Profesor Iran: Arab Saudi Berpotensi Tinggalkan Dolar AS

Geliat dedolarisasi kian meluas seiring pengumuman BRICS yang akan tinggalkan dolar AS dalam perdagangan internasional.

Posisi dolar AS yang saat ini mengkhawatirkan membuat beberapa ide untuk mencari alternatifnya kian berkembang, di mana beberapa negara mulai berpotensi mengikuti keinginan untuk tinggalkan dolar AS seperti Malaysia, Prancis, Iran dan Arab Saudi.

Arab Saudi Berpotensi Tinggalkan Dolar AS 

Berdasarkan laporan Bitcoin News, Profesor dari Universitas Teheran dan anggota Delegasi Presiden Iran untuk Tiongkok Mohammad Marandi menyoroti potensi dedolarisasi dan hubungan negaranya dengan Arab Saudi dan Tiongkok.

“Dedolarisasi sangat penting bagi masyarakat internasional, karena dolar AS telah digunakan sebagai senjata oleh AS terhadap berbagai negara. Itu tidak dapat diandalkan dan berbahaya,” ujarnya.

Ia pun menekankan betapa pentingnya bagi beberapa negara untuk tinggalkan dolar AS, agar AS tidak dapat menggunakan mata uangnya sebagai senjata, yang sejatinya tidak dibenarkan untuk menggunakannya untuk menekan negara lain.

Itu terlihat dari sanksi yang telah AS berikan kepada Rusia, Iran dan Tiongkok, yang memberi sebuah tekanan internasional dan menghambat roda perdagangan global mereka.

Menurut Profesor Marandi, pemulihan hubungan bilateral antara Arab Saudi dan Iran, yang ditengahi oleh Tiongkok pada bulan Maret adalah hal yang baik.

Ia melihat itu sebagai langkah signifikan menuju perdamaian dalam periode pergolakan panjang di Timur Tengah.

“Iran [kini] sudah menjual sejumlah besar minyak bumi menggunakan mata uang selain dolar AS… Saya pikir untuk Arab Saudi, pada akhirnya akan menjadi kepentingan terbaiknya untuk tinggalkan dolar AS juga guna memastikan bahwa itu tidak rentan atau kurang rentan terhadap AS,” ujar Profesor Marandi.

Ia pun menilai, jika hubungan terus terbangun dengan baik, maka akan ada peningkatan yang besar untuk peluang Arab Saudi mengikuti langkah dedolarisasi.

“Karena Tiongkok adalah importir energi utama dari wilayah Teluk, akan ideal bagi Tiongkok untuk dapat menggunakan yuan untuk mengimpor energi dari wilayah tersebut,” tambahnya.

Hegemoni dolar AS kian terancam sejak aliansi BRICS mengumumkan untuk menghadirkan mata uang baru, menggantikan mata uang AS untuk perdagangan internasional.

Hal tersebut pun telah diakui oleh Menteri Keuangan AS (Menkeu), Janet Yellen, yang melihat adanya ancaman yang kian besar pada dominasi dolar AS dalam jangka panjang. [st]

 

 

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait