Perusahaan startup teknologi keuangan asal Singapura, Synthesys, berhasil mengamankan pendanaan sebesar US$11 juta untuk mengembangkan infrastruktur sekuritas tertokenisasi berskala global.
Berdasarkan laporan TN Global, pendanaan ini berasal dari gabungan seed dan strategic funding yang dipimpin oleh investor teknologi sekaligus super-angel Mark Pui.
Langkah tersebut menandai komitmen perusahaan dalam mendorong efisiensi, transparansi, dan keterbukaan akses di pasar modal melalui pemanfaatan teknologi blockchain.
Synthesys, yang sebelumnya dikenal dengan nama Equitize, akan memanfaatkan dana segar ini untuk mempercepat pembangunan infrastruktur generasi baru yang memungkinkan otomatisasi kepatuhan (compliance) serta settlement hampir instant.
Perusahaan menegaskan bahwa inisiatif ini tidak hanya bertujuan memperkenalkan sekuritas dalam bentuk token, tetapi juga menciptakan lapisan likuiditas universal melalui lebih dari 40 saluran distribusi primer dan sekunder.
“Yang berubah baru-baru ini adalah kombinasi kejelasan regulasi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana blockchain meningkatkan infrastruktur keuangan tradisional. Lembaga keuangan kini menyadari efisiensi operasional tokenisasi sekuritas, bukan sebagai konsep masa depan, melainkan sebagai kenyataan saat ini,” ujar CEO Synthesys, Darien Poh.
Dukungan Tren Global Tokenisasi
Pendanaan ini dilakukan di tengah meningkatnya adopsi tokenisasi oleh lembaga keuangan global. Beberapa nama besar seperti BlackRock, Fidelity, Franklin Templeton dan VanEck telah meluncurkan produk berbasis token, termasuk reksa dana pasar uang yang diperdagangkan secara digital.
Selain itu, bursa seperti Nasdaq serta bank-bank besar regional, termasuk HSBC, DBS dan OCBC, juga ikut merilis obligasi dan produk terstruktur dalam bentuk token.
Data industri menunjukkan, aset kelolaan (AUM) dari dana tokenisasi melonjak hingga 7.400 persen hanya dalam enam bulan terakhir, menandakan percepatan signifikan dalam pemanfaatan blockchain di sektor keuangan.
Synthesys menargetkan pasar potensial senilai US$58 triliun, dengan fokus awal pada ekspansi ke kawasan Asia-Pasifik dan Timur Tengah.
Darien Poh menekankan pentingnya interoperabilitas sebagai syarat mutlak keberhasilan tokenisasi ke depan.
“Penerbitan saja tidak cukup. Seiring kita bergerak menuju masa depan tokenisasi, akses interoperabilitas di berbagai teknologi buku besar digital dan saluran distribusi tradisional pasti akan dibutuhkan,” ungkapnya.
Infrastruktur Modular dan Interoperabel
Synthesys merancang infrastrukturnya dengan pendekatan modular agar dapat beroperasi di berbagai yurisdiksi dan mendukung beragam ledger digital. Dengan cara ini, perusahaan berharap bisa mengatasi hambatan fragmentasi pasar yang selama ini memperlambat adopsi sekuritas digital.
Sistem ini juga dirancang untuk memangkas biaya administratif, menyederhanakan rekonsiliasi, serta memperkuat pencatatan investor melalui kontrak pintar.
Selain itu, kejelasan regulasi di sejumlah negara turut mempercepat adopsi tokenisasi. Banyak otoritas keuangan kini melihat blockchain bukan hanya sebagai teknologi baru, melainkan sebagai pondasi yang dapat memperkuat infrastruktur keuangan tradisional.
Hal ini sejalan dengan strategi Synthesys untuk menghadirkan platform yang tidak hanya sesuai aturan, tetapi juga dapat mendorong keterbukaan pasar modal secara lebih luas.
Meski peluangnya besar, tantangan tetap ada. Perbedaan regulasi antarnegara, standar keamanan sistem, serta kepercayaan publik terhadap kontrak pintar menjadi isu krusial yang harus dihadapi.
Namun dengan dukungan investor strategis dan momentum pertumbuhan pasar yang kuat, Synthesys diyakini memiliki posisi penting dalam transformasi global menuju era sekuritas digital. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.