Purwarupa dolar digital digelar pada Juli 2021, hasil kajian Bank Sentral AS alias The Fed bersama MIT (Massachusetts Institute of Technology).
Purwarupa dolar digital ini adalah jawaban The Fed terhadap desakan publik, bahwa AS harus mengadopsi bentuk digital murni uang fiat itu.
Desakan itu terkait dengan lebih dulunya Bank Sentral Tiongkok (PBoC) menerbitkan dan berkali-kali mengujicoba yuan digital sejak Mei 2020.
Pada awal tahun, Ketua The Fed, Jerome Powell menegaskan, bahwa pihaknya tidak perlu terburu-buru menerbitkan bentuk baru dari dolar AS. Baginya, yang penting adalah tepat, bukan cepat.
MIT memang sejak tahun lalu ditunjuk sebagai lembaga pengkaji peluang dan risiko dolar digital itu.
James Cunha, Kepala Proyek Dolar Digital di The Fed Boston, menyatakan peneliti MIT telah mengantongi dua purwarupa, di mana pengguna bisa menyimpan dan bertransaksi memakai dolar digital.
Kendati demikian, ia tidak menjelaskan apakah kedua platform itu memakai teknologi blockchain, mirip seperti stablecoin bernilai dolar, USDT.
“Kami pikir penting tidak menunggu perdebatan kebijakan, sebab akan telat setahun atau lebih. Hal ini akan menjangkau industri dan memicu perdebatan serius,” tambah Cunha.
Purwarupa itu pun kini berjuluk “Fedcoin”, uang digital AS yang dapat menciptakan alternatif elektronik bagi dolar berwujud fisik. Namun, sejumlah pemain di industri keuangan tradisional justru tak senang.
“Banyak orang takut dolar digital akan mendisrupsi pemain lama dengan bentuk pembayaran baru,” sebut Michael Del Grosso, Analis di Compass Point Research & Trading.
Pekan lalu, Jerome Powell mengatakan bahwa dolar digital dapat hidup berdampingan dengan uang tunai tradisional jika diatur secara tepat. Powell mengutip laporan oleh BIS (Bank for International Settlements).
Salah satu dari tiga prinsip kunci yang disorot laporan itu adalah CBDC harus berdampingan dengan uang tunai fisik dan bentuk uang lain yang elektronis, dalam sistem pembayaran yang luwes dan inovatif, tambah Powell.
Sementara itu, perusahaan pembayaran seperti Visa dan Mastercard sudah mulai mencari cara untuk mendukung mata uang digital bank sentral di platform mereka. Mastercard juga telah memfasilitasi dolar digital di Bahamas.
“Kami berdiskusi dengan bank sentral soal rancangan mata uang digital mereka. Kami berbicara tentang cara berpikir perancangan mereka,” jelas Oliver Jenkyn, presiden Visa Amerika Utara.
Jenkyn menambahkan, ada banyak diskusi tetapi ada banyak juga aksi. Desember lalu, Visa mengajukan sistem pembayaran luring bagi CBDC (Central Bank Digital Currency) yang dapat menandatangani transaksi tanpa koneksi Internet.
Perusahaan pembayaran blockchain Ripple juga belum lama ini mengungkap proyek rintisan khusus untuk mata uang digital bank sentral. [decrypt.co/ed]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.