Peretas Kripto Kembalikan Hasil Curian Senilai Rp214 Miliar

Transit Swap, agregator bursa desentralistik multichain, mengalami kerugian senilai US$21 juta atau Rp214 miliar setelah peretas kripto memanfaatkan celah bug pada kontrak perdagangan swap.

Menyusul peretasan tersebut, Transit Swap menyampaikan permohonan maaf kepada pengguna. Usaha untuk serta memulihkan dana yang dicuri peretas sedang dilakukan.

“Kami memohon maaf sedalam-dalamnya,” tulis Transit Swap.

Peretas Kripto Serang Transir Swap

Agregator tersebut mengungkap, bug dalam kode aplikasi mereka dimanfaatkan peretas untuk membawa kabur dana senilai US$21 juta.

Perusahaan keamanan blockchain PeckShield menyebut peretasan terjadi akibat isu kompatibilitas atau kekeliruan kepercayaan pada kontrak swap.

Investigator lain, termasuk SlowMist, Bitrace dan TokenProject, bergabung dengan PeckShield untuk memburu keberadaan peretas.

“Kami telah memiliki informasi valid terkait peretas, yakni alamat IP, alamat surel dan alamat ­on-chain. Kami akan berusaha melacak peretas tersebut dan berkomunikasi dengannya serta memulihkan dana nasabah,” jelas Transit Swap, dikutip dari Cointelegraph.

Penyelidikan yang berlangsung mengungkap peretas tersebut melakukan penarikan dana dari bursa kripto yang diketahui.

Transit Swap berjanji akan memberi rincian lebih lengkap dengan komunitas kripto dan meminta pengguna agar memahami kondisi dan mempercayai tim agregator tersebut.

Transit Swap kemudian mengabarkan, peretas tersebut telah mengembalikan 70 persen dari dana hasil curian. Berkat usaha gabungan dari semua pihak terlibat, peretas itu mengembalikan dana peretasan ke dua alamat dompet kripto milik Transit Swap.

Peretasan Transit Swap senilai US$21 juta merupakan yang tertinggi sejak market maker kripto Wintermute diretas senilai US$160 juta pada 20 September 2022 lalu.

Kendati keamanan bisnis kripto terus diperbarui, oknum peretas mengimbangi dengan menerapkan metode-metode baru untuk menipu investor.

Belum lama ini, seorang peretas memakai bot perdagangan arbitrase Ether (ETH) dan memakai celah kode rentan sehingga berhasil menyedot 1.101 ETH senilai US$1,41 juta.

Chainalysis, perusahaan analisa kripto, berkata peretasan kripto kian meningkat dan melampaui jumlah kasus yang terjadi pada tahun lalu.

Menurut Chainalysis, aset kripto senilai US$1,9 miliar telah dicuri per bulan Juli 2022, dibandingkan dengan US$1,2 miliar pada waktu bulan Juli 2021.

“Selama aset kripto yang disimpan di protokol DeFi dan layanan lain memiliki nilai, peretas kripto akan berusaha mencari celah,” pungkas Chainalysis. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait