Peter Brandt Ragukan Tether: Stabil atau Bahaya?

Peter Brandt, seorang analis keuangan terkenal, telah menyuarakan keraguan serius tentang stabilitas Tether (USDT), stablecoin terbesar di dunia. Kekhawatiran ini sejalan dengan kritik dari berbagai pengawas keuangan dan analis yang telah vokal tentang praktik manajemen Tether yang tidak transparan.

Konsumen Meragukan Klaim Cadangan Tether 

Komentar Brandt dipicu oleh sebuah posting dari Consumers’ Research, organisasi perlindungan konsumen tertua di negara ini.

Berdasarkan laporan Coinpedia, organisasi nirlaba tersebut telah menyoroti beberapa aspek mengkhawatirkan dari operasi Tether, yang telah menyebabkan meningkatnya skeptisisme tentang praktik perusahaan dan stabilitas stablecoin-nya.

Salah satu pengungkapan kunci dari Consumers’ Research adalah tuduhan bahwa perusahaan itu telah menyesatkan publik mengenai soliditas cadangan dolar AS-nya.

Laporan tersebut menyarankan bahwa klaim mereka tentang cadangannya tidak sekuat yang terlihat, sehingga membangun dasar untuk ketidakpercayaan yang meluas.

“Perspektif yang menarik. Pendapat saya selama bertahun-tahun adalah bahwa Tether pada akhirnya menuju bencana. Saya setuju dengan semua ini. USD pada akhirnya akan mengalami kehancuran, tetapi bertahun-tahun setelah hal yang sama dialami oleh Tether,” ungkap Brandt.

Kurangnya Audit Independen

Salah satu poin perdebatan yang paling signifikan adalah penolakan Tether yang terus-menerus untuk menjalani audit keuangan yang ketat dan independen.

Kurangnya transparansi ini telah menjadi sinyal bahaya utama bagi banyak pengamat. Consumers’ Research menekankan isu ini, mengeluarkan peringatan tegas tentang risiko yang dihadapi pengguna Tether potensial akibat ketidakjelasan ini.

Pengawasan tidak berhenti di situ. Kredibilitas mereka juga mendapat sorotan tajam pada bulan Desember lalu ketika S&P mengeluarkan penilaian risiko dari stablecoin terkemuka, menempatkannya mendekati dasar skala mereka.

Laporan tersebut menyoroti beberapa tanda bahaya, termasuk manajemen cadangan Tether yang dipertanyakan dan ketidakpatuhan terhadap kerangka regulasi.

Temuan dari Jaksa Agung New York

Menambah masalah penerbit USDT tersebut adalah temuan dari penyelidikan oleh Jaksa Agung New York. Penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa cadangan Tether memiliki paparan signifikan terhadap surat berharga dan sekuritas dari entitas Tiongkok, termasuk bank milik negara besar.

Meskipun Tether telah meyakinkan publik bahwa mereka tidak lagi memegang aset terkait Tiongkok, ketidakhadiran audit independen membuat klaim ini tidak terverifikasi, yang memperkuat narasi risiko dan ketidakpastian yang melingkupi stablecoin ini.

Menambah kekhawatiran, JPMorgan mencatat konsentrasi yang meningkat dalam Tether sebagai tren negatif yang mempengaruhi seluruh industri kripto.

Laporan mereka menyoroti kerentanan perusahaan itu karena kurangnya kepatuhan regulasi dan transparansi, memperingatkan bahwa hal ini dapat memiliki implikasi yang lebih luas bagi pasar.

Sebagai stablecoin terbesar di dunia, stabilitas Tether sangat penting bagi ekosistem kripto. Kritik yang meningkat dan seruan untuk transparansi menekankan pentingnya pengawasan regulasi yang kuat di ruang kripto. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait