Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, mengatakan all-time high (ATH) baru Bitcoin masih bisa tercetak lagi.
Hal itu ia sampaikan usai Bitcoin mencapai ATH pada Rabu (20/11/2024) dini hari, yakni US$94.000. Terpantau pada Rabu malam di TradingView, ketika artikel ini ditulis, kripto berkapitalisasi pasar lebih dari US$1,8 triliun ini berada di ATH baru lagi, US$94.846.
“Bitcoin kemungkinan masih akan mencetak beberapa level harga tertinggi baru dari titik ini, mengingat area konsolidasi yang berada pada level lebih tinggi dari sebelumnya. Namun, kekuatan reli Bitcoin akan bergantung pada di mana level harga yang akan membuat long-term holder mulai memutuskan untuk menjual, sementara short-term holder mulai berpikir dua kali untuk mengakuisisi Bitcoin. Saat ini, keduanya belum terlihat mengalami perubahan signifikan, meskipun sebagian long-term holder sudah mulai melakukan aksi profit-taking,” kata Fahmi dalam keterangan tertulis, Rabu (20/11/2024).
Fahmi merujuk pada data UTXO Age dari IntoTheBlock, di mana komposisi long-term holders versus short-term holders Bitcoin masih belum banyak berubah.
“Kelompok short-term holders yang sebelumnya telah menyimpan Bitcoin selama 3-6 bulan terlihat masih mempertahankan kepemilikan Bitcoin-nya bulan ini, terlepas dari kenaikan harga yang terjadi. Namun, beberapa long-term holder dalam kelompok 12-18 bulan telah mulai melakukan aksi profit-taking,” imbuhnya.
Secara keseluruhan, data usia UTXO dari data itu mengindikasikan bahwa situasi saat ini masih belum mendekati periode puncak harga Bitcoin. Komposisi short-term holder—yakni mereka yang memiliki dan menyimpan Bitcoin selama kurang dari 12 bulan—masih berada di angka 36,12 persen.
“Angka tersebut masih relatif jauh dibandingkan dengan situasi pada periode puncak siklus bullish sebelumnya, yaitu pada 8 November 2021, ketika komposisi holder Bitcoin di bawah 12 bulan mencapai 45,53 persen,” ungkapnya.
Berbeda dengan indikator UTXO IntoTheBlock, indikator Euforia Bitcoin dari CryptoQuant mengindikasikan dua potensi kemungkinan yang saling bertolak belakang.
“Indikator yang mengukur euforia pasar melalui komposisi pemilik Bitcoin yang berada pada situasi profit tersebut memvalidasi adanya situasi price discovery. CEO CryptoQuant melalui cuitannya di media sosial X turut menyatakan bahwa situasi yang dipaparkan oleh indikator ini dapat diartikan sebagai puncak dari reli yang sedang terjadi, atau justru awal dari reli parabolik yang mungkin akan terjadi,” kata Fahmi.
Oleh karena itu, Fahmi menjelaskan bahwa di tengah potensi positif dan koreksi tersebut, investor perlu memantau kondisi pasar secara lebih seksama.
“Penting bagi investor untuk melakukan riset dan analisis yang baik guna memilih aset dengan potensi pertumbuhan dan tingkat risiko yang sesuai dengan profil investasi masing-masing. Bagi investor yang cenderung mengutamakan fundamental suatu aset, mereka dapat berinvestasi pada aset crypto dengan kapitalisasi pasar dan likuiditas yang besar. Reku juga menyediakan fitur Reku Packs, di mana investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue chip, termasuk Bitcoin, hanya dengan sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi,” jelasnya.
Bitcoin Lampaui Kapitalisasi Pasar Meta, Perak, dan Saudi Aramco
Selain mencetak all-time high (ATH) baru, Bitcoin juga mencatat peningkatan kapitalisasi pasar yang signifikan lebih dari US$1,8 triliun dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan, Bitcoin berhasil menggeser Meta (Facebook), perak, dan baru-baru ini Saudi Aramco, yang merupakan perusahaan terbesar di Asia, berdasarkan data dari CompaniesMarketCap.com.
Kata Fahmi, peningkatan ini tidak hanya memperkuat kredibilitas dan legitimasi Bitcoin, tetapi juga semakin menegaskan posisinya sebagai instrumen investasi strategis di tengah tren pertumbuhan ekonomi saat ini, di mana inovasi teknologi menjadi pendorong utama kenaikan nilainya.
Fahmi juga merujuk pendapat Jan van Eck, CEO VanEck bahwa kapitalisasi pasar Bitcoin pada akhirnya akan mencapai setengah dari total kapitalisasi pasar emas.
Fahmi Almuttaqin menjelaskan bahwa jika melihat data saat ini, kapitalisasi pasar Bitcoin berada di angka US$1,8 triliun, sementara kapitalisasi pasar emas mencapai US$17,6 triliun.
“Proyeksi tersebut menargetkan angka setidaknya US$8,8 triliun, atau hampir lima kali lipat dari kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini,” katanya.
Tidak hanya VanEck, beberapa pelaku industri lainnya juga menyampaikan pandangan optimis terkait potensi kenaikan harga Bitcoin. Misalnya, CEO MicroStrategy, Michael Saylor, memproyeksikan harga Bitcoin akan mencapai US$100 ribu sebelum akhir tahun ini. Sentimen positif terkait outlook regulasi crypto di AS turut menjadi katalis berkembangnya optimisme tersebut,” tambah Fahmi.
Selain itu, komitmen Ketua The Fed, Jerome Powell, untuk terus menjaga kebijakan suku bunga yang telah cukup berhasil menekan inflasi, sekaligus mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi, menjadi salah satu faktor yang membuat investor crypto cukup optimis.
Penurunan suku bunga pada pertemuan FOMC Desember mendatang mulai menjadi harapan, meskipun hal ini masih penuh ketidakpastian.
Institusi seperti Nomura bahkan memprediksi bahwa The Fed kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan tersebut.
Fahmi menambahkan bahwa terlepas dari ketidakpastian tersebut, optimisme yang berkembang dalam beberapa hari terakhir menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar bagi Bitcoin. Saat ini, Bitcoin dapat dikatakan berada dalam fase price discovery setelah mencatatkan level harga tertinggi baru. [ps]