Ripple telah mengumumkan rencana peluncuran stablecoin terbaru mereka, Ripple USD (RLUSD), yang akan kali pertama dirilis di negara atau wilayah di luar AS yang telah memiliki lisensi.
Hal ini diungkapkan oleh Presiden Ripple, Monica Long, dalam wawancara terbarunya dengan Coindesk Jepang.
Long juga menjelaskan bahwa setelah peluncuran awal, Ripple akan mempertimbangkan untuk memasuki pasar baru, termasuk Jepang, yang memiliki potensi besar bagi adopsi stablecoin ini.
Kemenangan Ripple atas SEC dan Dampaknya
Sebelum peluncuran RLUSD, Ripple berhasil memenangkan kasus hukum penting melawan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), di mana pengadilan memutuskan bahwa XRP bukanlah sekuritas. Kemenangan ini memberikan kepastian hukum bagi industri kripto dan memungkinkan Ripple untuk terus berkembang.
Monica Long menyebut bahwa kemenangan ini merupakan pencapaian signifikan yang membuka peluang bagi Ripple untuk memperluas layanan di pasar AS, meskipun pertumbuhan terbesar mereka masih terjadi di luar negeri, khususnya di kawasan Asia-Pasifik.
Fokus pada Penggunaan Stablecoin RLUSD
Salah satu fokus utama Ripple adalah memperkenalkan RLUSD sebagai bagian dari solusi penyelesaian transaksi lintas batas yang lebih efisien. RLUSD akan sepenuhnya didukung oleh dolar AS dan setara kas lainnya, menjadikannya stablecoin yang transparan dan stabil.
Dalam ekosistem Ripple, RLUSD diharapkan akan memainkan peran penting dalam meningkatkan likuiditas dan efisiensi transaksi. Presiden Ripple itu menekankan bahwa stablecoin ini tidak akan menggantikan XRP, melainkan akan saling melengkapi.
“Kami percaya bahwa stablecoin (RLUSD) dan XRP memiliki kasus penggunaan yang berbeda dalam pembayaran dan transaksi lainnya. Misalnya, dalam DEX di XRPL, Ripple USD akan digunakan untuk perdagangan dengan sangat efisien,” ujar Long.
Ia pun menambahkan bahwa, XRP akan tetap digunakan untuk transaksi dengan aset berkapitalisasi pasar lebih kecil, sementara RLUSD akan menjadi instrumen yang kuat untuk transaksi bernilai besar.
Ripple juga memiliki rencana ambisius untuk mengintegrasikan kompatibilitas Ethereum ke dalam XRP Ledger (XRPL). Ini berarti pengembang di platform Ethereum dapat menggunakan XRP sebagai token gas pada sidechain yang kompatibel dengan Ethereum Virtual Machine (EVM).
Hal ini membuka peluang baru bagi para pengembang untuk menciptakan solusi keuangan dan aplikasi terdesentralisasi di XRPL, memanfaatkan skalabilitas dan efisiensi transaksi XRP.
Pentingnya Pasar Jepang bagi Ripple
Jepang merupakan salah satu pasar yang paling menjanjikan bagi Ripple, terutama karena adanya kemitraan jangka panjang dengan Grup SBI. Ripple dan SBI telah bekerja sama dalam berbagai proyek, termasuk adopsi dompet digital NFT untuk Expo 2025 di Osaka.
Kemitraan ini menunjukkan potensi besar untuk adopsi teknologi Ripple di sektor korporat di Jepang.
Selain itu, SBI Remit, bagian dari Grup SBI, telah menawarkan layanan remitansi internasional sejak 2017, memanfaatkan XRP sebagai mata uang penghubung untuk memastikan transaksi yang cepat dan hemat biaya.
“Terkait Jepang, kami sangat bersyukur Badan Jasa Keuangan telah memperjelas peraturan perundang-undangan mengenai stablecoin. Kami mempelajari aturan-aturan itu dan mengikutinya. Setelah publikasi awal, kami mengevaluasi cara memasuki pasar baru seperti Jepang dengan tepat,” ungkap Long.
Tak hanya itu, peluncuran RLUSD diproyeksikan akan membawa perubahan signifikan dalam ekosistem Ripple. Stablecoin ini akan menyediakan solusi yang lebih stabil untuk transaksi pembayaran, terutama dalam transaksi bernilai besar.
Monica Long menegaskan bahwa RLUSD akan didukung oleh aset nyata, termasuk dolar AS dan obligasi pemerintah AS jangka pendek, yang akan diungkapkan secara transparan kepada publik melalui laporan sertifikasi berkala.
Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa RLUSD selalu didukung oleh aset yang cukup, menjaga likuiditas dan kepercayaan pengguna. [st]