Penegasan Bank Sentral AS: Kami Mencetak Dolar AS Secara Digital

Jerome Powell, Kepala Bank Sentral AS alias The Fed mengatakan di program 60 Minutes, bahwa mereka secara kelembagaan mencetak dolar secara digital, demi menyelamatkan ekonomi AS yang terdampak COVID-19.

Sebenarnya pernyataan bank sentral itu adalah yang kesekian kalinya sejak Maret 2020. Hanya saja pernyataan Powell ini adalah penegasan dan memiliki kaitan erat dengan harapan kenaikan harga bentuk investasi lainnya, seperti emas dan Bitcoin.

“Sebagai bank sentral, kami memiliki kemampuan mencetak/menerbitkan uang dolar AS secara digital. Caranya adalah kami membeli surat utang negara (obligasi) dan sejumlah sekuritas (saham) yang dijamin oleh pemerintah. Dan itu benar-benar menambah jumlah uang dolar AS yang beredar. Kami juga mencetak uang dolar fisik dan mendistribusikannya,” kata Powell.

Disebut sebagai kebijakan moneter, bank sentral memang memiliki kemampuan seperti itu pada kondisi-kondisi mendesak. Dengan menambahkan uang ke dalam ekonomi, diharapkan bisa menstimulus gerak ekonomi yang padam akibat pandemi COVID-19.

Masalahnya adalah, jikalau uang baru itu tidak digunakan secara baik, maka berpotensi menimbulkan inflasi atau malah hiperinflasi.

Ini yang mengakibatkan kemerosotan ekonomi lebih lanjut dan membuat uang tidak memiliki nilai dan harga barang dan jasa menjadi tinggi.

Jika fiat money alias uang yang diterbitkan oleh negara menganut pelonggaran kuantitatif seperti itu, maka Bitcoin berlaku sebaliknya, yakni pengetatan kuantitatif.

Bitcoin secara baku dibuat menjadi langka setiap 210.000 block atau setara 4 tahun sekali, yang disebut Bitcoin Halving.

Sejak 12 Mei 2020 lalu sampai tahun 2024 adalah Bitcoin Halving III, di mana imbalan terhadap penambang berkurang separuh dari 12,5 BTC per block menjadi 6,25 BTC per block. Itu yang sekaligus memperlambat laju pasokan Bitcoin ke dalam pasar melalui penambang, yakni hanya 900 BTC baru setiap hari. Inflasi juga berkurang menjadi 1,8 persen per tahun.

Namun, apakah dalam jangka panjang Bitcoin bisa menjadi raja investasi luar biasa menghadapai uang fiat bahkan emas, tidak seorang pun tahu.

Lagipula Bitcoin belum sanggup kembali ke US$13.000 per BTC seperti pada 2019 lalu, bahkan belum juga pulih melebih US$19 ribu seperti pada Desember 2017. Dalam moment masuk ke Bitcoin Halving pada 12 Mei 2020 lalu saja, Bitcoin enggan masuk ke level US$10ribu.

Pulih Sangat Lama
Di kesempatan yang sama, Powell juga mengatakan bahwa ekonomi bisa pulih pada akhir tahun 201 atau ketika vaksin COVID-19 yang efektif sudah ditemukan.

Namun, Carmen Reinhart dan Kenneth Rogoff, ekonom dari Universitas Harvard mengatakan kepada Bloomberg, pemulihan tidak akan berlangsung secepat itu. 

“Memang kita berharap pemulihan berbentuk grafik V, sehingga kehidupan menjadi normal sebelum ada pandemi. Namun, dalam pandangan kami tidak satu pun dari itu yang mungkin benar,” kata Reinhart. 

Mengapa? Sebab COVID-19 telah menghancurkan rantai perdagangan dan pasokan produk secara global. Dan itu akan memakan waktu lama bagi perusahaan untuk berbenah, katanya Reinhart.

“Mungkin saja akan terjadi gesekan sosial yang fenomenal dari situasi ini. Pun secara grafik, pemulihan akan terjadi dalam bentuk huruf U, bukan V. Sulit mengatakan kapan AS bisa kembali ke PDB 2019 per kapita. Namun, melihat situasi terkini, kita akan pulih 5 tahun lagi, kata Rogoff. [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait