Retroactive airdrop jadi salah satu cara paling populer bagi pengguna kripto untuk mendapatkan kripto secara gratis tanpa harus ikut program referral ataupun staking.
Lewat strategi ini, proyek kripto biasanya memberikan token kepada pengguna yang sebelumnya pernah berinteraksi dengan platform mereka.
Lalu, bagaimana cara kerja retroactive airdrop dan bagaimana cara menemukan peluangnya? Yuk, simak panduan lengkapnya berikut ini.
Baca juga: Apa Itu Airdrop Crypto? Ini Pengertian dan Cara Mendapatkannya!
Apa Itu Retroactive Airdrop?
Secara sederhana, retroactive airdrop adalah pembagian token atau coin crypto secara gratis kepada pengguna lama sebuah platform, baik mereka yang pernah melakukan transaksi, memberikan likuiditas, atau sekadar mencoba layanan dari proyek tersebut sebelum resmi diluncurkan.
Skema ini bukan sekadar bentuk promosi. Retroactive airdrop bertujuan untuk memberi apresiasi kepada pengguna awal yang berkontribusi pada pertumbuhan platform. Selain itu, ini juga menjadi strategi untuk memperluas distribusi token dan mendorong partisipasi dalam tata kelola (governance).
Salah satu contoh paling populer datang dari Uniswap, pada tahun 2020, Uniswap membagikan 400 UNI, token resmi mereka, kepada setiap wallet crypto yang pernah menggunakan platform sebelum tanggal tertentu. Nilainya sempat melonjak, dan banyak pengguna memperoleh keuntungan besar tanpa mengeluarkan biaya.
Sejak saat itu, konsep retroactive airdrop mulai banyak diadopsi oleh proyek-proyek DeFi lainnya. Reward dibagikan berdasarkan berbagai kriteria, seperti intensitas penggunaan, aktivitas lintas jaringan (cross-chain), atau keterlibatan dalam komunitas.
Bagaimana Cara Kerja Retroactive Airdrop?
Retroactive airdrop bukan sekadar bagi-bagi token gratis tanpa alasan. Di balik prosesnya, ada analisis data dan perhitungan yang cukup detail untuk menentukan siapa saja yang layak menerima reward tersebut.
Baca juga: 5 Cara Main Airdrop Kripto untuk Pemula Agar Cuan Maksimal!
1. Menentukan Siapa yang Layak
Langkah pertama dalam proses retroactive airdrop adalah mengidentifikasi para pengguna yang telah memenuhi kriteria tertentu.
Tim pengembang proyek akan melihat transaksi di blockchain, misalnya siapa yang pernah menggunakan platform, seberapa sering bertransaksi, apakah mereka pernah menyimpan token tertentu, hingga apakah mereka aktif dalam proses governance.
Dengan kata lain, semakin aktif dan makin awal kamu mendukung proyek tersebut, semakin besar peluang kamu masuk kedalam daftar penerima airdrop kripto.
2. Alokasi dan Distribusi Token
Setelah data pengguna terkumpul, proyek akan menentukan jumlah token yang diberikan untuk setiap dompet kripto yang memenuhi syarat. Biasanya, ini dilakukan secara terbuka dengan dokumen distribusi yang bisa diakses publik.
Jumlah token yang dibagikan pun bisa bervariasi, tergantung dari level keterlibatan masing-masing penggunanya.
3. Notifikasi dan Klaim Token
Jika kamu termasuk pengguna yang memenuhi kriteria, biasanya kamu akan mendapatkan notifikasi baik lewat email, media sosial, ataupun pengumuman di situs resmi proyek.
Selanjutnya, kamu hanya perlu mengikuti langkah-langkah yang diberikan untuk mengklaim token tersebut. Biasanya cukup dengan menghubungkan wallet ke situs resmi dan menekan tombol “klaim”.
Biasanya, pemberitahuan soal kriteria penerima token diumumkan ketika snapshot telah dilakukan. Jadi, ketika proyek mengumumkan mereka akan melangsungkan retroactive airdrop, biasanya kamu sudah telat. Konsep airdrop ini memang benar-benar kejutan.
Baca Juga: Apa Itu Faucet Crypto? Panduan Lengkap untuk Pemula
Contoh Retroactive Airdrop yang Sukses
Sejak pertama kali dikenalkan, retroactive airdrop telah menjadi strategi populer yang digunakan berbagai proyek untuk membangun komunitas yang solid.
Berikut adalah beberapa contoh retroactive airdrop yang dianggap paling sukses dan menginspirasi banyak proyek lain untuk melakukan hal serupa:
1. Uniswap (UNI)
Uniswap menjadi pelopor dalam konsep retroactive airdrop. Pada September 2020, protokol ini membagikan 400 UNI kepada siapa pun yang pernah menggunakan platform mereka sebelum tanggal tertentu.
Token tersebut langsung bernilai tinggi saat masuk ke bursa dan membuat banyak pengguna mendadak kaya hanya karena pernah menggunakan Uniswap untuk trading kripto atau menyediakan likuiditas.
2. Ethereum Name Service (ENS)
ENS adalah layanan yang memungkinkan pengguna memiliki nama domain berbasis Ethereum (.eth), juga memberikan airdrop kepada para pemilik domain lama.
Mereka yang sudah mendaftarkan nama domain sebelum peluncuran token resmi mendapat ENS yang bisa digunakan untuk voting dan berpartisipasi dalam tata kelola proyek.
3. Optimism (OP)
Optimism adalah solusi Layer-2 pada jaringan Ethereum yang dirancang secara khusus untuk mempercepat transaksi dan mengurangi biaya.
Pada Mei 2022, mereka melakukan retroactive airdrop besar-besaran dengan membagikan OP kepada pengguna awal yang pernah melakukan bridge aset ke jaringan Optimism, ikut serta dalam voting, atau berkontribusi di komunitas.
4. zkSync
ZkSync adalah solusi Layer-2 berbasis zero-knowledge rollup yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi Ethereum. Meskipun airdrop-nya baru dilakukan pada 2024, ekspektasi pengguna sudah tinggi sejak awal.
Mereka yang pernah berinteraksi dengan jaringan zkSync, melakukan bridge aset, atau mencoba aplikasi crypto yang dibangun di atasnya, memiliki peluang untuk menerima token saat peluncuran resminya.
5. Starknet
Masih dari dunia Layer-2, Starknet juga tengah disorot karena potensinya memberikan retroactive airdrop. Proyek ini menggunakan teknologi serupa dengan zkSync, dan pengguna yang lebih dulu aktif di jaringannya baik lewat dApps maupun kontribusi likuiditas diperkirakan akan menerima token di masa depan.
6. LayerZero
LayerZero adalah platform interoperabilitas yang memungkinkan komunikasi antar-blockchain. Meski belum mengumumkan airdrop secara resmi, proyek ini telah menarik perhatian komunitas karena peluangnya.
Pengguna yang pernah menggunakan layanan swap dan bridge pada protokol LayerZero, ataupun dApps yang dibangun di atasnya, dianggap berpotensi mendapat reward di kemudian hari.
Cara Mencari Peluang Retroactive Airdrop
Seiring makin populernya strategi retroactive airdrop, banyak investor dan pengguna kripto mulai berburu proyek-proyek potensial yang berpeluang membagikan airdrop gratis.
Tapi, gimana sih caranya menemukan peluang ini lebih awal? Berikut beberapa aplikasi airdrop terbaik dan strategi yang bisa kamu manfaatkan:
Baca juga: 7 Cara Menghasilkan Uang dari Telegram Lewat Airdrop Crypto!
1. DefiLlama

DefiLlama adalah salah satu platform data terlengkap di dunia decentralized finance (DeFi). Mereka punya menu khusus bernama “Airdrops” yang memuat daftar proyek Web3 yang belum meluncurkan token, alias kandidat kuat untuk retroactive airdrop di masa depan.
Kamu juga bisa melihat informasi penting seperti Total Value Locked (TVL), pendanaan, hingga jaringan yang digunakan. Dari sini, kamu bisa menyaring proyek mana saja yang aktif, punya ekosistem kuat, dan berpotensi bagi-bagi token gratis ke pengguna awalnya.
2. Airdrops.io

Airdrops.io sudah lama dikenal sebagai platform airdrop yang ramah pemula. Situs ini punya halaman khusus untuk confirmed dan potential retroactive airdrop. Proyek yang sudah resmi mengumumkan airdrop biasanya diberi label, sementara proyek potensial dilengkapi panduan langkah demi langkah.
Buat kamu yang baru mulai terjun ke dunia airdrop, platform ini jadi tempat yang ideal buat belajar sekaligus mulai mencoba proyek-proyek yang sedang “dipantau” oleh komunitas.
3. Komunitas Kripto

Kadang, informasi tercepat justru datang dari komunitas. Grup Telegram dan akun X jadi tempat berbagi informasi tentang proyek yang hype, lengkap dengan analisis potensi airdrop-nya.
Banyak pengguna juga berbagi tutorial atau laporan aktivitas mereka sebagai referensi. Meski begitu, tetap penting untuk menyaring informasi karena tidak semua proyek akan benar-benar membagikan kripto gratis.
4. Riset Mandiri
Kalau kamu suka deep dive, riset mandiri bisa jadi cara jitu. Cari proyek-proyek baru di jaringan blockchain favoritmu, lalu baca whitepaper dan tokenomics-nya. Jika kamu menemukan alokasi token untuk “community”, “marketing”, atau “airdrop”, ada peluang proyek tersebut bakal bagi-bagi token di masa depan.
Namun, perlu diingat bahwa sebagian besar retroactive airdrop bersifat spekulatif. Tidak ada jaminan bahwa proyek akan meluncurkan token atau memilih strategi airdrop. Jadi, pastikan kamu tetap melakukan riset menyeluruh sebelum memutuskan terlibat dalam sebuah proyek. [dp]