Perjuangan Youtuber Bitcoin Mendapatkan 200 Ribu Pelanggan dalam 2 Tahun

Bagaimanakah perjuangan Youtuber Bitcoin mendapatkan 200 ribu pelanggan dalam 2 tahun? Jawabannya datang dari Ivan Liljeqvist pengelola channel Youtube “Ivan on Tech”. Kita bisa belajar dari dia cara menemukan ceruk pasar soal Bitcoin.

Ivan Liljeqvist menyukai perkembangan teknologi. Ketika dia baru berusia sembilan tahun, ibunya, seorang guru matematika, memberinya sebuah buku tentang HTML (Hypertext Markup Language). Dia ingin belajar membuat video game, dan dia pikir buku akan membantunya.

“Ibuku memberi saya buku ini, dan di sampul buku itu tertulis, ‘Inilah cara Anda dapat membuat situs web,’ seolah-olah buku ini akan mengajari Anda cara membuat situs web,” kata Ivan.

“Tapi, saya sedikit kecewa ketika membacanya, karena saya hanya bisa melakukan beberapa hal sederhana dengan HTML,” kata Ivan kepada Forbes beberapa waktu lalu.

Setelah itu, atas saran dari beberapa orang, Ivan melanjutkan untuk belajar Javascript sehingga dia bisa membuat game seperti RuneScape.

Saat tumbuh dewasa, hari-hari Ivan dihabiskan di sekolah dan berenang. Baginya, mengajarinya disiplin dan pola pikir kompetitif. Dari berenang juga ia belajar cara menangani kesulitan.

“Orangtua saya menjaga saya agar bergaul dengan sehat dan tidak menghabiskan waktu untuk hal-hal tak berguna,” kata Ivan yang tingga di Swedia itu.

Seiring Ivan dewasa, dia menghabiskan waktu belajar bahasa pemrograman C++, yang menghantar dia mengenal Bitcoin, yang diprogram dengan bahasa C.

Ivan mengenal Bitcoin dari seorang teman. Pada waktu itu Bitcoin sedang panas-panasnya, karena Bitcoin naik dari US$30-1.000 pada tahun 2013.

Walaupun harga Bitcoin anjlok dari US$1.000 menjadi US$200 selama waktu itu, teknologi blockchain menarik baginya. Ivan pun mempelajari blockchain dari 2014-2017.

Ketika blockchain Ethereum dibuat pada tahun 2015, semakin jelas bagi Ivan tentang potensi teknologi itu, selain sebagai sistem uang elektronik. Baginya, bahasa pemrograman Solidity di Ethereum, yang mirip dengan JavaScript, menyediakan cara baru untuk membangun aplikasi pada jaringan blockchain. Ivan belajar Solidity dan cara membuat dApps (Decentralized App).

Pada tahun 2017, ketika ia bekerja sebagai programmer di Ericsson, Ivan membuat channel YouTube-nya untuk berbagi pengetahuannya tentang pemrograman dan teknologi secara umum.

Kala itu dia tidak terlalu bernafsu mendapatkan banyak pelanggan. Tetapi, sekadar berbagi pengetahuan saja. Selain itu, dia merasa bisa melatih kemampuan Bahasa Inggrisnya.

“Bahasa Inggris saya sangat buruk kala itu. Saya pikir setidaknya saya bisa belajar bahasa Inggris dengan membuat video di Youtube,” kata Ivan.

Suatu ketika, dia menonton sebuah video di Youtube tentang Ethereum. Dia pun menyadari video itu banyak disukai. Dia pun tahu, ternyata semakin banyak orang yang memerlukan konten video terkait aset kripto.

“Waktu itu, saya pun tidak berharap video tentang aset kripto saya mendapatkan respons sebanyak itu. Tapi, saya membuat sebaik mungkin. Dan akhirnya video saya itu jadi fenomenal,” kenang Ivan.

Di situlah Ivan merasa menemukan ceruk pasar sendiri, yakni harus fokus membuat konten video terkait aset kripto, termasuk Bitcoin.

Berdasarkan penelusuran Redaksi di Social Blade, channel Ivan on Tech ditaksir berpenghasilan hingga US$2500 (Rp34 juta) per bulan.

Respons dari penonton pun luar biasa. Dari awalnya beberapa ratus view saja, hingga akhirnya ribuan view.

Bagi Ivan, kesuksesan itu karena faktor keberuntungan, keterampilan, dedikasi dan etos kerjanya.

“Saya bukanlah perfeksionis. Banyak orang merasa terkendala, karena menginginkan video yang sempurna, suara yang sempurna, kamera yang sempurna,. Tetapi saya hanya berpikir, lebih baik membuat video dengan fasilitas sederhana dan rajin setiap hari membuat video,” katanya. [Forbes/red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait