CEO sekaligus Pendiri CryptoQuant, Ki Young Ju, mengangkat isu yang cukup menggelitik di jagat kripto. Menurutnya, masa depan stablecoin tidak akan hanya didominasi oleh entitas terpusat seperti USDC atau USDT versi yang kita kenal saat ini. Justru sebaliknya, ia melihat peluang lahirnya varian baru, yakni dark stablecoin.
Ini bukan stablecoin yang berkeliaran di lorong gelap internet, tapi stablecoin yang tidak tunduk pada kontrol pemerintah dan bahkan bisa jadi pilihan utama bagi mereka yang butuh transaksi besar tanpa gangguan sensor.
Pernyataan ini dilontarkan di tengah diskusi hangat seputar regulasi mata uang digital, khususnya setelah beberapa negara dan kawasan seperti Uni Eropa mulai memperketat pengawasan terhadap stablecoin yang beredar.
Ketakutan akan pembekuan dana, penyadapan transaksi, atau bahkan pemajakan otomatis lewat kontrak pintar menjadi momok yang cukup nyata.
Tether dan Dark Stablecoin
Apa hubungannya dengan Tether alias USDT? Selama bertahun-tahun, Tether dipandang sebagai stablecoin yang relatif bebas dari intervensi negara. Namun, dalam skenario yang dibayangkan Ju, misalnya, jika AS di bawah pemerintahan Trump kembali berkonfrontasi dengan regulasi kripto, Tether bisa saja menolak patuh.
Bila itu terjadi, maka USDT berpotensi berubah arah dan masuk ke ranah dark stablecoin. Sebuah transformasi yang mungkin tak pernah dibayangkan sebelumnya.
Lebih lanjut lagi, menurut Ju, ada dua jalur yang mungkin ditempuh dalam menciptakan dark stablecoin. Salah satunya adalah mengandalkan algoritma, tanpa perlu menyimpan cadangan dolar AS atau aset lainnya.
Dengan memanfaatkan oracle seperti Chainlink, nilainya bisa tetap mengikuti harga stablecoin yang sudah ada, tapi tanpa dikendalikan otoritas sentral. Pilihan lainnya adalah menerbitkan stablecoin di negara-negara yang tidak menerapkan penyensoran keuangan.
Kedua pendekatan itu memang terdengar menantang. Namun demikian, di tengah arus regulasi yang semakin ketat, opsi ini bisa jadi jalan keluar bagi banyak pihak, terutama pelaku usaha lintas negara yang selama ini mengandalkan stablecoin untuk menghindari biaya dan hambatan bank tradisional.
Masih Butuh Stablecoin Tradisional?
Banyak yang mungkin bertanya, bukankah stablecoin seperti USDC atau USDT saat ini sudah cukup aman dan praktis? Jawabannya, ya dan tidak.
Dalam kondisi normal, mereka bisa digunakan tanpa masalah berarti. Tapi coba bayangkan jika sewaktu-waktu pemerintah memerintahkan pembekuan dompet tertentu, atau bahkan menarik pajak secara otomatis lewat kontrak pintar?
Bagi sebagian orang, terutama mereka yang terbiasa mengelola dana dalam jumlah besar, ini bukan sekadar ketakutan kosong.
“Orang-orang yang menggunakan stablecoin untuk transfer internasional dalam jumlah besar mungkin akan mulai mencari dark stablecoin yang tahan terhadap sensor,” ujar Young Ju.
Kalimat ini terasa seperti peringatan dini bagi siapa pun yang terlalu nyaman dengan status quo.
Di sisi lain, pengalaman buruk di masa lalu, seperti runtuhnya stablecoin algoritmik TerraUSD, masih menjadi bayang-bayang. Jadi, meskipun teknologi menawarkan solusi tahan sensor, pengguna tetap harus cermat dan waspada agar tidak terjebak dalam sistem yang rapuh.
Pilihan menggunakan dark stablecoin memang menawarkan tingkat privasi yang tinggi, namun tentu saja tidak bebas risiko.
Penggunaan teknologi seperti dompet privat, jaringan blockchain anonim, atau kontrak pintar tanpa kontrol bisa membuka peluang bagi aktivitas ilegal. Inilah yang menjadi alasan utama banyak regulator masih memandang sinis pada konsep ini.
Namun, seperti biasa dalam dunia kripto, inovasi sering lahir dari tekanan. Semakin ketat aturan main, semakin kreatif pula para pelaku pasar mencari celah. Dan kali ini, celah itu bisa saja berbentuk stablecoin yang tidak mengenal sensor, tidak terikat yurisdiksi, dan tak bisa dibekukan semudah menekan tombol di server pemerintah.
Bagi pengguna awam, mungkin semua ini terdengar seperti cerita fiksi ilmiah. Tapi bagi pelaku pasar, terutama mereka yang terbiasa dengan volume tinggi dan transaksi global, ini bisa menjadi kenyataan dalam waktu yang lebih cepat dari yang kita duga.
Kalau Tether betul-betul mengambil langkah berani dan berpindah ke sisi “gelap” seperti yang disinyalir Ju, maka seluruh lanskap stablecoin bisa berubah drastis. Dan di titik itulah, pertanyaan sesungguhnya muncul, apakah kita siap atau tidak? [st]