Kabar ini sebenarnya kabar lawas. Akon, musisi rap dan pengusaha asal AS, sedang mempercepat proyek aset kripto ambisius untuk Benua Afrika. Tapi, niat itu sudah lama dan terwujud gegara teknologi blockchain. Bahkan, usut punya usut ternyata ada investor Timothy Draper di baliknya dengan blockchain Steem sebagai salah satu tenaganya.
“Saya benar-benar ingin membuat perubahan besar di Afrika. Jika aku bisa melakukannya, Afrika akan menjadi Amerika Serikat di Afrika,” kata Akon saat wawancara pada tahun 2013 kepada CNN.
Rencana itu bermula pada tahun 2018, ketika Akon dan sejumlah rekannya mendirikan Akoin Foundation dan menggelar proyek aset kripto Akoin khusus di Benua Afrika.
Akoin adalah aset kripto, utamanya digunakan sebagai alat pembayaran yang cepat dan murah, sekaligus sebagai “alat barter” durasi menelepon.
Pada Januari 2020, Akon menjalin kerjasama dengan Pemerintah Senegal untuk membangun “Kota Kripto”. Senegal adalah tempat Akon dilahirkan, sebelum pindah ke New Jersey, AS.
Kabar teranyar adalah Akon bekerjasama dengan BitMinutes asal Amerika Serikat, yang memungkinkan aset kripto Akoin digunakan untuk pinjaman mikro. Nilai patokannya adalah durasi bicara pada ponsel. Diwujudkan kelak dalam bentuk dApp khusus, sistemnya akan disokong oleh blockchain Steem.
Usut punya usut, ternyata di belakang BitMinutes ada Timothy Draper yang saat ini juga sedang “menggelorakan” proyek “website blockchain” melalui Unstoppable Domain.
Draper terkenal sebagai investor ulung yang membidani sejumlah perusahaan sukses, seperti Skype, Tesla dan Coinbase. Ia juga ternama sebagai penghayat Bitcoin kelas wahid. Itu dibuktikannya dengan menggunakan dasi bercorak simbol Bitcoin kemanapun dia pergi.
Ambisius
“Pengusaha muda ada di mana-mana. Dengan Akoin, mereka bisa memiliki ‘mata uang’ dan satu platform yang membantu mereka menciptakan ekonomi dan dampak sosial yang baik,” sebut Akon di website resminya.
Asas utamanya adalah situasi di Afrika saat ini sebagai benua dengan status sebagai negara berkembang. Benua Afrika memiliki 15 persen populasi dunia. Ini adalah wilayah paling bernilai di dunia dalam hal sumber daya alam, di bawah dan di atas tanah.
Benua Afrika memiliki 8 persen cadangan gas alam dunia: 45 negara di benua ini memiliki cadangan minyak. Ia memiliki 57 persen kobalt dunia, 47 persen berlian, 49 mangan, 31 fosfat dan 21 emas. Selain itu, benua ini memiliki potensi luar biasa untuk tenaga listrik tenaga air, energi matahari dan energi panas bumi.
“Dengan perhitungan ini, benua Afrika sepatutnya menjadi wilayah negara dan orang-orang terkaya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Afrika adalah benua yang paling berkembang di dunia, memiliki 34 dari 49 negara termiskin. Lebih dari 40 persen populasinya hidup dengan kurang dari satu dolar AS sehari. Pun Afrika terkenal menderita akibat perang saudara dan terorisme,” tegasnya.
Bagi Akon, potensi besar itu terhambat karena ketiadaan sistem yang memaksimalkan dalam satu ekosistem utuh berbasis teknologi blockchain, di mana aset kripto memegang peran sentral. Tentu keunggulan blockchain dalam mengirimkan dana secara lebih murah dan cepat, adalah latar belakang Akoin itu.
Akon memadukan itu dalam satu aplikasi desentralistik (dApp), yang mencakup beberapa hal, yakni transfer mata uang digital, informasi energi sebagai bagian dari infrastruktur ekonomi, lowongan kerja, jasa pinjaman mikro, konten dan pemasaran dan informasi kesehatan serta pendidikan. [red]