Prediksi harga Bitcoin (BTC) tak akan ada habis-habisnya. Sejumlah anggota Panel Ahli Finder, “meramalkan” bahwa harga kripto itu bisa mencapai puncak di kisaran US$94 ribu pada tahun ini. Ahli lain tidak sedikit yang tak setuju. Salah seorang profesor yakin bisa anjlok menjadi US$1.000 di masa depan.
Panel Ahli Finder yang menghadirkan 33 pelaku di industri teknologi keuangan memrediksi harga Bitcoin bisa mencapai US$94 ribu (setara Rp1,4 milyar dengan kurs saat ini).
Hal itu diperkirakan bisa dicapai menjelang akhir tahun 2022. Bahkan mereka ada potensi harganya bisa naik lagi menjadi US$192.800 pada 2025 dan US$406.400 pada tahun 2030.
“Bitcoin (BTC) diperkirakan mencapai puncaknya berkisar US$93.717 tahun ini, sebelum turun menjadi US$76.360 pada akhir tahun 2022. Ini sekitar 60 persen lebih tinggi daripda harga Bitcoin pada awal tahun 2022,” tulis Finder, Rabu (26/1/2022), berdasarkan hasil pertemuan panel ahli itu, .
Para ahli juga memmrediksi harga Bitcoin untuk tahun 2025 dan 2030. Namun, prediksi terbaru ini mereka lebih rendah daripada perkiraan Oktober tahun lalu. Ketika artikel ditulis harga Bitcoin adalah US$37.900, menguat cukup baik selama beberapa pekan terakhir.
Pasalnya adalah Bitcoin memang terbukti sebagai teknologi keuangan yang bisa bersaing secara global dengan teknologi keuangan konvensional, termasuk dengan teknologi blockchain-kripto sejenis yang relatif lebih unggul.
“Salah satu aspek unik yang sangat kuat dari dunia kripto adalah bahwa sekarang ada sejumlah platform keuangan (DeFi) terdesentralisasi yang menyediakan akses ke pendanaan yang sangat kompetitif, dan hal ini tidak menunjukkan tanda-tanda perlambatan,” kata Pendiri Finder, Fred Schebesta yang juga anggota panel ahli itu.
Secara pribadi Schebesta memperkirakan harga BTC akan melonjak menjadi sekitar US$105 ribu pada akhir tahun.
Pada akhir 2025, prediksi harga Bitcoin adalah US$192.800. Ini 7 persen lebih rendah dari perkiraan pada Oktober.Untuk akhir tahun 2030, panel prediksi harga Bitcoin adalah US$406.400. Ini 28 persen lebih rendah daripada sebelumnya.
“Potensi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS (The Fed) mungkin yang membuat panel menjadi lebih konservatif dengan prediksi mereka dibandingkan dengan Oktober 2021. Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga beberapa kali tahun ini. Bank investasi JPMorgan, misalnya, memperkirakan empat kali kenaikan suku bunga tahun ini,” sebut Finder.
Sejumlah anggota panel mengatakan, menaikkan suku bunga acuan kelak berdampak negatif pada pasar kripto, namun ketika harga tertekan seperti ini, adalah peluang untuk mengakumulasi.
Justru Bisa Menuju US$1000 per BTC
Namun, beberapa panelis, termasuk Profesor Lee Smales dari Universitas of Western Australia, tidak begitu yakin tentang masa depan Bitcoin. Ia yakin bahwa sekaranglah waktunya untuk menjual aset itu.
“Bitcoin tampaknya bersiap untuk penurunan besar. Sebuah ‘double top‘ tampaknya telah terbentuk dan harga akan terus tertekan. Saya tidak akan terkejut jika harganya kurang dari US$1.000 dalam jangka panjang, karena ada alternatif yang lebih berguna dan lebih efisien,” sebutnya.
Namun ekosistem di Bitcoin bukannya tak berkembang menjawab tantangan baru kekinian. Salah satu yang terbaru dan sangat penting adalah penerapan Taproot yang diluncurkan pada November 2021 dan sudah tersemat di BitcoinCore.
Taproot adalah fitur mekanisme smart contract untuk blockchain Bitcoin, yang memungkinkan sejumlah jaringan lain “berkolaborasi” lebih baik dengan blockchain Bitcoin.
Salah satunya adalah Protokol Lightning Network yang dikembangkan sejak tahun 2018 dan sudah digunakan oleh beberapa bursa kripto. Protokol ini digunakan lebih luas di El Salvador di dompet Bitcoin Chivo sejak September 2021.
Ketika Stablecoin Ditenagai Lightning Network, Dipadukan dengan Bitcoin
Menggunakan Lightning Network, waktu dan biaya mengirimkan BTC jauh lebih cepat (nyaris instan) dan berbiaya hampir nol rupiah. Teknologi lain juga bisa disematkan Lightning Network agar transfer USDT berpadu dengan blockchain Bitcoin, tak semata-mata lewat protokol OMNI Layer.
Salah satu proyek yang mengembangkan ini adalah perusahaan kontroversial, Tether, penerbit stablecoin USDT. Mereka melakukannya lewat perusahaan Synonym Software.
Ark Invest: Harga BTC Bisa Mencapai US$1 Juta
Sikap bullish serupa terhadap Bitcon juga disampaikan oleh perusahaan manajemen aset asal AS, Ark Invest. Perusahaan itu memrediksi bahwa harga Bitcoin bisa menjadi US$1 juta per BTC.
Analisa dalam laporan tersebut memakai data on-chain seperti Long Term Holder Base dan Aggregated Cost Basis. Ark berpendapat BTC dapat mencapai nilai US$1 juta di tahun 2030.
Mungkin Agak Lebay, Harga Bitcoin Diprediksi Bisa Menjadi US$1 Juta
Kedua alat ukur tersebut berada pada nilai rekor tertinggi. Data Long Term Holder Base menjadi landasan pernyataan Ark soal pasar Bitcoin yang berubah dari spekulasi menjadi investasi jangka panjang. Hal inilah yang disebut dengan pematangan pasar Bitcoin.
Selain data on-chain Bitcoin, Ark juga mempertimbangkan data pasar Bitcoin seperti Transfer Value Metric berdasarkan nilai absolut dan penyesuaian harga.
Pembaruan teknologi seperti Taproot dan Lightning Network dapat membantu Bitcoin mencapai skala besar. ARK menambahkan, kepemilikan BTC oleh institusi keuangan juga akan bertambah luas.
“Kapitalisasi pasar Bitcoin mewakili sebagian kecil aset global dan berpeluang tinggi bertambah besar seiring adopsi oleh negara sebagai mata uang sah,” jelas analis ARK, Yassine Elmandjra. [ps]