Ripple resmi mengumumkan kemitraan strategis dengan Bahrain Fintech Bay (BFB) pada pekan ini untuk memperluas operasinya di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA).
Langkah ini menandai ekspansi terbaru Ripple setelah sebelumnya memperoleh lisensi dari Dubai Financial Services Authority (DFSA) pada Maret 2025.
Kemitraan tersebut bertujuan mempercepat adopsi kripto di Bahrain dengan fokus pada pengembangan proyek percontohan berbasis blockchain, termasuk pembayaran lintas batas, tokenisasi, stablecoin dan layanan aset digital lainnya.
Ripple menegaskan bahwa kolaborasi ini juga akan membuka peluang edukasi, program inkubasi, serta inisiatif pengetahuan guna memperkuat ekosistem fintech lokal.
“Di Ripple, kami berharap dapat bekerja sama dengan Bahrain Fintech Bay untuk terus membangun fondasi bagi industri blockchain lokal yang berkembang pesat, serta pada akhirnya menawarkan solusi kustodian aset digital kami dan stablecoin Ripple USD (RLUSD) kepada lembaga keuangan Bahrain,” ujar Direktur Pelaksana Ripple untuk Timur Tengah dan Afrika, Reece Merrick, dalam siaran pers.
Fokus Ripple di Bahrain dan MENA
Bahrain dipilih sebagai mitra strategis karena dinilai sebagai salah satu negara di kawasan Teluk yang paling awal menerapkan regulasi terkait aset kripto. Posisi tersebut membuat Bahrain berpotensi menjadi pusat adopsi blockchain di kawasan MENA.
Melalui kemitraan ini, Ripple menargetkan dapat menghadirkan RLUSD sebagai stablecoin yang menjembatani aset tokenisasi dengan sistem pembayaran tradisional.
Selain itu, kerja sama dengan BFB juga akan mencakup kegiatan akselerator bisnis, pelatihan tenaga kerja, dan kolaborasi dengan institusi lokal untuk memajukan pemahaman mengenai teknologi blockchain.
Ripple menekankan bahwa implementasi penuh dari rencana ini akan sangat bergantung pada kerangka regulasi yang ditetapkan oleh Bank Sentral Bahrain dan otoritas terkait lainnya.
Meski masih pada tahap awal, sejumlah media internasional menyebut RLUSD sebagai elemen kunci strategi Ripple di pasar MENA.
Stablecoin tersebut diharapkan dapat menjadi alternatif likuiditas baru bagi institusi keuangan di kawasan, sekaligus memperluas penggunaan teknologi pembayaran berbasis blockchain.
Ekspansi Bahrain Jadi Pijakan Baru Strategi Global
Pengumuman kemitraan ini sempat memicu reaksi beragam di pasar. Laporan menunjukkan bahwa harga XRP, koin asli Ripple, justru sempat melemah sekitar 1,6 hingga 2,2 persen setelah berita dirilis. Pergerakan tersebut mencerminkan sikap hati-hati investor yang menunggu realisasi nyata dari implementasi kerja sama ini.
Di sisi lain, langkah ekspansi ke Bahrain dinilai konsisten dengan strategi global Ripple yang terus memperluas jejaknya di sektor keuangan digital.
Selain kolaborasi dengan BFB, Ripple baru-baru ini juga mengakuisisi platform stablecoin Rail senilai US$200 juta untuk memperkuat infrastruktur pembayaran. Perusahaan ini bahkan telah mengajukan izin bank charter nasional di AS guna memperluas legitimasi dan integrasi dengan sistem keuangan tradisional.
Dengan lebih dari 60 lisensi regulasi di berbagai yurisdiksi, Ripple menegaskan posisinya sebagai pemain global yang berkomitmen pada kepatuhan regulasi.
Kehadiran di Bahrain dipandang sebagai pijakan penting untuk mempercepat adopsi blockchain dan stablecoin di kawasan Timur Tengah, sekaligus memperkuat persaingan dengan pusat keuangan digital lain seperti Dubai, Abu Dhabi dan Qatar.
Kemitraan dengan Bahrain Fintech Bay ini juga diharapkan menjadi pintu masuk bagi Ripple untuk melibatkan lebih banyak institusi keuangan di MENA dalam adopsi teknologi kripto.
Jika regulasi memungkinkan, layanan kustodian dan stablecoin RLUSD berpotensi diluncurkan sebagai solusi baru yang menyatukan aset digital dengan ekosistem keuangan global. [st]
Disclaimer: Konten di Blockchainmedia.id hanya bersifat informatif, bukan nasihat investasi atau hukum. Segala keputusan finansial sepenuhnya tanggung jawab pembaca.