Nilai mata uang di berbagai belahan dunia kini mulai goyah, memicu kekhawatiran terhadap stabilitas keuangan global. Di sisi lain, Bitcoin semakin dilirik sebagai alternatif penyimpan nilai yang lebih tahan terhadap gejolak ekonomi.
Miliarder asal Meksiko, Ricardo Salinas, mengajak masyarakat meninggalkan ketergantungan pada pandangan lama soal investasi properti di tengah potensi runtuhnya sistem fiat. Ia menilai Bitcoin sebagai pilihan yang lebih aman dan visioner untuk menjaga kekayaan di masa depan.
Keraguan Salinas terhadap Properti Sebagai Aset Finansial
Ricardo Salinas, salah satu orang terkaya di Meksiko dan pendukung Bitcoin, kembali mengkritik pandangan lama soal investasi. Dalam wawancara terbarunya bersama Robert Breedlove pada Kamis (03/07), ia menyarankan agar masyarakat tak lagi menjadikan properti sebagai aset utama penyimpan kekayaan.
“Jika punya rumah dan menganggap itu sebagai investasi, jual rumahnya dan beli Bitcoin. Atau tetap tinggal, ambil hipotek, beli Bitcoin, lalu gunakan Bitcoin tersebut untuk kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.
Menurut Salinas, rumah memang penting sebagai tempat tinggal, namun dalam beberapa tahun terakhir performanya kalah dibandingkan Bitcoin sebagai instrumen investasi jangka panjang.
“Saya rasa salah satu hal yang paling mengejutkan bagi banyak orang adalah ketika mereka melihat harga rumah selama 10 tahun terakhir jika dihitung dalam Bitcoin. Saat itulah Anda sadar bahwa harga rumah sebenarnya turun 99 persen,” ungkapnya.
Mengurai Pendapat Changpeng Zhao Soal Investasi Kripto Jangka Panjang
Ia menegaskan, properti bisa dibangun ulang, sementara Bitcoin langka dan mudah dipindahkan. Salinas pun menyarankan pemilik rumah memanfaatkan kredit untuk membeli Bitcoin sebagai langkah menghadapi potensi runtuhnya sistem moneter.
Ketidakpercayaan Terhadap Fiat dan Bank Sentral
Ricardo Salinas memandang mata uang fiat sebagai alat negara untuk memperbesar kekuasaan dengan mengorbankan rakyat. Bagi Salinas, fiat bukan sekadar alat tukar, melainkan sistem yang perlahan mengikis kekayaan masyarakat.
Pandangan ini lahir dari pengalamannya saat Meksiko dilanda hiperinflasi pada 1980-an, ketika nilai peso anjlok dari 20 menjadi 3.000 per dolar. Tabungan jutaan warga menguap, dan ia menyebut inflasi sebagai bentuk pencurian tersembunyi yang dibungkus narasi pertumbuhan ekonomi.
Ia juga mengkritik sistem ekonomi Keynesian yang dinilainya melegalkan pemborosan negara tanpa akuntabilitas. Akibatnya, sistem keuangan global kini ibarat bom waktu yang memerlukan reformasi menyeluruh.
“Sistem fiat saat ini, yang merupakan konsekuensi langsung dari sistem ekonomi Keynesian, harus segera dimatikan—seperti menusuk vampire dengan pasak perak ke jantungnya,” ujarnya.
Bagi Salinas, hanya Bitcoin dan emas yang mampu menjaga kekayaan dari erosi. Keduanya ia sebut sebagai “hard money” yang tak bisa dimanipulasi. Mengadopsinya bukan sekadar spekulasi, tapi langkah nyata untuk menghadapi sistem yang dianggapnya sudah usang.
Pelemahan Dolar AS dan Peran Bitcoin
Pandangan Salinas makin relevan di tengah kondisi pasar saat ini. Dilansir dari laporan sebelumnya, sepanjang paruh pertama 2025, Dolar AS melemah 11 persen terhadap enam mata uang utama—penurunan terbesar sejak 1973. Tren ini berlanjut di awal kuartal ketiga, dengan penurunan 1,88 persen dalam sebulan dan 8,36 persen secara tahunan.
Dolar AS Diprediksi Semakin Lemah, Pasar Kripto dan Saham Akan Diuntungkan?
Di saat kepercayaan terhadap fiat menurun, Bitcoin justru menunjukkan ketahanan lebih baik. Aset kripto ini mulai menarik perhatian kalangan elit, termasuk Donald Trump yang mulai mengalihkan kekayaannya dari properti ke kripto. Ini menandai pergeseran investasi dari aset konvensional ke instrumen digital.
Fenomena ini sejalan dengan keyakinan Salinas bahwa Bitcoin adalah perlindungan terhadap erosi fiat. Ketika mata uang tradisional gagal menjaga daya beli, semakin banyak investor memilih aset alternatif. Bukan sekadar diversifikasi, tapi bentuk perlawanan terhadap sistem lama yang dianggap tak lagi relevan. [dp]