Seorang pria warga Venezuela diduga melarikan Bitcoin (BTC) milik kliennya, senilai US$1.150.000 atau setara dengan Rp16,3 milyar. Modusnya adalah dengan berpura-pura diculik.
Namanya memang panjang, Andres Jesus Dos Santos Hernandez (23), mungkin selaras dengan sifatnya si “tangan panjang” alias mencuri.
Yang dicuri juga bukan aset main-main, melainkan Bitcoin titipan kliennya di bursa kripto Binance.
Peran Hernandez di tampan ini, sebelum ia “memanjangkan tangannya”, adalah sebagai “manajer investasi”.
Sejumlah klien menitipkan dananya kepada Hernandez untukk dibelikan Bitcoin di akunnya di Binance.
Tiga hari yang lalu, pihak otoritas di Venezuela, CICPC, mengumumkan bahwa Hernandez kini berstatus buronan.
“Dicari. dalam kasus dugaan pencucian uang dan penipuan, Andres Jesus Dos Santos Hernández (23). Para korban mengalami kerugian hingga US$1.150.000 dalam bentuk Bitcoin,” sebut CICPC, diunggah oleh Douglas Ricovzla, Kepala CICPC, lewat Instagram, Sabtu (28/8/2021).
Modus Pura-pura Diculik
Menurut Ricovzla, modus Hernandez adalah dengan berpura-pura diculik dan dipaksa oleh sekelompok orang untuk menyerahkan Bitcoin yang ada di di Binance.
Venezuela memang mendukung penerapan kripto di negaranya. Ia bermula pada tahun 2018 silam, ketika sang Presiden Nicolas Maduro mengamanatkan penerbitan kripto nasional bernama Petro.
Di sejumlah gerai di negeri berinflasi super tinggi itu juga tersedia ATM Bitcoin, termasuk sejumlah gerai makanan siap saji diperbolehkan menggunakan kripto sebagai alat pembayaran alternatif.
Venezuela dan Bitcoin
Venezuela juga mengizinkan aktivitas penambangan Bitcoin, asalkan punya izin khusus. Bahkan militer pun ikut menambang kripto nomor wahid itu untuk menambah penghasilannya.
Namun, negeri Amerika Latin itu harus berhadapan dengan dampak negatif pengayaan kripto, yakni oknum-oknum penjahat yang ingin mencari celah.
Dilansir dari Decrypt, Sebelum kasus Hernandez ini menyeruak, tiga minggu yang lalu, seorang pengusaha Venezuela bernama Gustavo Torres Gonzalez diculik dan kemudian dibunuh setelah gagal membayar 1,5 BTC yang diminta oleh para penculiknya.
Kasus kejahatan kripto memang terus meningkat, tetapi pihak pemerintah lebih mudah melacak transaksinya, berkat keunggulan teknologi blockchain. [ps]