Bank Sentral dianjurkan membeli kripto wahid, Bitcoin, sebagai nilai lindung antisipasi sanksi internasional. Demikian kesimpulan dalam hasil penelitian yang diterbitkan Universitas Harvard.
Melansir Cointelegraph pada Kamis (24/11/2022), Makalah yang berjudul “Risiko Sanksi Lindung Nilai: Mata Uang Kripto dalam Cadangan Bank Sentral,” itu ditulis oleh Matthew Ferranti yang merupakan staf pengajar ekonomi di kampus itu.
Dalam penelitian itu Ferranti menggali potensi Bitcoin sebagai aset lindung nilai alternatif bagi bank sentral untuk melawan potensi sanksi keuangan dari penerbit fiat money.
Makalah tersebut muncul tak lama setelah crypto exchange FTX berjuang dengan masalah likuiditas dan mengajukan kebangkrutan.
Sebagai contoh, dia merujuk sanksi keuangan yang dikenakan terhadap Rusia oleh AS dan banyak negara barat setelah invasi ke Ukraina. Padahal sanksi seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Sang peneliti menimpali, ada baiknya bank sentral menyimpan sejumlah kecil Bitcoin bahkan ketika kondisi normal sekalipun dan menjadi bagian dari cadangan devisa mereka, selain uang biasa milik negara tertentu.
“Namun, ketika ada risiko sanksi akan masuk akal untuk memegang BTC dalam porsi yang lebih besar bersama dengan cadangan emasnya,” tulis Ferranti.
Dalam makalah tersebut, peneliti juga menunjukkan bahwa negara-negara yang menghadapi risiko sanksi dari Amerika Serikat telah meningkatkan bagian cadangan emas mereka jauh lebih banyak daripada negara-negara yang memiliki risiko sanksi lebih kecil.
Menurutnya, jika bank sentral ini tidak dapat memperoleh cukup emas untuk melindungi risiko sanksi, maka cadangan Bitcoin adalah alternatif yang optimal.
Sebelumnya diberitakan, Rusia secara resmi tengah pertimbangkan penggunaan cryptocurrency untuk transaksi perdagangan internasional melalui regulasi kripto terbaru.
Rusia yang saat ini masih dikenai sanksi oleh AS dan sekutu untuk perdagangan luar negeri mulai melirik kripto sebagai alternatif, guna perlancar perputaran ekonomi.
Pihak parlemen negeri Beruang Merah sendiri dikabarkan tengah mengerjakan rancangan undang-undang amandemen untuk pengesahan bursa kripto nasional.
Adopsi Bitcoin di El Salvador Bisa Jadi Rujukan bagi Bank Sentral
Kepada media setempat, Ferranti mengatakan El Salvador adalah model bagi bank sentral yang memiliki Bitcoin.
Negara yang dipimpin oleh ‘bull bitcoin‘ Nayib Bukele itu telah membeli BTC senilai jutaan dolar dan bahkan menjadikan Bitcoin sebagai mata uang nasional resmi berdampingan dengan dolar AS sejak tahun 2021.
Ferranti juga menyimpulkan bahwa ada manfaat yang signifikan dalam mendiversifikasi cadangan dan mengalokasikan porsi untuk Bitcoin dan emas.
El Salvador adalah negara pertama di dunia yang mengesahkan, alias legal tender, Bitcoin (BTC) sebagai mata uang sah, bersanding dengan dolar AS.
Namun, penggunaan BTC di kalangan masyarakat El Salvador masih terbilang rendah, sejak harga aset kripto utama tersebut terdepresiasi lebih dari 60 persen sejak legal tender negara tersebut.
Sejak lahirnya crypto popular seperti Bitcoin dan ETH, bagian dari daya tariknya adalah kurangnya keterlibatan dari bank sentral, yang mendukung sifat aset digital yang terdesentralisasi.
Runtuhnya crypto exchange FTX, serta masalah keuangan untuk perusahaan crypto Voyager dan Celsius, beberapa bull crypto menyulut desakan agar regulasi dan transparansi untuk industri ini harus dipertegas. [ab]