Prediksi Baru Harga Bitcoin, Dapat Berpuncak Setara Rp2,7 Miliar

Prediksi baru harga Bitcoin pun bermunculan, usai pada Sabtu (23/11/2024) dini hari kripto besar itu hampir menyentuh US$100.000, atau lebih tepatnya di US$99.802. Berdasarkan salah satu indikator, Greg Cipolaro, Global Head of Research NYDIG mengatakan harga BTC bisa mencapai US$170 ribu atau setara dengan Rp2,7 miliar dengan kurs saat ini. Bahkan dengan indikator lain, harga dapat berpuncak di kisaran US$309 ribu dalam beberapa bulan ke depan.

Dalam catatannya, Jumat (22/11/2024), Cipolaro mengatakan harga Bitcoin yang dipicu oleh faktor eksternal, seperti kebijakan atau pernyataan dari tokoh besar seperti Donald Trump, menunjukkan sebuah tren yang terus berkembang dan mencetak rekor baru. Mencapai harga hampir US$100.000, yang sebelumnya dianggap mustahil setelah skandal FTX dua tahun lalu, mencerminkan kekuatan pasar yang luar biasa dan ketertarikan investor yang semakin besar.

“Reli yang dipicu oleh Trump untuk Bitcoin terus berlanjut minggu ini, mencetak beberapa rekor tertinggi sepanjang masa. Dengan Bitcoin yang mendekati angka US$100 ribu, sebuah tonggak yang tampaknya tak terbayangkan hanya dua tahun lalu setelah keruntuhan FTX, banyak yang kini bertanya-tanya di mana puncak Bitcoin akhirnya akan berada. Meskipun jawaban jujurnya adalah tidak ada yang tahu, beberapa indikator membantu kita untuk memikirkan siklus dan ke mana harga mungkin bergerak,” tulisnya di awal artikel itu, bahwa pemaparan dia terkait prediksi baru harga Bitcoin adalah berdasarkan siklus halving yang terjadi setiap 210.000 block atau setara dengan 4 tahun sekali.

Kata dia lagi, dalam kondisi pasar yang kurang didorong oleh faktor ekonomi dasar seperti kinerja perusahaan atau indikator makroekonomi, harga aset kripto ini lebih banyak dipengaruhi oleh dinamika penawaran dan permintaan. Tetapi data historis dapat membantu untuk melakukan proyeksi masa depan.

“Jadi, penjelasan terbaik kami adalah bahwa tanpa adanya pendorong ekonomi fundamental dari harga aset, selain penawaran dan permintaan, investor terus bergantung pada pola harga historis untuk menginformasikan keputusan investasi, dengan menelusuri kembali grafik yang sama berulang kali,” sebutnya.

Prediksi Baru Harga Bitcoin Bisa Mencapai US$170 Ribu

Salah satu indikator yang digunakan oleh Cipolaro sebagai prediksi baru harga Bitcoin adalah rasio Market Cap to Thermo Cap, di mana harga puncak BTC pada siklus Halving 2024 bisa mencapai US$170.000. Dengan menggunakan kurs saat ini, maka itu setara dengan Rp2,7 miliar.

prediksi baru harga bitcoin marketcao to thermo cap ratio

prediksi baru harga bitcoin oleh NYIG

Berdasarkan tabel di atas, prediksi harga puncak Bitcoin memang menunjukkan angka sekitar US$170.445 jika kita mengikuti rasio yang tercatat pada puncak sebelumnya, yang terakhir terjadi pada Maret 2021 dengan rasio 50,6. Pada titik ini, harga Bitcoin dapat mencapai US$170.445.

Namun, rasio saat ini berada di angka 28, jauh di bawah angka rasio puncak terakhir (50,6) pada 2021. Prediksi harga puncak berdasarkan rasio ini menunjukkan bahwa Bitcoin mungkin akan mengalami kenaikan harga, tetapi dengan ruang untuk pertumbuhan yang lebih terbatas dibandingkan dengan siklus sebelumnya.

Sebagai contoh, jika rasio ini kembali mendekati puncaknya, yang terakhir tercatat pada 2021, harga Bitcoin bisa mencapai sekitar US$170.445 atau lebih tinggi, tergantung pada bagaimana rasio ini berkembang di masa depan. Namun, penting untuk dicatat bahwa setiap siklus bisa berbeda, dan faktor-faktor lain seperti adopsi institusional, halving, atau kondisi pasar global bisa memengaruhi perhitungan ini.

Namun demikian Cipolaro mengingatkan bahwa indikator ini jauh lebih lemah daripada indikator rasio Market Value to Realized Value (MVRV).

Dapat Berpuncak di US$140 Ribu per BTC

Cipolaro juga memanfaatkan indikator MVRV untuk menggambarkan proyeksi baru harga Bitcoin yang bisa mencapai US$140 ribu. Ini selaras dengan angka serupa dari CryptoQuant sebelumnya.

Namun Cipolaro menjelaskan, ada dua pengamatan terkait rasio tersebut. Pertama, amplitudo rasio tersebut telah menurun pada setiap siklus berikutnya dan kemungkinan akan terus menurun.

Kedua, pada siklus terakhir, puncak harga Bitcoin di US$69 ribu pada November 2021 tidak bertepatan dengan puncak rasio MVRV. Puncak MVRV terjadi pada Februari 2021, sebelum puncak di kisaran US$64 ribu pada April, dan sekali lagi, jauh sebelum puncak akhir di US$69 ribu pada November.

“Puncak pada November tersebut penting karena bertepatan dengan peluncuran ETF berjangka BITO dan menghasilkan data on-chain yang kurang terlihat dibandingkan yang biasanya kita harapkan pada siklus tertinggi,” sebutnya.

Tabel di atas menunjukkan harga-harga yang mungkin dicapai oleh Bitcoin jika rasio MVRV mencapai level tertinggi dari siklus-siklus sebelumnya.

“Saat ini, rasio MVRV berada di angka 2,7, yang jauh di bawah puncak-puncak sebelumnya. Namun, satu pengamatan penting terkait puncak-puncak ini adalah bahwa amplitudonya telah menurun seiring waktu dan kemungkinan akan terus menurun dalam siklus saat ini,” tegasnya.

Dengan kata lain, berdasarkan data itu, jika rasio MVRV Bitcoin kembali mencapai level tertinggi sebelumnya (seperti pada 2/21/2021 dengan rasio MVRV 4.0), maka harga Bitcoin bisa mencapai puncaknya di sekitar US$140.993 dolar AS pada siklus Halving. Ini adalah prediksi harga berdasarkan perhitungan rasio MVRV, yang menghubungkan nilai pasar (market value) dan nilai yang direalisasikan (realized value) dari Bitcoin.

NYDIG: Bisa Menjadi US$309.200

Sedangkan pada indikator berbeda, yakni Trough to Peak Returns, prediksi baru harga Bitcoin bisa mencapai jauh lebih besar, yakni hingga US$309.200.

Tabel di atas menunjukkan analisis dari Trough to Peak Returns (return dari titik terendah ke puncak) untuk Bitcoin dalam beberapa siklus sebelumnya, serta proyeksi harga berdasarkan Trough to Peak Multiple.

Analisis ini melihat perubahan harga Bitcoin dari titik terendah (trough) ke titik puncaknya (peak) selama periode tertentu.

Misalnya, setelah harga Bitcoin turun ke US$2 pada 18 November 2011, harga kemudian melonjak ke US$1.242 pada 29 November 2013, menghasilkan return yang sangat besar (621 kali lipat) dalam waktu 742 hari.

Pada siklus terakhir yang terlihat, dimulai pada 21 November 2022, harga Bitcoin berada pada US$15.460, menunjukkan bahwa Bitcoin bisa mencapai harga antara US$115.950 hingga US$309.200 pada puncaknya, tergantung pada seberapa besar kenaikan yang terjadi selama siklus ini.

Trough to Peak Multiple digunakan untuk mengukur potensi kenaikan berdasarkan siklus sebelumnya. Dengan multiplier seperti 7,5, 10,0, 15,0, dan 20,00, masing-masing menghasilkan target harga yang lebih tinggi, dengan US$309.200 menjadi target maksimal jika multiplier-nya adalah 20.

Analisis ini memberikan gambaran bahwa jika siklus ini berlanjut mirip dengan siklus sebelumnya, Bitcoin mungkin dapat melihat kenaikan harga yang signifikan hingga mencapai kisaran antara US$115.950-US$309.200 dalam beberapa bulan ke depan.

Ali Martinez: Harga BTC US$461.862 pada Oktober 2025

Sementara itu menurut analis kripto popular di X, Ali Martinez, puncak harga BTC pada siklus kali ini dapat mencapai US$461.862 pada Oktober 2025.

Puncak harga BTC dalam siklus Halving diperkirakan bisa mencapai antara US$173.779 dan US$461.862 pada Oktober 2025.

“Jika sejarah adalah pedoman, maka Bitcoin dapat mencapai puncaknya antara US$173.779 dan US$461.862 pada Oktober 2025!” tulisnya di X, Jumat (22/11/2024).

Terkait harga kripto berkapitalisasi terbesar itu hampir menyentuh angka psikologis US$100 ribu pada Sabtu dini hari, Ali mengatakan perlu terkoreksi terlebih dahulu.

“TD Sequential menyajikan sinyal jual pada grafik 4 jam, mengantisipasi koreksi singkat ke US$97.085. Penutupan candlestick di atas US$100.470 akan membatalkan formasi bearish dan berpotensi mendorongnya ke US$102.656 atau US$104.343,” sebutnya.

Terpantau pada Sabtu malam, harganya berada di kisaran US$98.643, turun sebesar 1,17 persen dari ATH-nya, US$99.802. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait