domba desentralistik,” tegas Lubin. [red]