Pernyataan dovish dari Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, memberikan dorongan besar terhadap sentimen pasar kripto. Waller mengisyaratkan kemungkinan pemangkasan suku bunga pada pertemuan FOMC yang dijadwalkan pada 29–30 Juli mendatang, memicu lonjakan minat terhadap aset berisiko seperti Bitcoin.
Sebagai respons, Bitcoin (BTC) sempat melonjak 1,4 persen dalam 24 jam terakhir dan diperdagangkan sedikit di atas US$107.000 atau sekitar Rp1,73 miliar (dengan asumsi kurs Rp16.229 per dolar AS) pada Kamis (26/6/2025). Data terbaru pada Kamis pagi pukull 10.00 WIB, BTC bertengger apik di US$108.359. Lonjakan ini menandai penembusan level resistensi penting di US$103.000 dan membuka peluang pengujian ulang terhadap rekor harga tertinggi dalam waktu dekat.
Fyqieh Fachrur, analis dari Tokocrypto dalam pernyataannya kepada Blockchainmedia.id, menyebut pernyataan Waller sebagai katalis utama lonjakan ini.
“Sinyal bahwa suku bunga bisa diturunkan lebih cepat dari perkiraan memberi angin segar bagi investor kripto,” ujarnya.
Menurutnya, suku bunga yang lebih rendah secara historis menguntungkan aset seperti Bitcoin karena menurunkan biaya pendanaan dan meningkatkan daya tarik investasi non-tradisional.

BTC Berpotensi Naik Lebih Tinggi
Di sisi teknikal menurutnya, struktur grafik Bitcoin juga mendukung momentum positif. Pola inverse head and shoulders yang terbentuk pada grafik 1 jam mengindikasikan potensi kenaikan ke level US$109.000, dengan resistensi utama berada di sekitar US$110.500 atau Rp1,79 miliar. Dan lagi, indikator RSI saat ini telah berada di wilayah jenuh beli, yang biasanya menandakan potensi lanjutan tren naik namun juga membuka ruang koreksi jangka pendek.
“Jika terjadi penurunan, support terdekat berada di kisaran US$106.000, tepat di area rata-rata pergerakan eksponensial (EMA) 200. Selama support ini tidak ditembus, tren jangka pendek masih tetap bullish,” kata Fyqieh.
Ekspektasi The Fed Pangkas Suku Bunga Jadi Katalis Kenaikan Kripto
Dari sisi partisipasi pasar, data dari CoinGlass menunjukkan bahwa tekanan terhadap posisi short tetap moderat, mencerminkan bahwa pasar telah mengantisipasi reli harga sejak awal pekan saat BTC naik dari US$100.000. Open interest pada kontrak berjangka Bitcoin juga melonjak ke level tertingginya dalam dua minggu, mencerminkan meningkatnya keyakinan investor.
Arus dana ke ETF Bitcoin spot juga turut memperkuat optimisme pasar. Dana kelolaan ETF Bitcoin di AS telah menembus angka US$9 miliar, dengan iShares Bitcoin Trust (IBIT) milik BlackRock mencatatkan arus masuk tertinggi. Pada 22 Mei 2025 lalu, nilai arus masuk harian mencapai US$432 juta, menunjukkan antusiasme investor institusional yang terus tumbuh.

Fyqieh menambahkan aliran dana besar ke ETF, sinyal dovish dari The Fed, dan struktur teknikal yang mendukung menjadikan kondisi saat ini sangat ideal untuk reli menuju rekor tertinggi baru di kisaran US$111.970 atau Rp1,81 miliar.
Meski begitu, ia tetap mengingatkan potensi tekanan jika The Fed mengecewakan pasar.
“Kalau suku bunga tidak dipotong sesuai harapan, atau inflasi tetap tinggi, pasar bisa terkoreksi dalam jangka pendek. Tapi secara keseluruhan, outlook Bitcoin tetap positif untuk paruh kedua 2025,” tutupnya.
Suku bunga The Fed saat ini tercatat berada pada level 4,50 persen. Berdasarkan proyeksi model makro global dan ekspektasi analis dari Trading Economics, suku bunga tersebut diperkirakan akan tetap berada di level 4,50 persen hingga akhir kuartal ini.

Dalam jangka panjang, model ekonometrika mereka memperkirakan bahwa suku bunga The Fed akan bergerak ke kisaran 3,75 persen pada tahun 2026 dan turun lebih lanjut ke sekitar 3,50 persen pada tahun 2027.
Pada grafik proyeksi itu tertera, suku bunga bisa terus turun menjadi 4,25 pada FOMC September 2025, lalu Desember 2025 menjadi 4 persen.
Dengan sinyal kebijakan moneter suku bunga The Fed yang kian akomodatif dan dukungan teknikal yang solid, pasar kini bersiap menyambut kemungkinan Bitcoin kembali mencetak rekor baru.
Gubernur The Fed Michelle Bowman menyatakan bahwa bank sentral sebaiknya mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga pada pertemuan berikutnya, Juli 2025. Ia menilai dampak tarif Presiden Donald Trump terhadap inflasi masih terbatas dan kemungkinan hanya akan menyebabkan lonjakan harga yang bersifat sementara dan satu kali. Ia juga menambahkan bahwa jika tekanan inflasi tetap terkendali, maka pelonggaran kebijakan moneter layak dilakukan.
Pernyataan ini muncul sehari setelah Christopher Waller, sesama gubernur The Fed dan juga ditunjuk oleh Trump, menyuarakan dukungan senada. Ia menyebutkan bahwa tanda-tanda pelemahan ekonomi mulai terlihat, termasuk meningkatnya pengangguran di kalangan lulusan baru. Waller menekankan pentingnya bertindak sebelum pasar tenaga kerja memburuk lebih lanjut, dan mendorong agar pemotongan suku bunga mulai dipertimbangkan pada pertemuan bulan depan.
Namun, pandangan Bowman dan Waller berbeda dengan Ketua The Fed Jerome Powell, yang lebih berhati-hati. Powell mengatakan The Fed masih akan memantau perkembangan inflasi selama musim panas sebelum mengambil keputusan. Ia mengisyaratkan belum perlu segera memangkas suku bunga dan mengedepankan pendekatan wait and see.
Pernyataan dari Bowman dan Waller muncul di tengah kritik tajam dari Presiden Trump terhadap Powell, yang disebutnya lamban dalam menurunkan suku bunga. Sementara itu, data inflasi terbaru menunjukkan harga konsumen naik hanya 0,1 persen dari April ke Mei, dan secara tahunan inflasi tercatat sebesar 2,4 persen. Memang ada perbedaan signifikan dalam pandangan di internal The Fed: sebagian (seperti Bowman dan Waller) mulai mendorong pemangkasan suku bunga segera, sementara lainnya, termasuk Powell, memilih menunggu data yang lebih kuat.
Namun ada pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres pada 24 Juni 2025 menjadi momen penting bagi industri kripto. Dalam pernyataannya, Powell secara gamblang menyebut bahwa bank-bank di Amerika Serikat diperbolehkan memberikan layanan kepada perusahaan kripto, selama mereka menerapkan protokol manajemen risiko yang memadai.
Selain menyinggung keterlibatan bank dalam industri kripto, Powell juga menyatakan dukungannya terhadap rancangan undang-undang stablecoin yang akan datang, khususnya GENIUS Act. RUU tersebut bertujuan untuk mengatur penerbitan dan jaminan aset stablecoin di AS. [ps]