The Fed kembali mengerek suku bunga sebesar 75 basis poin dengan tujuan menekan laju inflasi. Tapi, bagaimana kebijakan ini mempengaruhi prediksi harga BTC?
Sebelumnya, BTC diprediksikan akan mengalami bullish khususnya pada 3 kali peningkatan suku bunga oleh The Fed sebelumnya.
Tapi, hal yang sama belum tentu terjadi pada kebijakan kali ini. Karena, efek yang terjadi bisa saja berbeda.
Peningkatan suku bunga berfungsi untuk mencegah masyarakat membuka utang baru. Tapi, dari sisi yang berbeda masyarakat Amerika Serikat sendiri kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena harga tambah mahal.
Hal tersebut akan membuat masyarakat kesulitan membeli Bitcoin dalam waktu dekat ini.
Powell: Tidak Ada Indikasi Inflasi Akan Menurun
Kebijakan peningkatan suku bunga oleh The Fed kurang diminati pasar. Berdasarkan data Consumer Price Index (CPI), inflasi tetap tinggi.
Inflasi pada Juni 2022 hanya turun sedikit dari 9,1 persen ke 8,2 persen hingga September 2022. Angka tersebut lewat 2 persen dari yang ditargetkan pemerintah.
Pada FOMC Desember 2022 nanti, diproyeksikan peningkatan suku bunga yang lebih rendah, sekitar 50 bps. Tapi, peningkatan suku bunga yang lebih tinggi tidak menutup kemungkinan terjadi, sehingga dolar bisa melejit.
“Inflasi terbukti persisten, sehingga membuat perkembangan perekonomian menjadi lebih rendah,” ujar Powell, Ketua The Fed baru-baru ini.
Prediksi Harga BTC: Akan Melewati US$19,850
Respons Bitcoin terhadap naiknya suku bunga ternyata tidak pasti, peningkatan Bitcoin 2022 sebelumnya mengalami resistensi di US$20.800 tapi tidak bisa melewati tingkat tersebut. Bahkan, nilainya menurun ke US$20.200.
Dilansir dari Cryptonews, BTC/USD pada 3 November 2022 sedang mengalami bearish setelah melewati tingkat support di US$20.330. Penutupan indikator candle yang berada di bawah tingkat ini menunjukkan adanya trend penjualan BTC.
Kemudian, trend peningkatan dari nilai support mendekati angka US$20.300 telah terlewati.
Dilansir dari Coinmarketcap, diperkirakan Bitcoin akan mengalami trend penurunan hingga mencapai tingkat US$19.984.
“Sedangkan menurut Tradingview, melalui indikator MACD dan RSI menunjukkan zona jual. Jika nilainya di bawah level US$20.330 maka investor akan menjual,” tulis Redaksi Cryptonews.
Tapi, jika terjadi bullish breakout pada tingkat US$20.330 yang bisa menjadi basis prediksi harga BTC untuk naik sehingga mungkin mencapai di antara US$20.800 ke US$21.270.
Ketika artikel ini disusun pukul 12.11 WIB, harga BTC melonjak signifikan di kisaran US$21.390 atau naik persen 5,24 persen dalam 24 jam terakhir. Ini dampak dari melemahnya indeks dolar (DXY), beberapa hari pasca hasil rapat FOMC dan potensi besaran kenaikan suku bunga yang lebih rendah pada Desember 2022 nanti. [az]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.