CEO Ripple, Brad Garlinghouse mengatakan mempertimbangkan memilih London di Inggris sebagai markas barunya. Buat apa?
Pada awal Oktober 2020 lalu, rekan Brad, yakni Chris Larsen berujar bahwa iklim aset kripto di Amerika Serikat terlalu kaku.
Ketika itu dia memutuskan untuk pindah markas ke negara lain. Waktu itu dia masih enggan mengungkapkan di negara mana yang dia maksud.
Pemerintah AS Kaku, Ripple Pertimbangkan Pindah Markas ke Negara Ini
Berbicara di LA Blockchain Summit beberapa waktu lalu, salah seorang pendiri dan pimpinan Ripple, Chris Larsen, mengungkapkan bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk memindahkan markas mereka keluar dari AS.
Larsen menyalahkan sikap regulasi yang kaku dari otoritas negara terkait aset kripto serta perusahaan terkait.
“Sejujurnya, kami bahkan berencana merelokasi kantor pusat kami ke yurisdiksi yang jauh lebih bersahabat,” kata Larsen.
Nah, belum lama ini sang CEO memastikan Ripple mempertimbangkan akan pindah ke Kota London, berdasarkan wawancaranya di CNBC pada Jumat lalu.
“Kami pindah ke London karena aset kripto Ripple (XRP) tidak dianggap sebagai sekuritas oleh Financial Conduct Authority (FCA). Ia juga mempertimbangkan negara lain yang mengambil sikap serupa,” kata Brad.
Di AS, Ripple sedang berjuang melawan hukum dengan investor yang mengklaim bahwa XRP adalah sekuritas yang dikeluarkan secara ilegal.
Peliknya, Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) di AS belum menjelaskan duduk masalah itu kendati telah mengambil tindakan terhadap beberapa proyek terkait penerbitan aset kripto.
“Apa yang Anda lihat di Inggris adalah peggolongan dan perlakukan yang lebih jelas. Dan FCA Inggris mengambil peran kepemimpinan dalam mengkarakterisasi bagaimana kita harus berpikir tentang aset yang berbeda ini dan penggunaannya. Karena aset kripto, termasuk XRP bukanlah sekuritas, maka ia juga bisa digunakan selayaknya mata uang,” jelas Garlinghouse. [red]