Vinsensius Sitepu
Pemimpin Redaksi Blockchainmedia.id
Pada 21 Maret 2019 lalu David Chaum, seorang pakar kriptografi, mengaku telah menawarkan teknologi blockchain yang tengah dikembangkannya kepada Bos Facebook Mark Zuckerberg. Penawaran itu adalah respons Chaum terhadap pernyataan Zuckerberg yang mengatakan bahwa WhatsApp, Facebook Messenger dan Instagram dengan end-to-end encryption, mampu membawa ketiga platform itu melindungi privasi penggunanya.
Tetapi Chaum tak percaya Zuckerberg mau ataupun mampu melakukan itu. Kata Chaum, Zuckerberg justru tetap ingin “memata-matai kita”, sembari memperdaya sebagian pengguna remaja.
“Bagaimana saya bisa yakin bahwa Zuckerberg tak peduli dengan privasi. Setelah pernyataan Zuckerberg diterbitkan, saya menawarkan dia untuk mengujicoba teknologi yang sedang saya kembangkan. Saya dan tim di perusahaan memiliki teknologi full end-to-end encryption dan teknik perlindungan metadata yang belum pernah ada sebelumnya. Memang kita tak pernah tahu apa alasan seseorang tidak membalas sebuah tawaran. Tetapi, itu saya anggap sebagai peluang besar baginya untuk menguji teknologi pelindung privasi yang sesungguhnya,” kata Chaum di blog Elixxir.
Chaum dan Zuckerberg serupa dalam sejumlah hal. Mereka sama-sama programer ulung dan sama-sama pengusaha. Termasuk sama sebagai inovator. Pembedanya hanyalah satu: Chaum kembangkan teknologi untuk melindungi privasi pengguna, sedangkan Zuckerberg memilih sebaliknya, sebagaimana yang disebut Chaum sendiri, bahwa tak ada privasi sesungguhnya di Facebook.
Tawaran ujicoba teknologi oleh si kakek tua Chaum menyiratkan “petuah” kepada sang cucu, Mark Zuckerberg. Sebab, kisah klasik Chaum dengan uang elektronik ingin ia jadikan sebuah pembelajaran dan pengembangan lebih lanjut dengan adanya blockchain.
Chaum bukanlah sosok baru di dunia kriptografi. Ia terkenal sebagai penemu uang elektronik pertama di dunia, yakni eCash yang sukses diadopsi oleh perusahaan besar pada tahun 1989. Namun, peruntungannya tak lama. Pada tahun 1998 mengumumkan kebangkrutan perusahaan Digicash.
“Sangat sulit mendapatkan merchant yang cukup banyak yang mau menerima DigiCash. Padahal itu yang mendorong agar semakin banyak konsumen yang menggunakannya juga,” kata David Chaum kepada Forbes pada 1 November 1999. Kata Chaum lagi, “Ketika teknologi web berkembang, tingkat kecanggihan pengguna pun turun. Sangat sulit menjelaskan kepada mereka tentang makna penting privasi.”
Dalam video pribadinya di Youtube pada Desember 2018, Chaum mengakui masa lalunya dengan eCash memang masih bersifat sentralistik oleh perusahaannya, Digicash. Tetapi secara teknologi, privasi pengguna memang terlindungi. Sebab bank tidak dapat melacak transaksi nasabah.
“Saya mengakui, kala itu untuk memperoleh adopsi luas sangat susah, kendati banyak bank-bank besar yang menggunakan teknologinya. Dulu oleh sebuah bank Jerman, eCash dipatok dengan mata uang deutsche mark, demikian pula dengan mata uang dolar AS, Australia dan lain sebagainya. Hanya saja, waktu itu belum ada teknologi yang fully decentralized seperti yang bisa ditawarkan oleh blockchain hari ini.
Pada masa keemasannya DigiCash menggandeng banyak klien, termasuk bank dan toko-toko retail. Di masa itu masyarakat (khususnya di Amerika Serikat) merasakan kemudahan berbelanja dan mentransfer uang menggunakan layanan DigiCash. Mark Twain Bank adalah bank pertama yang digandeng oleh Digicash pada 23 Oktober 1995.
Ada pula Deutsche Bank (26 Maret 1996), Advance Bank (24 Oktober 1996), Credit Sussie. Berturut-turut kemudian adalah Bank Austria dan Den norske Bank. William F. Zuendt, mantan pejabat Wells Fargo pun pernah berlabuh di Digicah sebagai Direktur pada 4 Juni 1998. Nomura Research Institute di Jepang pun sempat menjadi klien DigiCash.
Bertempur Lagi
Kini Chaum bertempur kembali, hendak mengulangi masa keemasannya dengan mengembangkan teknologi blockchain Elixxir. Entah ini bisa dianggap sebagai “teknik kehumasan”, Chaum mengklaim Elixxir jauh berbeda dengan teknologi blockchain yang ada saat ini. Katanya, Elixxir kelak mampu menangani ribuan transaksi per detik.
Menurut Chaum, Elixxir menawarkan solusi pengiriman pesan dan pembayaran yang lebih cepat dan lebih murah dibandingkan semua blockchain ada saat ini. Sebagai perbandingan, Ethereum hanya mampu menangani sekitar 15 transaksi per detik.
Bagi saya, pedang baru Chaum hari ini adalah sebuah pertaruhan nama baik Chaum dari masa lalunya bersama eCash yang menjunjung tinggi makna privasi. Chaum kini mendapatkan panggung baru untuk membuktikan nilai-nilai yang dianutnya. Kendati karya-karya penelitian kriptografinya memang tak disebut dalam paper Satoshi Nakamoto, saya rasa Chaum perlu diberi kesempatan seluas-luasnya. Ayolah, kakek Chaum, cucu-cucumu menunggu. []